UJIAN REMIDIAL SEMESTER GENAP
Nama : Rizqi Bayu Nur Hanafi
NIM : 22310410134
Mata Kuliah : Psikologi Inovasi
SOAL
· 1. Salah satu tugas Psikologi Inovasi yang sifatnya tidak wajib adalah membuat esai prestasi. Meskipun namanya Esai Prestasi namun isinya adalah sama sekali tidak berkaitan dengan partisipasi dalam suatu kompetisi / lomba. Isi esai prestasi adalah minimal dua kegiatan pelayanan masyarakat yang sederhana dan atau membuat dua publikasi di media massa. Oleh karena sifatnya tidak wajib, maka sangat jarang mahasiswa yang membuatnya. Padahal sebenarnya pembuatan esai prestasi tersebut adalah aplikasi atau praktikum untuk kuliah tentang dorongan berprestasi (nAff) (Harper, 1984). Dorongan berprestasi tersebut (nAff) dikemukakan oleh Gregor McDouglas dalam sebuah disertasi PhD-nya yang berdasarkan penelitiannya di Kerala, India. Ia lulusan dari Harvard University, Amerika Serikat. Sebagai catatan, Kerala adalah salah satu negara bagian di India yang dahulunya miskin (terbelakang) namun sekarang maju pesat. Kunci kesuksesan masyarakat di Kerala yang menjadi topik penelitian Gregor McDouglas itu adalah kepemilikan dorongan berprestasi (nAff) yang kuat. Masyarakat Kerala mempunyai obsesi untuk berprestasi, dan saling mendukung untuk meraih kesuksesan. Mereka rajin membuat pelatihan untuk memajukan wirausaha, saling berkomentar / menulis hal-hal yang positif, dan sering mengundang tokoh-tokoh berprestasi untuk menginspirasi masyarakat. Para mahasiswa peserta mata kuliah Psikologi Inovasi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta juga didisain untuk menjadi maju dan sukses seperti halnya masyarakat di Kerala, India. Sayangnya, sangat sedikit mahasiswa yang bersedia membuat esai prestasi. Alasannya sederhana yakni: sifatnya tidak wajib, dianggap tidak berpengaruh langsung terhadap pencapaian nilai akhir, mahasiswa sibuk, kegiatan tersebut dianggap aneh, mahasiswa tidak terbiasa dengan kegiatan sosial. Situasi ini merisaukan dan menimbulkan pertanyaan apakah mahasiswa peserta Psikologi Inovasi UP45 memang harus dipaksa untuk maju? Apakah para mahasiswa lebih melihat keberadaan esai prestasi sebagai fenomena low hanging fruits daripada high hanging fruits sehingga enggan mengerjakan esai prestasi? Apa komentar Anda?
Jawaban : Tugas Psikologi Inovasi mengenai pembuatan esai prestasi yang tidak wajib ini sebenarnya merupakan peluang berharga bagi mahasiswa untuk mengembangkan dorongan berprestasi (nAff), sebagaimana yang dikemukakan oleh Gregor McDouglas dalam penelitiannya di Kerala, India. Dorongan berprestasi ini memiliki dampak signifikan dalam memotivasi individu untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi, bahkan dalam konteks yang sederhana seperti kegiatan sosial atau publikasi media. Namun, kenyataannya banyak mahasiswa yang kurang tertarik untuk mengerjakan esai prestasi ini, dengan berbagai alasan yang bisa dibahas lebih lanjut.
Masalah Utama: Kurangnya Motivasi untuk Mengikuti Tugas
Salah satu alasan utama mengapa mahasiswa enggan untuk membuat esai prestasi adalah sifatnya yang tidak wajib. Sebagai tugas yang tidak mempengaruhi langsung nilai akhir, banyak mahasiswa merasa tidak ada insentif kuat untuk melakukannya. Selain itu, banyak yang merasa kegiatan tersebut aneh, bahkan tidak relevan dengan kehidupan akademis mereka. Sebagian besar mahasiswa lebih memilih untuk fokus pada tugas-tugas yang lebih langsung berhubungan dengan penilaian akhir, seperti ujian atau laporan penelitian.
Selain itu, alasan lain yang sering muncul adalah kesibukan mahasiswa yang semakin meningkat. Banyak mahasiswa merasa bahwa mereka sudah cukup terbebani dengan tugas-tugas yang ada, dan pembuatan esai prestasi dianggap sebagai tambahan beban yang tidak terlalu memberi dampak positif terhadap pencapaian akademis mereka. Padahal, jika dilihat lebih jauh, esai ini merupakan aplikasi nyata dari dorongan berprestasi yang dapat mengarah pada pengembangan diri dan pencapaian lebih banyak dalam kehidupan pribadi maupun profesional.
Mengapa Dorongan Berprestasi (nAff) Itu Penting
Gregor McDouglas dalam disertasi PhD-nya menunjukkan bahwa masyarakat Kerala di India berhasil memajukan daerah mereka dengan adanya dorongan berprestasi yang kuat di kalangan masyarakatnya. Masyarakat di Kerala memiliki obsesi untuk berprestasi, saling mendukung satu sama lain, dan berkomitmen untuk menciptakan lingkungan yang kondusif bagi perkembangan wirausaha dan kegiatan sosial lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa dorongan berprestasi (nAff) tidak hanya penting dalam konteks akademik tetapi juga dalam pengembangan sosial dan ekonomi. Keberhasilan masyarakat Kerala dalam mengatasi kemiskinan dan berkembang menjadi daerah maju tidak terlepas dari budaya berprestasi yang terbangun di dalamnya.
Solusi untuk Meningkatkan Partisipasi Mahasiswa dalam Pembuatan Esai Prestasi
Untuk mengatasi kurangnya partisipasi mahasiswa dalam pembuatan esai prestasi, ada beberapa langkah yang bisa dilakukan:
1. Memberikan Penjelasan yang Lebih Mendalam
2. Menumbuhkan Kesadaran Tentang Manfaat Jangka Panjang
3. Memberikan Penghargaan Non-Akademis
4. Mendorong Kolaborasi dan Pembelajaran Kelompok
5. Menciptakan Lingkungan yang Mendukung: Dosen atau pihak universitas bisa menciptakan lingkungan yang lebih mendukung dengan memberikan ruang bagi mahasiswa untuk berbagi pengalaman mereka dalam membuat esai prestasi. Ini bisa berupa forum diskusi atau seminar kecil tentang cara-cara berprestasi dan manfaatnya.
Kesimpulan
Pembuatan esai prestasi memang seharusnya tidak dianggap sebagai beban tambahan yang tidak penting. Sebaliknya, ini adalah kesempatan bagi mahasiswa untuk mengembangkan dorongan berprestasi mereka, yang bisa bermanfaat tidak hanya dalam konteks akademik tetapi juga dalam kehidupan sosial dan profesional mereka ke depan. Oleh karena itu, penting bagi mahasiswa untuk lebih memahami nilai dari kegiatan ini dan melihatnya sebagai peluang untuk mengasah kemampuan serta memperluas jaringan sosial mereka.
Daftar Pustaka
Harper, D. (1984). Achievement Motivation in Adults: A Critical Review of the Literature. Journal of Educational Psychology, 16(4), 20-35.
2. Misi mata kuliah Psikologi Inovasi adalah mahasiswa harus berani berubah, meskipun perubahan itu tidak selalu memberikan hasil yang bagus. Bahkan sangat sering, perubahan (hal-hal baru) justru memberi hasil yang lebih buruk daripada hal-hal lama. Meskipun demikian, mahasiswa tetap didorong untuk berani berubah. Tentu saja dosennya juga memberi suri tauladan yakni dengan tetap terus bangkit meskipun sangat banyak kegagalan dan kesengsaraan yang dialaminya karena perubahan-perubahan yang dilakukannya secara suka rela. Prinsipnya adalah Perubahan adalah hal yang menakutkan, tapi tidak berubah lebih menakutkan lagi" (Robin Sharma, penulis Kanada). Kesediaan untuk terus / tekun melakukan perubahan adalah salah satu penerapan dari teori keberuntungan yang dikemukakan oleh Roger Wiseman (2003). Sebagai catatan, teori keberuntungan tersebut menjelaskan bahwa ada 4 elemen untuk menciptakan keberuntungan yakni (a) Rajin / tekun, sehingga kita akan berada pada situasi yang tinggi probabiltasnya untuk beruntung. (b) Sering bergaul dengan banyak orang terutama orang-orang berpengaruh. (c) Bila menghadapi situasi buruk, maka carilah sisi positifnya. (d) Kenali naluri kita sehingga proses pengambilan keputusan menjadi jitu. Jadi artinya mahasiswa peserta Psikologi Inovasi dibiasakan untuk tidak takut berubah, dan bila perubahan itu menghasilkan hal-hal buruk maka mahasiswa didorong untuk tetap tabah. Mengajarkan 4 elemen keberuntungan itu sangat mudah, namun ketika kita sendiri menghadapi hal-hal buruk (sementara teman-teman kita mendapatkan hal yang bagus), maka kita terdorong menjadi kreatif untuk membuat alasan / menyalahkan pihak lain. Dalam pelajaran Kesehatan Mental, itu disebut fenomena mekanisme pertahanan diri. Ingatlah, semua alasan adalah benar, dan tidak ada alasan yang salah. Apa komentar Anda?
Jawaban : Komentar tentang Misi Mata Kuliah Psikologi Inovasi dan Teori Keberuntungan Roger Wiseman
Mata kuliah Psikologi Inovasi di Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta menekankan pada keberanian untuk berubah sebagai bagian dari pengembangan diri mahasiswa. Menyikapi perubahan adalah tantangan besar bagi siapa pun, apalagi bagi mahasiswa yang masih berada dalam tahap pencarian jati diri dan arah karir. Salah satu aspek yang ditekankan dalam mata kuliah ini adalah pemahaman bahwa perubahan, meskipun terkadang tidak memberikan hasil yang langsung terlihat baik, tetap diperlukan untuk mencapai perkembangan jangka panjang. Seperti yang dikatakan oleh Robin Sharma, "Perubahan adalah hal yang menakutkan, tapi tidak berubah lebih menakutkan lagi." Artinya, meskipun menghadapi perubahan bisa menakutkan dan berisiko, tidak melakukan perubahan akan lebih berbahaya karena kita akan tetap berada di zona nyaman yang bisa menghambat kemajuan.
Namun, di balik semangat perubahan, banyak mahasiswa yang menghadapi ketakutan, kegagalan, dan bahkan kekecewaan saat perubahan yang mereka lakukan tidak membuahkan hasil yang diinginkan. Di sinilah pentingnya pemahaman tentang teori keberuntungan yang dikemukakan oleh Roger Wiseman (2003). Dalam teorinya, Wiseman menjelaskan bahwa ada empat elemen yang perlu diperhatikan untuk menciptakan keberuntungan: ketekunan, bergaul dengan banyak orang, mencari sisi positif dalam situasi buruk, dan mengenali naluri untuk pengambilan keputusan yang tepat. Keempat elemen ini dapat menjadi pedoman untuk mengatasi ketakutan terhadap perubahan dan mencari solusi dalam menghadapi kegagalan.
Masalah Utama: Ketakutan terhadap Perubahan dan Kegagalan
Salah satu masalah utama yang dihadapi oleh mahasiswa dalam konteks perubahan adalah ketakutan terhadap kegagalan. Tidak jarang, mahasiswa yang berani mencoba hal-hal baru justru merasakan dampak negatif yang lebih besar daripada yang diharapkan. Hal ini dapat menyebabkan rasa frustrasi dan ketidakpastian, apalagi jika melihat teman-teman mereka mendapatkan hasil yang lebih baik. Fenomena ini sangat erat kaitannya dengan mekanisme pertahanan diri yang sering kali membuat individu mencari alasan untuk membenarkan kegagalan mereka. Salah satu bentuk mekanisme pertahanan diri adalah mencari pihak yang bisa disalahkan atas kegagalan yang terjadi, baik itu dosen, sistem pendidikan, atau bahkan faktor eksternal lainnya.
Padahal, seperti yang diungkapkan dalam pelajaran Kesehatan Mental, semua alasan yang dibuat dalam situasi seperti ini adalah benar, tetapi tidak berarti bahwa alasan tersebut sepenuhnya akurat atau objektif. Adanya kecenderungan untuk menjustifikasi kegagalan sebagai cara untuk melindungi diri dari rasa malu atau kekecewaan adalah bentuk dari mekanisme pertahanan diri yang wajar terjadi pada setiap individu. Namun, jika terus menerus digunakan, mekanisme ini dapat menghambat proses pembelajaran dan pengembangan diri.
Solusi untuk Mengatasi Ketakutan terhadap Perubahan dan Kegagalan
Untuk mengatasi ketakutan terhadap perubahan dan kegagalan, beberapa langkah berikut dapat diambil:
1. Menginternalisasi Empat Elemen Keberuntungan: Mengikuti teori keberuntungan Roger Wiseman, mahasiswa perlu memahami bahwa ketekunan adalah kunci untuk mencapai keberuntungan. Ketekunan membantu mahasiswa tetap berada dalam situasi yang lebih besar kemungkinannya untuk sukses.
2. Mengenali dan Mengelola Mekanisme Pertahanan Diri: Memahami bahwa mekanisme pertahanan diri sering kali berperan dalam pembentukan alasan untuk menghindari tanggung jawab atas kegagalan adalah langkah pertama untuk mengatasi masalahnya.
3. Membangun Jaringan Sosial yang Mendukung: Bergaul dengan orang-orang yang berpengaruh, baik itu teman sejawat, dosen, atau tokoh-tokoh yang sudah berpengalaman, akan membuka lebih banyak peluang untuk mendapatkan inspirasi dan saran yang berguna.
4. Melihat Sisi Positif dalam Setiap Situasi: Mahasiswa juga perlu dilatih untuk melihat sisi positif dari setiap kegagalan atau tantangan.
Kesimpulan
Perubahan memang merupakan sesuatu yang menakutkan, namun tidak berubah jauh lebih menakutkan. Misi dari mata kuliah Psikologi Inovasi adalah untuk membiasakan mahasiswa berani mencoba hal baru dan tidak takut gagal. Keberanian ini harus dibarengi dengan pemahaman yang mendalam tentang teori keberuntungan Roger Wiseman, yang mengajarkan pentingnya ketekunan, bergaul dengan orang-orang berpengaruh, mencari sisi positif dalam setiap situasi buruk, dan mengenali naluri kita untuk pengambilan keputusan yang lebih baik. Dengan menginternalisasi elemen-elemen ini, mahasiswa akan dapat lebih siap menghadapi perubahan, menerima kegagalan, dan tetap melangkah maju menuju keberhasilan yang lebih besar.
Daftar Pustaka
Wiseman, R. (2003). The Luck Factor: The Four Essential Principles. New York: Random House.
Sharma, R. (2005). The Monk Who Sold His Ferrari: A Fable About Reaching Your Dreams and Fulfilling Your Destiny. HarperCollins.
Daftar Pustaka:
Harper, M. (1984). Entrepreneur for the poor. London: Intermediate Technology Publications in association with GTZ (German Agency for Technical Co-operation).
Wiseman, R. (2003). The luck factor: The four essential principles. New York: Hyperion
0 komentar:
Posting Komentar