Mata Kuliah : Psikologi Inovasi
Dosen Pengampu : Dr., Dra. Arundanti Shinta, MA.
Naman : Depen Telenggen
Nim : 22310410128
Jawaban nomor 01
1. Apakah mahasiswa Psikologi Inovasi UP45 harus "dipaksa" untuk maju?
Menurut teori motivasi McClelland (1985), dorongan berprestasi (need for achievement, nAch) tidak muncul secara tiba-tiba, melainkan perlu ditumbuhkan melalui lingkungan yang suportif. Kerala menjadi contoh bagaimana masyarakat dengan dorongan berprestasi tinggi memotivasi satu sama lain untuk maju, menunjukkan bahwa faktor sosial sangat memengaruhi motivasi individu.
Namun, memaksa mahasiswa untuk maju bisa kontra-produktif jika tidak dibarengi dengan internalisasi motivasi. Deci & Ryan (1985) melalui Self-Determination Theory menjelaskan bahwa motivasi intrinsik keinginan untuk berprestasi karena kepuasan pribadi jauh lebih kuat daripada motivasi ekstrinsik (misalnya, nilai akhir). Jadi, mahasiswa perlu didorong, bukan dipaksa, dengan cara menunjukkan bagaimana esai prestasi ini bisa relevan bagi pertumbuhan pribadi dan profesional mereka.
2. Apakah mahasiswa menganggap esai prestasi sebagai "low hanging fruits" atau "high hanging fruits"?
Istilah "low hanging fruits" mengacu pada tugas yang mudah dicapai dengan usaha minimal, sedangkan "high hanging fruits" memerlukan usaha besar tetapi hasilnya lebih memuaskan. Banyak mahasiswa tampaknya melihat esai prestasi sebagai tugas yang tidak berdampak langsung pada nilai akhir, sehingga mereka tidak merasa usaha besar tersebut sepadan. Hal ini bisa dijelaskan melalui teori Expectancy-Value Theory (Eccles & Wigfield, 2002), di mana seseorang akan termotivasi jika mereka:
1. Percaya mereka mampu menyelesaikan tugas tersebut (expectancy)
2. Melihat tugas itu bernilai bagi tujuan mereka (value)
Jika mahasiswa merasa bahwa esai prestasi tidak akan memengaruhi IPK mereka atau tidak memberikan manfaat jangka panjang, mereka cenderung mengabaikannya. Ini memperkuat gagasan bahwa mereka melihatnya sebagai "high hanging fruit"—terlalu sulit untuk dicapai dengan sedikit keuntungan.
Jawaban nomor 02.
1. Mengapa mahasiswa harus berani berubah meskipun hasilnya belum tentu bagus?
Prinsip “Perubahan itu menakutkan, tapi tidak berubah lebih menakutkan lagi” (Robin Sharma) sangat selaras dengan teori Growth Mindset dari Carol Dweck (2006). Dweck menjelaskan bahwa individu dengan growth mindset percaya bahwa kemampuan bisa dikembangkan melalui usaha, strategi, dan bantuan dari orang lain. Mahasiswa Psikologi Inovasi dilatih untuk memiliki pola pikir ini, yaitu bahwa kegagalan bukan akhir, melainkan bagian dari proses belajar.
Selain itu, teori keberuntungan Roger Wiseman (2003) menekankan bahwa keberuntungan bukanlah semata-mata nasib, melainkan hasil dari perilaku dan pola pikir tertentu:
1. Rajin/tekun Konsistensi dalam mencoba hal baru meningkatkan peluang untuk mendapatkan hasil positif, meski tidak instan.
2. Relasi sosial Bergaul dengan banyak orang memperluas kesempatan, karena informasi dan dukungan sosial sering kali menjadi katalis keberuntungan.
3. Melihat sisi positif Dikenal sebagai cognitive reappraisal dalam psikologi emosi, kemampuan menginterpretasikan peristiwa negatif secara positif membantu menjaga motivasi.
4. Percaya naluri Mengacu pada intuitive decision-making, di mana keputusan cepat berdasarkan pengalaman bisa lebih efektif daripada analisis berlebihan.
Dalam konteks Psikologi Inovasi, mahasiswa didorong untuk menerima bahwa kegagalan bukan halangan, tetapi batu loncatan menuju keberhasilan—sebuah prinsip yang juga didukung oleh Resilience Theory (Masten, 2001), yang menekankan pentingnya ketahanan psikologis dalam menghadapi kesulitan.
2. Mengapa manusia cenderung menyalahkan pihak lain saat perubahan menghasilkan hal buruk?
Ketika seseorang menghadapi kegagalan, sering kali muncul mekanisme pertahanan diri (defense mechanism) yang dijelaskan oleh Freud (1936). Beberapa mekanisme yang relevan meliputi:
1. Rationalization (Rasionalisasi) Membuat alasan logis untuk membenarkan kegagalan agar tidak merasa bersalah. Misalnya, mahasiswa yang gagal dalam esai prestasi bisa berkata, “Toh tugas ini tidak memengaruhi nilai akhir.”
2. Projection (Proyeksi) Menyalahkan faktor eksternal atau orang lain atas kegagalan. Contohnya, “Saya gagal karena dosen tidak memberi arahan yang jelas.”
3. Denial (Penolakan) Menghindari realitas yang tidak menyenangkan dengan berpura-pura bahwa masalah tidak ada.
Mekanisme ini sebenarnya adalah cara alami untuk melindungi ego, namun jika berlebihan bisa menghambat pertumbuhan pribadi. Oleh karena itu, mahasiswa Psikologi Inovasi perlu dibimbing untuk menyadari mekanisme pertahanan ini, lalu diarahkan agar merefleksikan kesalahan dengan jujur—sejalan dengan prinsip self-awareness dari Emotional Intelligence Theory (Goleman, 1995).
Kesimpulan Saran ?
Dengan Mata Kuliah Psikologi Inovasi ini sangat membantu. Karenanya, begitu proses belajar banyak hal yang mengajarkan sepertinya melakukan jogin, olahraga, dan perubahan lainnya. Hal menunjukkan bagi kami sebagai Mahasiswa Psikologi UP45 dapat memiliki yang berkualitas. Hal ini terlihat sangat membantu dalam kehidupan kita badan ringan itulah salah satu merubah gaya hidup bagi kami sebagai mahasiswa psikologi. Dengan demikian, Mahasiswa baru akan mendatang semoga menjadi manfaat lebih baik lagi dari kami tahun angkatan 2022 kelas reguler.
Referensi:
Dweck, C. S. (2006). Mindset: The new psychology of success. Random House.
Wiseman, R. (2003). The luck factor: The four essential principles. Miramax Books.
Freud, A. (1936). The ego and the mechanisms of defence. Hogarth Press.
Masten, A. S. (2001). Ordinary magic: Resilience processes in development. American Psychologist, 56(3), 227–238.
Goleman, D. (1995). Emotional intelligence: Why it can matter more than IQ. Bantam Books.
Deci, E. L., & Ryan, R. M. (1985). Intrinsic motivation and self-determination in human behavior. Springer Science & Business Media.
McClelland, D. C. (1985). Human motivation. Cambridge University Press.
Eccles, J. S., & Wigfield, A. (2002). Motivational beliefs, values, and goals. Annual Review of Psychology, 53(1), 109–132.
0 komentar:
Posting Komentar