Jumat, 21 April 2023

Meringkas Jurnal 2

 Teknik Penyusunan Skripsi

Meringkas Jurnal 2

Shafadita Putri Trisdianty (20310410042)

Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta

Dosen Pengampu: Dr. Arundhati Shinta, MA.

 


Topik

Harga Diri, Sikap Asertif, Kekerasan Pacaran (DatingViolence)

Sumber

 Hulu, V. C. (2022). HUBUNGAN HARGA DIRI DENGAN SIKAP ASERTIF TENTANG KEKERASAN BERPACARAN (DATING VIOLENCE) PADA REMAJA PUTRI KELAS XI DI SMA NEGERI 1 SUNGGAL KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2022. Public Health Journal9(1).

Permasalahan

Remaja yang memilih untuk berpacaran mulai mendapat permasalahan yakni terjadi kedekatan fisik maupun emosional dan di dalamnya sudah ada rasa memiliki yang bisa berkembang pada kecenderungan menguasai dan mengontrol sepenuhnya kehidupan pasangan yang dapat mengakibatkan kekerasan dalam pacaran (dating violence).

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui hubungan harga diri dengan sikap asertif tentang kekerasan berpacaran (dating violence) pada remaja putri kelas xi di sma negeri 1 sunggal kabupaten deli serdang tahun 2022

Isi

    ·         Salah satu tugas perkembangan yang harus dipenuhi seorang remaja adalah menjalin hubungan dengan lawan jenis dimana remaja harus mempersiapkan diri untuk mendapatkan pasangan hidup, dimana hal tersebut merupakan salah satu tugas perkembangan yang harus dilewati.

    ·         Kekerasan pacaran/dating violence adalah pola kekerasan dalam hubungan cinta yang dilakukan seseorang untuk mengatur dan mengendalikan pasangannya agar menuruti semua keinginannya. Kekerasan dalam pacaran (dating violence) dapat terjadi karena rasa cinta yang berlebihan dan ingin memiliki yang terkadang diiringi oleh dominasi dari salah satu pihak yang biasanya didominasi oleh laki-laki.

    ·         Di Indonesia, menurut catatan tahunan Komnas Perempuan yang dirilis pada Maret 2014, terdapat 269.760 kasus kekerasan terhadap perempuan yang dilaporkan dan ditangani sepanjang tahun 2013. 65% kasus kekerasan dialami oleh istri,21% kekerasan dalam pacaran, 7% kekerasan terjadi terhadap anak perempuan dan 6% kekerasan terjadi dalam relasi lain.

    ·         Berdasarkan hasil survey pendahuluan yang dilakukan pada bulan Januari pada remaja kelas XI di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Sunggal, sebanyak 11 orang remaja ini, mereka berpendapat bahwa mereka sebagian mendapat perlakuan kasar dari pasangan mereka.

    ·         Tindakan kekerasan yang terjadi dalam masa pacaran membawa dampak negative bagi korban. Dampak yang terjadi pada korban pun sangat beragam, bersifat fisik, dan psikis. Dampak fisik yang terjadi, antara lain kematian, cacat tubuh (kehilangan fungsi anggota tubuh), atau luka-luka. Sedangkan dampak psikis yang ditimbulkan diantaranya adalah rasa cemas dan takut yang berlebihan terutama terhadap tindakan pembalasan pasangan (Kurniawan, 2010).

Metode

    ·         Penelitian ini bersifat analitik dengan menggunakan desain cross sectional.

    ·        Populasi dalam penelitian ini yaitu remaja putri kelas XI, sampel berjumlah 52 responden dengan menggunakan teknik random sampling.

    ·         Pengumpulan data menggunakan kuesioner kemudian diolah dengan uji-chisquare

Hasil

Berdasarkan analisa data korelasional dengan menggunakan uji Chi Square menunjukkan bahwa hipotesis diterima, yaitu ada hubungan harga diri dengan sikap asertif dalam kekerasan berpacaran (dating violence) pada remaja putri kelas XI di SMA N 1 Sunggal Kabupaten Deli Serdang Tahun 2016. Hal ini dapat dilihat dari p=0,000 dan 𝛼 = 0,05 sehingga p< 𝛼. Hasil menunjukkan semakin tinggi harga diri remaja maka semakin tinggi sikap asertif nya sehingga menurun kecenderungan mengalami kekerasan berpacaran (dating violence).

Diskusi

    ·         Remaja yang memiliki harga diri tinggi umumnya terlihat aktif dan dapat mengekspresikan diri dengan baik dilingkungannya. Tidak mudah terpengaruh dan tidak mudah bergantung pada orang lain.Sebaliknya, individu yang memiliki harga diri rendah, merasa dirinya tidak berharga, dan sangat tergantung pada orang lain. Biasanya individu yang memiliki harga diri tinggi mampu bersikap asertif.

    ·         Asertivitas pada diri perempuan merupakan hal yang cukup penting untuk menanggapi hingga menghindari kasus kekerasan yang dilakukan lakilaki terhadap perempuan. Respon terhadap kekerasan tersebut dapat menerima atau menolak tergantung dari perilaku asertif yang dimiliki.

    ·         Program Organisasi Intra Sekolah (OSIS) harus dikembangkan sebagai wadah untuk menampung, dan menyalurkan aspirasi serta memberi informasi bagi siswa/siswi khususnya remaja putri tentang bagaimana sikap remaja putri menanggapi kekerasan berpacaran, maka cara yang dipandang tepat untuk meningkatkan perilaku mereka adalah dengan bersikap asertif

 

0 komentar:

Posting Komentar