Sabtu, 22 Februari 2025

UJIAN REMIDIAL PSIKOLOGI INOVASI - Nazarudin Latif - 22310410082 - SP

 

UJIAN REMIDIAL SEMESTER GENAP

PSIKOLOGI INOVASI

DOSEN PENGAMPU: Dt., Dra. ARUNDATI SHINTA, MA.

        Nama              : Nazarudin Latif

          NIM                : 22310410082

       Mata Kuliah : Psikologi Inovasi

1.     Permasalahan :

Rendahnya motivasi dan partisipasi mahasiswa untuk mengerjakan esai prestasi yang seharusnya menjadi sarana pembelajaran yang bermanfaat. Berbagai faktor seperti sifat tugas yang tidak wajib, persepsi negatif terhadap relevansi tugas, ketidakbiasaan dengan kegiatan sosial, serta kesibukan yang padat menjadi penghalang utama dalam pelaksanaan tugas tersebut.

Apakah mahasiswa peserta Psikologi Inovasi UP45 memang harus dipaksa untuk maju?

Memaksa mahasiswa untuk maju bukanlah pendekatan yang ideal. Sebaliknya, fokus seharusnya pada membangun motivasi intrinsik agar mahasiswa merasa terdorong untuk berprestasi secara sukarela. Berikut adalah beberapa alasan mengapa pemaksaan tidak dianjurkan:

·       Motivasi yang Berkelanjutan

Pemaksaan dapat menghasilkan hasil jangka pendek, tetapi tidak akan menciptakan motivasi yang kuat dan berkelanjutan. Mahasiswa yang dipaksa mungkin hanya akan melakukan tugas tanpa rasa keterlibatan yang mendalam.

·       Pentingnya Kesadaran Diri

Membiarkan mahasiswa menemukan nilai dari pengalaman mereka sendiri dalam kegiatan sosial atau publikasi akan meningkatkan kesadaran diri dan rasa tanggung jawab mereka terhadap pengembangan diri.

·       Lingkungan Belajar yang Positif

Pendekatan yang memaksa dapat menciptakan suasana yang negatif dalam proses belajar. Sebaliknya, menciptakan lingkungan yang mendukung dan menghargai inisiatif mahasiswa akan memfasilitasi pertumbuhan yang lebih baik.

·       Keterampilan Sosial dan Kemandirian

Dengan memberi kebebasan kepada mahasiswa untuk memilih dan terlibat dalam kegiatan yang mereka minati, mereka akan mengembangkan keterampilan sosial dan kemandirian yang lebih baik.

Apakah para mahasiswa lebih melihat keberadaan esai prestasi sebagai fenomena low hanging fruits daripada high hanging fruits sehingga enggan mengerjakan esai prestasi?

Para mahasiswa lebih cenderung melihat esai prestasi sebagai "high hanging fruits" daripada "low hanging fruits." Ini berarti mereka menganggap tugas tersebut sulit dan memerlukan usaha yang besar tanpa imbalan langsung yang jelas.

·       Tingkat Kesulitan

Mahasiswa merasa bahwa melakukan dua kegiatan pelayanan masyarakat dan membuat publikasi di media massa adalah tantangan yang memerlukan banyak waktu dan energi.

·       Kurangnya Imbalan Langsung

Karena esai prestasi tidak wajib dan tidak berpengaruh langsung terhadap nilai akhir, mahasiswa merasa usaha yang dikeluarkan tidak sebanding dengan manfaat yang diperoleh.

·       Prioritas dalam Kesibukan

Dengan kesibukan akademik dan non-akademik yang tinggi, mahasiswa lebih memilih tugas yang lebih mudah dan memberikan hasil cepat, sehingga mereka cenderung mengabaikan esai prestasi.

Apa komentar Anda?

Dengan pendekatan yang lebih inklusif dan mendukung, esai prestasi dapat menjadi alat yang efektif untuk mendorong mahasiswa agar lebih aktif dan berprestasi, mirip dengan masyarakat di Kerala yang menjadi inspirasi dalam penelitian Gregor McDouglas.

Solusi :

·       Meningkatkan Kesadaran dan Pemahaman

Mengadakan sesi informasi atau workshop yang menjelaskan manfaat jangka panjang dari esai prestasi, baik untuk pengembangan diri maupun keterampilan sosial. Dengan pemahaman yang lebih baik, mahasiswa akan lebih termotivasi untuk berpartisipasi.

·       Integrasi dalam Penilaian Akademik

Mengaitkan esai prestasi dengan penilaian akademik, sehingga mahasiswa merasa bahwa tugas ini memiliki dampak langsung terhadap nilai mereka. Hal ini dapat meningkatkan urgensi untuk menyelesaikannya.

·       Dukungan dan Sumber Daya

Menyediakan bimbingan dan sumber daya yang diperlukan untuk membantu mahasiswa dalam menyelesaikan esai prestasi. Misalnya, mentor atau kelompok diskusi yang dapat memberikan dukungan dan ide-ide untuk kegiatan pelayanan masyarakat.

·       Menciptakan Lingkungan yang Mendukung

Membangun budaya positif di dalam kelas yang mendorong kolaborasi dan dukungan antar mahasiswa. Dengan menciptakan suasana yang saling mendukung, mahasiswa akan lebih termotivasi untuk terlibat dalam kegiatan sosial.

·       Memberikan Insentif

Menawarkan insentif, seperti penghargaan atau pengakuan khusus bagi mahasiswa yang aktif dalam menyelesaikan esai prestasi. Ini dapat memicu minat dan partisipasi yang lebih besar.

 

2.     Permasalahan :

Permasalahan utama yang muncul dari narasi tersebut adalah tantangan dalam mendorong mahasiswa untuk berani berubah dan tetap tabah menghadapi hasil buruk dari perubahan. Permasalahan ini menunjukkan bahwa meskipun prinsip "berani berubah" diajarkan, mahasiswa membutuhkan dukungan lebih lanjut untuk mengatasi ketakutan, menerima kegagalan, dan tetap termotivasi dalam menghadapi tantangan perubahan

Komentar :

Pentingnya keberanian untuk berubah meskipun perubahan sering kali membawa risiko kegagalan. Prinsip "Perubahan adalah hal yang menakutkan, tapi tidak berubah lebih menakutkan lagi" sangat relevan dalam membangun mentalitas inovatif. Namun, tantangan utama terletak pada kemampuan mahasiswa untuk tetap tabah menghadapi hasil buruk dan menghindari mekanisme pertahanan diri seperti menyalahkan pihak lain.

Mengajarkan teori keberuntungan Roger Wiseman memang mudah secara teori, tetapi penerapannya membutuhkan pendekatan praktis dan dukungan emosional. Mahasiswa perlu dilatih untuk melihat kegagalan sebagai bagian dari proses belajar, bukan sebagai akhir dari usaha. Selain itu, penting untuk menciptakan lingkungan yang mendorong refleksi positif, sehingga mereka dapat belajar dari pengalaman buruk tanpa terjebak dalam perbandingan sosial yang merugikan.

Solusi :

·       Pendidikan Emosional dan Mental

Mengintegrasikan pelajaran tentang kesehatan mental dan pengelolaan emosi dalam kurikulum. Ini akan membantu mahasiswa memahami dan mengelola perasaan mereka ketika menghadapi kegagalan, serta mengurangi kecenderungan untuk menyalahkan pihak lain.

·       Mentoring dan Dukungan Sosial

Membangun program mentoring di mana mahasiswa dapat berbagi pengalaman dan belajar dari satu sama lain. Dukungan dari teman sebaya dan dosen dapat menciptakan lingkungan yang lebih aman untuk mencoba hal-hal baru.

·       Refleksi dan Pembelajaran dari Kegagalan

Mendorong mahasiswa untuk melakukan refleksi setelah mengalami kegagalan. Dengan membahas apa yang bisa dipelajari dari pengalaman buruk, mereka dapat mengubah perspektif dan melihat kegagalan sebagai bagian dari proses belajar.

·       Penghargaan atas Upaya dan Proses

Memberikan penghargaan atau pengakuan tidak hanya untuk hasil yang baik, tetapi juga untuk usaha dan proses yang dilakukan mahasiswa. Ini akan memotivasi mereka untuk terus mencoba meskipun hasilnya tidak selalu positif.

·       Simulasi dan Praktik Perubahan

Mengadakan simulasi atau proyek yang memungkinkan mahasiswa untuk mengalami perubahan dalam lingkungan yang terkendali. Ini dapat membantu mereka belajar bagaimana beradaptasi dan mengatasi tantangan tanpa risiko besar.



0 komentar:

Posting Komentar