Rabu, 26 April 2023

Essay 3 Review Jurnal : KEYAKINAN YANG MENDUKUNG TINDAK KEKERASAN PERUNDUNGAN BERDASARKAN PERSPEKTIF PERBEDAAN JENIS KELAMIN

 

KEYAKINAN YANG MENDUKUNG TINDAK KEKERASAN PERUNDUNGAN

BERDASARKAN PERSPEKTIF PERBEDAAN JENIS KELAMIN

Afini Musyarofah.J

22310410113

Mahasiswa Psikologi Universitas Proklamasi 45

Yogyakarta



Topik

Analisis perbedaan jenis kelamin, keyakinan yang mendukung tindak perundungan di sekolah.

Sumber

Borualogo, I.S., Sulisworo, K. & Hedi, W. (2023). Keyakinan Yang Mendukung Tindak Kekerasan Perundungan Berdasarkan Perspektif Perbedaan Jenis Kelamin. Jurnal Psikologi Sosial, 21(01), 83-97.

Permasalahan

Frekuensi terjadinya kasus perundungan di Indonesia yang tergolong cukup tinggi. meskipun demikian, Pemerintah Republik Indonesia telah menunjukkan keseriusan dalam menangani perundungan di sekolah melalui Permendikbud Nomor 82 tahun 2015 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Tindak Kekerasan di Lingkungan Satuan Pendidikan. Namun, perundungan tetap cenderung mengalami peningkatan.

Tujuan penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis kontribusi keyakinan yang mendukung tindak kekerasan terhadap tindakan perundungan pada siswa laki-laki dan siswa perempuan tingkat SD dan SMP. serta untuk mengisi kesenjangan informasi mengenai kontribusi keyakinan yang mendukung tindak kekerasan terhadap tindakan perundungan melalui perspektif perbedaan jenis kelamin, sehingga diharapkan dapat memberikan masukan berharga bagi orang tua dan guru dalam upaya prevensi tindakan perundungan di sekolah.

Isi

·         Perilaku perundungan adalah frekuensi individu melakukan tindakan perundungan secara berulang, yang terjadi karena adanya perbedaan kekuatan di antara pelaku dan korban.

·         karakteristik individu yang diuji pengaruhnya adalah jenis kelamin sebagai moderator terhadap keyakinan yang mendukung tindak kekerasan dan tindak perundungan baik secara fisik, verbal, maupun psikologis.

·         Siswa laki-laki lebih sering melakukan tindakan perundungan dibandingkan siswa perempuan.

·         Secara signifikan menunjukkan bahwa keyakinan yang mendukung tindak kekerasan fisik, verbal, dan psikologis pada siswa laki-laki lebih tinggi daripada keyakinan yang mendukung tindak kekerasan pada siswa perempuan.

·         Perundungan verbal di sekolah merupakan perundungan yang paling sering terjadi, karena pada umumnya guru menilai bahwa mengejek sesama siswa adalah bentuk candaan padahal bagi siswa ejekan ini merupakan bentuk perundungan karena mereka jadi sakit hati.

Metode

·       Penelitian ini merupakan penelitian non- eksperimental yang mengkaji kontribusi dari keyakinan yang mendukung tindak kekerasan terhadap perilaku perundungan (fisik, verbal, dan psikologis) pada siswa SD dan siswa SMP yang dianalisis berdasarkan perbedaan jenis kelamin.

·       Subjek penelitian terdiri dari 11 SD dan 10 SMP dengan Sampel representatif dari siswa SD kelas 4, 5, dan 6, serta siswa SMP kelas 7, 8, dan 9 di Kota Bandung. Total sampel sebanyak 1,539 siswa dan diambil melalui teknik sampling klaster berstrata yang diambil secara acak.

·       Metode pengambilan Informasi mengenai keyakinan yang mendukung tindak kekerasan diukur menggunakan Beliefs Supporting of Violence yang dikembangkan oleh Bosworth et al. (1999) dan telah diterjemahkan ke dalam konteks Indonesia dengan mengikuti prosedur adaptasi alat ukur seperti dijelaskan oleh Borualogo et al.(2019). Alat ukur ini terdiri dari 6 pertanyaan, yaitu ;

1.       Jika saya menghindar dari perkelahian, saya akan dianggap pengecut/penakut,

2.       Tidak apa-apa jika memukul seseorang yang memukul kamu duluan,

3.       Jika anak lain mengganggu saya, saya biasanya tidak dapat menyuruhnya berhenti kecuali saya memukulnya,

4.       Jika saya menolak untuk berkelahi, teman-teman akan menganggap bahwa saya penakut,

5.       Saya tidak perlu berkelahi, karena ada cara-cara lain untuk mengatasi kemarahan,

6.       Jika saya mau, saya biasanya dapat membicarakan asal muasal penyebab masalahnya dengan seseorang yang mengajak saya berkelahi.

Dengan memilih 5 skala jawaban pada setiap pertanyaan, yaitu; Sangat Tidak setuju = 1, Tidak setuju = 2, Agak tidak setuju = 3, Setuju = 4 dan Sangat setuju = 5 Skala jawaban bersifat terbalik untuk pertanyaan nomor 5 dan 6. Semakin tinggi skor mengindikasikan semakin kuatnya keyakinan siswa dalam mendukung tindak kekerasan.

·       Metode pengambilan data mengenai Perilaku perundungan diukur menggunakan alat ukur yang dikembangkan oleh Cole et al. (2006) dan telah diadaptasi ke dalam konteks Indonesia dengan mengacu pada prosedur adaptasi alat ukur lintas budaya (Borualogo et al., 2019). Alat ukur ini terdiri dari 10 pertanyaan, yaitu:

1.       Saya memukul anak lain secara sengaja

2.       Saya menendang anak lain secara sengaja

3.       Saya menarik anak lain dengan kasar secara sengaja

4.       Saya mendorong anak lain secara sengaja

5.       Saya mengancam untuk menyakiti anak lain

6.       Saya mengancam untuk mengambil barang-barang anak lain

7.       Saya berkata kasar kepada anak lain

8.       Saya mengejek anak lain dengan panggilan yang buruk

9.       Saya melarang anak lain untuk berteman dengan anak tertentu

10.   Saya menghalangi anak lain untuk bergabung dengan kegiatan yang saya lakukan.

Terdapat empat pilihan skala untuk menjawab, yaitu; Tidak pernah = 1, Sekali = 2, dua atau tiga kali = 3, dan Lebih dari tiga kali = 4. Skor yang tinggi mengindikasikan frekuensi yang lebih sering dalam melakukan tindakan perundungan. Pertanyaan nomor 1 hingga nomor 4 merupakan tindakan perundungan fisik, pertanyaan nomor 5 sampai nomor 8 merupakan tindakan perundungan verbal, sedangkan pertanyaan nomor 9 dan 10 merupakan tindakan perundungan psikologis.

·       Analisis data menggunakan regresi linier dengan PROCESS v4.1 untuk menguji jenis kelamin sebagai variabel moderator terhadap keyakinan yang mendukung tindak kekerasan dan tindakan perundungan, dan analisis Deskriptif yang menyajikan frekuensi tindakan perundungan serta nilai rerata (M) dan Standard Deviation (SD) untuk melihat signifikansi perbedaan kekuatan keyakinan yang mendukung tindak kekerasan pada kelompok siswa laki-laki dan siswa perempuan.

Hasil

·         Menunjukkan bahwa keyakinan yang mendukung tindak kekerasan memberikan kontribusi signifikan bagi individu dalam melakukan tindakan perundungan baik secara fisik, verbal, maupun secara psikologis.

·         Jenis kelamin tidaklah menjadi moderator atas keyakinan yang mendukung tindak kekerasan dan tindakan perundungan.

·         Hasil analisis menunjukkan bahwa kontribusi keyakinan yang mendukung tindak kekerasan hanya berkisar antara 1.4% hingga 9.3%. Artinya, terdapat faktor-faktor lain yang memberikan kontribusi lebih besar bagi terjadinya tindakan perundungan di sekolah.

·         Studi yang dilakukan oleh Brewer et al. (2018) menunjukkan bahwa iklim sekolah menjadi prediktor perundungan di mana guru dan seluruh komponen sekolah perlu menciptakan rasa aman agar siswa terhindar dari rasa takut mendapatkan penyerangan.

Diskusi

·         Penelitian ini dibahas menggunakan pendekatan sosioekologi dari Bronfenbrenner (1979). Walaupun teori ini teori klasik, tetapi sering digunakan sebagai dasar teoretis dalam menjelaskan model pengaruh lingkungan terhadap individu di setiap level sistem yang berbeda untuk menjelaskan karakteristik individu yang berinteraksi dengan konteks lingkungan yang dapat meningkatkan atau mencegah tindakan perundungan (Hong & Espelage, 2012).

·         Guru perlu mengubah cara berinteraksi dengan siswa-siswi di sekolah dengan memberikan perhatian serius terhadap laporan yang disampaikan siswa terkait perundungan verbal, dan tidak menganggapnya hanya sekedar candaan saja.

·         Orang tua dan guru perlu memperhatikan secara serius perkiraan apa saja yang bisa menjadi penyebab terjadinya perundungan di sekolah, sehingga dapat dilakukan upaya untuk menekan angka kejadian perundungan dengan mempertimbangkan perbedaan jenis kelamin siswa.

·         Penelitian ini hanya menguji jenis kelamin sebagai moderator bagi kontribusi keyakinan yang mendukung tindak kekerasan terhadap tindakan perundungan, sehingga tidak dapat mengetahui faktor-faktor lain yang berkontribusi bagi terjadinya variasi tindakan perundungan pada siswa laki-laki dan siswa perempuan.

 

0 komentar:

Posting Komentar