PSIKOLOGI INOVASI REMEDIAL
DOSEN PENGAMPU : Dr., Dra. Arundati Shinta, MA
RISKA NURUL FADILLAH
22310410122
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS PROKLAMASI 45 YOGYAKARTA
FEBRUARI 2025
👧
Permasalahan dan Solusi
1. Salah satu tugas Psikologi Inovasi yang seharusnya tidak wajib adalah membuat esai prestasi. Esai Prestasi, yang dimaksudkan untuk mendorong mahasiswa agar berprestasi, berfokus pada pencapaian di berbagai bidang. Namun, esai ini menjadi sangat berat untuk sebagian mahasiswa karena kaitannya dengan prestasi yang dianggap besar. Prestasi ini dikaitkan dengan suatu kebutuhan untuk terus maju dan berinovasi, meskipun dalam kenyataannya, tidak semua orang merasa terpanggil untuk melakukan itu. Dalam hal ini, ide tentang motivasi untuk berprestasi atau nAch, yang diperkenalkan oleh Gregor McDouglas dalam disertasinya, memberikan perspektif yang menarik. Disertasinya, yang berbasis pada penelitian di Kerala, India, menunjukkan bahwa masyarakat Kerala memiliki dorongan kuat untuk berprestasi. Salah satu faktor penting dalam pencapaian prestasi ini adalah dukungan dari masyarakat, yang tidak hanya menghargai prestasi individu tetapi juga memberikan dorongan untuk mencapai hal-hal yang lebih tinggi. McDouglas, seorang lulusan dari Harvard University, berpendapat bahwa kebangkitan masyarakat Kerala dari kondisi miskin menjadi salah satu yang paling maju di India terjadi karena kuatnya nilai-nilai berprestasi yang tumbuh di sana. Mereka tidak hanya meraih kesuksesan pribadi, tetapi juga berkontribusi terhadap masyarakat luas melalui wirausaha, penulisan buku, dan kegiatan produktif lainnya.
Namun, ironisnya, di antara mahasiswa Psikologi Inovasi, hanya sedikit yang bersedia atau termotivasi untuk membuat esai prestasi tersebut. Salah satu alasannya mungkin karena mahasiswa merasa terbebani dengan langsung merasakan dampak prestasi terhadap nilai akhir mereka. Ketakutan gagal juga menjadi alasan utama bagi banyak mahasiswa untuk tidak mencoba membuat esai tersebut. Ini menimbulkan pertanyaan penting terkait dengan peran tekanan sosial dan pengaruh lingkungan akademik dalam mendorong atau menghalangi mahasiswa untuk berprestasi. Ada fenomena yang disebut dengan istilah "low hanging fruits" di mana mahasiswa lebih memilih tugas atau proyek yang lebih mudah dicapai, dibandingkan dengan tugas atau tantangan yang lebih tinggi yang memerlukan upaya dan risiko lebih besar. Dalam hal ini, penting untuk merenungkan apakah mahasiswa Psikologi Inovasi telah terjebak dalam pola pikir di mana prestasi tinggi dipandang sebagai sesuatu yang tidak relevan atau terlalu sulit untuk dikejar. Pertanyaannya, apakah mahasiswa cenderung menghindari tugas-tugas yang menantang karena merasa takut gagal atau tidak memiliki kepercayaan diri untuk bersaing? Mengingat begitu pentingnya motivasi berprestasi dalam pengembangan pribadi, esai prestasi seharusnya bukan sekadar tugas yang dipandang negatif, melainkan sebagai kesempatan untuk mengeksplorasi potensi diri dan berkontribusi secara lebih bermakna kepada masyarakat.
2. Misi utama dari mata kuliah Psikologi Inovasi adalah mendorong mahasiswa untuk berani melakukan perubahan, terlepas dari kenyataan bahwa perubahan tersebut mungkin tidak selalu menghasilkan sesuatu yang positif. Dalam konteks pembelajaran, prinsip ini berakar pada pemahaman bahwa perubahan, meskipun sering kali menakutkan, adalah bagian yang tak terhindarkan dari proses inovasi. Mahasiswa Psikologi Inovasi didorong untuk terus mencoba hal-hal baru dan mengambil risiko, meskipun hal tersebut mungkin menghasilkan kegagalan. Filosofi ini didukung oleh pemikiran Robin Sharma yang menyatakan bahwa "Perubahan adalah hal yang menakutkan, tapi tidak berubah lebih menakutkan lagi." Dengan kata lain, tetap berada dalam zona nyaman tanpa mencoba hal baru justru menghambat pertumbuhan dan perkembangan diri.
Lebih jauh lagi, teori keberuntungan yang dikemukakan oleh Roger Wiseman menambahkan dimensi penting dalam memahami perubahan ini. Wiseman berpendapat bahwa ada empat elemen penting dalam menciptakan keberuntungan, yakni kerja keras atau ketekunan, keterlibatan dalam komunitas yang tepat, kemampuan untuk melihat sisi positif dari situasi buruk, dan mengenali naluri kita dalam mengambil keputusan yang tepat. Dalam hal ini, mahasiswa Psikologi Inovasi dilatih untuk tidak takut menghadapi perubahan, dan jika perubahan itu menghasilkan hal-hal buruk, mereka tetap didorong untuk terus mencoba. Mengajarkan elemen-elemen ini kepada mahasiswa sangat penting, terutama ketika mereka dihadapkan pada situasi-situasi yang tidak ideal. Misalnya, saat menghadapi kegagalan, mahasiswa didorong untuk mencari hikmah dari situasi tersebut dan tidak mudah menyerah. Pada akhirnya, mahasiswa Psikologi Inovasi tidak hanya diharapkan untuk sekadar memahami teori, tetapi juga untuk menerapkannya dalam kehidupan nyata. Dalam konteks ini, keberanian untuk mengambil risiko dan melakukan perubahan menjadi kunci keberhasilan. Ini adalah pelajaran penting dalam kehidupan sehari-hari, di mana sering kali kita dihadapkan pada pilihan antara tetap berada dalam zona nyaman atau melangkah ke area yang belum terjelajahi dengan segala ketidakpastiannya. Kegagalan dalam proses ini bukanlah akhir dari segalanya, melainkan langkah awal menuju sukses. Hal ini juga berlaku dalam kesehatan mental, di mana menghindari perubahan sering kali menimbulkan masalah yang lebih besar daripada menghadapi ketidakpastian tersebut. Oleh karena itu, penting untuk selalu berani mengambil langkah perubahan, meskipun hasilnya belum tentu sesuai harapan.
Daftar Pustaka:
Harper, M. (1984). Entrepreneur for the poor. London: Intermediate Technology Publications in association with GTZ (German Agency for Technical Co-operation).
Wiseman, R. (2003). The luck factor: The four essential principles. New York: Hyperion
0 komentar:
Posting Komentar