Ujian Remedial Psikologi Inovasi
Nama |
: |
Widya Mela Nova |
NIM |
: |
22310410125 |
Dosen Pengampu |
: |
Arundati
Shinta |
Mata Kuliah |
: |
Psikologi Inovasi |

SOAL 1
Dorongan berprestasi atau need for
achievement/nAff adalah faktor yang mendorong seseorang untuk maju dan
berkembang. Sayangnya, hal ini tidak sepenuhnya disadari oleh mahasiswa
Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta, yang terlihat dari rendahnya partisipasi
mereka dalam pembuatan esai prestasi. Minimnya keterlibatan mahasiswa dalam
tugas ini menunjukkan adanya pola pikir pragmatis yang hanya fokus pada tugas
wajib dan berdampak langsung pada nilai akademik. Banyak mahasiswa enggan
mengalokasikan waktu untuk kegiatan yang dianggap tidak memiliki keuntungan.
Hal ini bisa disebabkan oleh budaya akademik yang lebih menekankan hasil akhir
daripada proses pembelajaran itu sendiri. Selain itu, rendahnya partisipasi
juga dapat dikaitkan dengan kurangnya pemahaman tentang manfaat esai prestasi
dalam jangka panjang. Mahasiswa mungkin belum melihat bahwa kegiatan pelayanan
masyarakat dan publikasi di media massa dapat meningkatkan keterampilan sosial,
membangun jejaring, serta memperkaya portofolio akademik dan profesional
mereka. Jika esai prestasi dipahami sebagai sarana pengembangan diri, maka
partisipasi mahasiswa kemungkinan besar akan meningkat.
Faktor lain yang memengaruhi rendahnya
antusiasme mahasiswa adalah kurangnya kebiasaan dalam kegiatan sosial. Banyak
mahasiswa yang belum terbiasa atau merasa tidak nyaman berkontribusi secara
aktif di luar lingkungan akademik. Akibatnya, tugas ini terasa lebih sulit dan
tidak menarik dibandingkan tugas akademik yang sifatnya lebih terstruktur.
Dalam teori McDouglas, masyarakat Kerala bisa berkembang t karena memiliki
budaya yang mendukung pencapaian kolektif. Budaya tersebut mendorong individu
untuk berprestasi dengan menciptakan ekosistem yang positif dan saling
mendukung. Sebaliknya, mahasiswa yang tidak memiliki lingkungan yang
menstimulasi dorongan berprestasi cenderung merasa tidak terdorong untuk
melakukan usaha lebih. Mereka memerlukan stimulus eksternal agar menyadari
pentingnya pengembangan diri di luar tuntutan akademik. Pemberian penghargaan
atau reward bisa menjadi salah satu cara untuk meningkatkan partisipasi
mahasiswa dalam pembuatan esai prestasi. Jika mahasiswa diberikan manfaat,
seperti poin tambahan pada nilai akhir, kesempatan publikasi resmi, atau
pengakuan dalam lingkungan akademik, mereka akan lebih terdorong untuk
mengerjakannya. Strategi ini sesuai dengan prinsip reinforcement dalam
psikologi, di mana seseorang lebih cenderung melakukan sesuatu jika diberikan
suatu imbalan.
Selain insentif, pendekatan lain yang
lebih efektif adalah dengan mengubah pola pikir mahasiswa terhadap prestasi.
Jika mahasiswa dapat melihat bahwa esai prestasi bukan sekadar tugas tambahan,
melainkan bagian dari persiapan karier dan pengembangan diri, mereka akan lebih
terdorong untuk berpartisipasi. Hal ini dapat dilakukan melalui sosialisasi
yang lebih intensif, pemberian contoh dari alumni yang sukses, serta
pendampingan dalam pelaksanaan tugas. Jika tugas ini memiliki bobot akademik
yang jelas, mahasiswa akan lebih serius dalam mengerjakannya. Dengan demikian,
dorongan berprestasi yang diharapkan bisa ditanamkan dalam proses pembelajaran
secara alami, bukan sebagai tugas yang dianggap opsi atau sekadar beban saja.
Mahasiswa perlu memahami bahwa dalam dunia profesional, keterampilan akademik
saja tidak cukup untuk mencapai kesuksesan. Kemampuan kontribusi dalam
masyarakat, membangun relasi, serta menunjukkan inisiatif adalah faktor yang
akan membedakan mereka dari lulusan lain. Jika mereka terbiasa dengan kegiatan
sosial dan publikasi, maka ketika memasuki dunia kerja, mereka akan memiliki
keunggulan kompetitif yang lebih unggul.
Kesimpulannya, meskipun dorongan
berprestasi bersifat intrinsik, lingkungan akademik bisa memainkan peran dalam
menstimulasi perkembangan tersebut. Mahasiswa tidak harus dipaksa untuk maju,
tetapi mereka perlu diberikan pemahaman dan kesempatan yang lebih luas agar
menyadari pentingnya esai prestasi dalam perjalanan akademik dan profesional
mereka. Jika pendekatan yang lebih strategis diterapkan, partisipasi mahasiswa
dalam tugas ini dapat meningkat secara signifikan.
Referensi:
Mediawati, E. (2010). Pengaruh motivasi
belajar mahasiswa dan kompetensi dosen terhadap prestasi belajar. Dinamika
Pendidikan, 5(2).
Nadiya, O., Afiati, E., & Dwi
Nurmala, M. (2021). Hubungan Self Efficacy Dengan Motivasi Berprestasi Pada
Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Cilegon Dan Implikasi Bagi Program Bimbingan Dan
Konseling. Jurnal Bimbingan Konseling Pendidikan Islam, 2(1),
51-57.
Yuliantini, T. (2013). Pengaruh
kecerdasan emosi (EQ) dan motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar
mahasiswa Akparnas-UNAS Jakarta (Doctoral dissertation, Universitas
Mercu Buana).
SOAL 2
Perubahan sering kali dihindari karena
membawa ketidakpastian. Tidak jarang, perubahan dapat menghasilkan sesuatu yang
lebih buruk dibandingkan dengan keadaan sebelumnya. Namun, ada suatu kutipan
yang saya suka yaitu bunyinya "The darker the night, the brighter the
stars," artinya adalah justru dalam kondisi sulitlah seseorang bisa
menemukan peluang baru. Mata kuliah Psikologi Inovasi bertujuan membentuk pola
pikir yang berani menghadapi perubahan, meskipun ada risiko kegagalan. Dalam
teori keberuntungan dari Roger Wiseman (2003), menjelaskan bahwa keberuntungan
bukanlah sekadar faktor kebetulan, tetapi sesuatu yang dapat diciptakan melalui
ketekunan, membangun koneksi, berpikir positif, dan mengikuti intuisi. Dengan
menerapkan prinsip ini, seseorang dapat menghadapi perubahan dengan lebih
optimis, tanpa terjebak dalam mekanisme pertahanan diri yang hanya menjadi
pembenaran atas kegagalan.
Banyak orang takut berubah karena merasa
nyaman dengan keadaan yang sudah ada. Mereka lebih memilih zona aman daripada
mengambil risiko yang tidak pasti. Namun, jika terus bertahan di tempat yang
sama, kemungkinan besar tidak akan ada perkembangan. Hal ini seperti dalam
konsep "high hanging fruits," di mana keberhasilan terbesar biasanya
terletak pada tantangan yang lebih sulit, bukan pada hal-hal yang mudah
dicapai. Dalam dunia yang terus berkembang, perubahan adalah sesuatu yang tidak
bisa dihindari. Perusahaan, teknologi, bahkan cara berpikir manusia pun berubah
seiring waktu. Oleh karena itu, individu yang mampu beradaptasi dengan perubahan
memiliki peluang lebih besar untuk sukses dibandingkan mereka yang tetap
bertahan dengan pola pikir yang pesimis.
Ketika menghadapi kegagalan akibat
perubahan, mekanisme pertahanan diri sering kali muncul. Dalam psikologi,
mekanisme pertahanan ini berfungsi untuk melindungi individu dari tekanan
emosional yang berlebihan. Beberapa contoh yang sering terjadi adalah
rasionalisasi, di mana seseorang yang gagal dalam suatu perubahan mengatakan, "Saya
gagal karena sistemnya tidak adil," padahal ada faktor lain yang
memengaruhi hasilnya. Selain itu, ada juga proyeksi, yaitu menyalahkan orang
lain atas kegagalan yang dialami, misalnya dengan berpikir, "Saya tidak
berhasil karena tidak ada yang mendukung saya." Bentuk lain yang umum
terjadi adalah denial (penolakan), yaitu menolak menerima kenyataan bahwa
perubahan memang membutuhkan waktu dan usaha yang lebih besar, serta regresi,
yakni kembali pada kebiasaan lama karena merasa perubahan terlalu sulit untuk
dijalani. Meskipun mekanisme pertahanan diri sifatnya memang alami manusia,
terlalu bergantung pada mereka justru dapat menghambat perkembangan diri.
Seseorang yang terus-menerus mencari alasan untuk kegagalannya tidak akan
pernah benar-benar belajar dari kesalahan dan cenderung menghindari tantangan
di masa depan. Oleh karena itu, agar tidak terjebak dalam siklus menyalahkan
keadaan, ada empat elemen keberuntungan dari Wiseman.
1)
Ketekunan. Kesuksesan jarang datang dalam sekali percobaan. Semakin
sering seseorang mencoba, semakin besar kemungkinan untuk berhasil. Kegagalan
bukan alasan untuk berhenti, tetapi menjadi bahan evaluasi untuk perbaikan di
masa depan.
2)
Membangun koneksi. Bergaul dengan orang-orang yang positif dan
berpengaruh dapat membuka banyak peluang baru. Lingkungan yang mendukung akan
membantu seseorang untuk lebih berani dalam menghadapi perubahan.
3)
Berpikir positif. Melihat sisi baik dari kegagalan membuat
seseorang lebih kuat dalam menghadapi tantangan berikutnya. Pola pikir positif
membantu mengubah kesalahan menjadi pengalaman belajar.
4)
Mengikuti intuisi. Tidak semua keputusan harus berbasis logika.
Intuisi yang kuat sering kali berasal dari pengalaman dan pembelajaran yang
telah dikumpulkan sebelumnya.
Jika keempat hal ini diterapkan,
perubahan tidak lagi menjadi sesuatu yang menakutkan, melainkan peluang untuk berkembang
dan mencapai hal-hal baru. Perubahan memang penuh risiko, tetapi tidak berubah
jauh lebih berisiko. Dalam menghadapi tantangan, seseorang bisa memilih untuk
belajar dan berkembang, atau tetap berada dalam zona nyaman dan mencari alasan
untuk menghindarinya. Dengan memahami bahwa keberuntungan dapat diciptakan
melalui ketekunan, koneksi yang baik, pola pikir positif, dan intuisi yang
tajam, seseorang dapat menghadapi perubahan dengan lebih percaya diri.
Referensi:
Cramer, P. (2015).
Understanding defense mechanisms. Psychodynamic psychiatry, 43(4),
523-552.
Wiseman, R. (2003). The
luck factor: The four essential principles. New York: Hyperion
The darker the night, the brighter the stars
0 komentar:
Posting Komentar