Kamis, 20 April 2023

Essay 2 review film tentang psikologi industri dan organisasi

 Essay 2 review film tentang psikologi industri dan organisasi

Nama : Maulana Malik Ibrahim
Nim : 22310410091
Kelas : reguler A1
Dosen pengampu: Dr.Dra. Arundati Shinta MA


Topik

Vince Vaughn dan Owen Wilson adalah dua orang salesman yang menjalani karier di dunia digital. Mencoba untuk membuktikan bahwa mereka tidak ketinggalan zaman, mereka menentang kemungkinan dengan magang di perusahaan yang didambakan semua orang yaitu Google, hingga mereka menemukan bagaimana sulitnya bersaing dengan ahli teknologi lainnya.

Sumber

https://m.imdb.com/title/tt2234155/

Ringkasan

Apa jadinya saat dua orang yang tak memiliki latar belakang pekerjaan teknologi informasi diterima di perusahaan kenamaan Google sebagai karyawan magang?
Pertanyaan itulah yang menjadi gagasan utama film berdurasi 119 berjudul 'The Internship'. Duo kocak Vince Vaughn dan Owen Wilson menjadi tokoh sentral dalam film tersebut. Sebelumnya mereka pernah sukses berduet dalam film komedi "The Wedding Crashers" (2005).

Ringkasan (Lanjutan)

Cerita "The Internship" berawal dari Bill McMahon (Vince Vaughn) dan Nick Campbell (Owen Wilson) yang diberhentikan dari pekerjaan mereka sebagai salesman sebuah perusahaan yang bangkrut. Kemudian mereka memutuskan untuk mencoba melamar pekerjaan di Google.
Hal ini tentu sangat bertolak belakang dari pekerjaan mereka sebelumnya sebagai salesman. Namun berkat sesi wawancara yang meyakinkan, mereka berhasil diterima sebagai karyawan magang.
Ternyata, dari sekian banyak peserta magang di Google, Bill dan Nick adalah peserta paling tua di antara peserta lain yang masih berstatus sebagai mahasiswa.
Dalam program magang yang diadakan selama musim panas tersebut, peserta akan dibagi dalam kelompok. Bill dan Nick masuk dalam kelompok yang sama beserta tiga peserta lain bernama Stuart, Neha, dan Yo-yo, serta pemimpin kelompok bernama Lyle.
Karakter mereka begitu unik, memiliki kepintaran anak jenius, namun tidak terlalu beruntung dalam kehidupan sosial. Stuart terus tenggelam dalam keasyikannya mengutak-atik telepon selularnya. Neha tidak bisa melontarkan lelucon tanpa menyertakan fantasi "nakal"nya. Yoyo terlalu keras pada dirinya sendiri akibat didikan ibunya yang overprotective, dan Lyle pria yang terlalu banyak bicara untuk menutupi kegugupannya.
Setiap kelompok ditantang untuk mengerjakan berbagai tugas, dan pemenangnya akan mendapat pekerjaan tetap di Google. Di sinilah konflik mulai terbangun. Bill dan Nick yang tidak ahli soal teknologi, harus mengimbangi rekan sekelompoknya untuk dapat menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan. Tak lupa untuk menambah unsur pelengkap sebuah cerita, tokoh antagonis bernama Graham dimunculkan. Graham juga merupakan peserta magang dan ia menganggap remeh kemampuan Bill dan Nick.
Ada juga bumbu percintaan, ketika Nick mengincar salah seorang karyawati Google bernama Dana yang sulit didekati. Begitu juga dengan Lyle, yang sudah lama mengagumi seorang instruktur senam di kantor Google, namun tidak memiliki keberanian untuk mengungkapkan perasaannya.
Hal menarik dari film ini adalah, kita dapat melihat isi kantor Google meski belum ada konfirmasi apakah yang terlihat di film sama dengan isi kantor aslinya. Tetapi setidaknya imajinasi kita akan isi kantor Google yang keren serta gambaran budaya perusahaan mereka sudah cukup terwakilkan di film ini. Bukankah asyik jika di dalam kantor ada "perosotan" yang memudahkan kita turun ke lantai bawah? Atau ruang istirahat dengan kursi santai yang didesain memiliki penutup setengah badan? Semua itu dapat kita lihat di film ini.
Di samping banyak kritikus yang mengatakan bahwa film ini adalah bentuk iklan besar-besaran Google, namun bukan itu poinnya. Film ini memberi kita pesan bahwa setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan yang dapat saling melengkapi. Ketika bekerja dalam sebuah tim, tidak semua anggota memiliki kemampuan yang sama, tetapi jika mereka bisa saling percaya, maka akan terjalin kerja sama yang baik.
Meski begitu, untuk ukuran film komedi, rasanya belum ada dialog yang benar-benar mengocok perut atau istilah lain belum mencapai klimaks. Namun film ini tetap menghibur dan tentunya membawa pesan yang baik untuk kita semua.

Permasalahan

Billy dan Nick adalah dua penjual jam tangan empat puluhan yang kehilangan pekerjaan ketika perusahaan mereka gulung tikar (tidak ada lagi yang menggunakan jam tangan). Keduanya kini terombang-ambing dalam dunia yang telah mereka lalui.

Opini saya

Film ini memberi kita pesan bahwa setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan yang dapat saling melengkapi. Ketika bekerja dalam sebuah tim, tidak semua anggota memiliki kemampuan yang sama, tetapi jika mereka bisa saling percaya, maka akan terjalin kerja sama yang baik.

0 komentar:

Posting Komentar