Teknik
Penyusunan Skripsi
Meringkas
Jurnal 1
Shafadita
Putri Trisdianty (20310410042)
Fakultas
Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta
Dosen
Pengampu: Dr. Arundhati Shinta, MA.
Topik |
Harga
Diri, Perilaku Asertif |
Sumber |
Aryanto,
W., Arumsari, C., & Sulistiana, D. (2021). Hubungan Antara Harga Diri
Dengan Perilaku Asertif Pada Remaja. QUANTA, 5(3),
95-105. |
Permasalahan |
Masih
banyak pelanggaran yang dilakukan oleh siswa. Diantaranya pelanggaran tata
tertib sekolah, seperti merokok di lingkungan sekolah, perilaku membolos saat
pembelajaran dan masih banyak siswa yang kesiangan berangkat sekolah akibat
pengaruh temannya sendiri, selain itu banyak siswa yang berperilaku pasif
ketika dikelas karena merasa takut pada guru, tidak percaya diri apabila
mengungkapkan pendapat,kurang harmonis
dengan teman sekelas karena memiliki kelompok sendiri dan saling
menjelek-jelekkan atau saling menjatuhkan. Hal tersebut memicu kenakalan pada
siswa, karena merasa ada teman dalam melakukan prilaku menyimpang. |
Tujuan
Penelitian |
Untuk
mengetahui hubungan antara harga diri dengan perilaku asertif pada remaja. |
Isi |
·
Sekolah sebagai tempat pendidikan formal yang
utama bagi setiap individu dalam menggali ilmu dan mengembangkan kemampuan
diri, agar siswa memiliki kemampuan untuk menyelesaikan berbagai permasalahan
yang dihapinya. Masa yang menjadi perhatian pendidik adalah masa remaja saat
duduk di bangku SMP dan SMA ataupun sederajatnya, karena masa ini yang rentan
terjadinya perilaku menyimpang (Mantiri, 2014: 2). ·
Fenomena yang menghambat perkembangan masa remaja
yaitu seperti fenomena yang ada dalam kehidupan sehari-hari, contohnya
dilingkungan sekolah banyak ditemukan siswa yang berprilaku menyimpang
seperti, merokok, berbohong, bolos sekolah, hingga kenakalan yang bersifat
kriminal seperti tawuran, mabuk dan seks bebas, hal ini disebabkan oleh
kepribadian yang lemah yaitu ketidakmampuan para remaja untuk bersikap asertif. ·
Coopersmith memberikan pengertian tentang harga
diri adalah penilaian diri yang dipengaruhi oleh sikap, interaksi,
penghargaan, dan penerimaan orang lain terhadap individu. ·
Perilaku asertif adalah perilaku yang memungkinkan
seseorang untuk bertindak sendiri terkait kepentingan atau kebutuhan untuk
diri sendiri tanpa kecemasan yang tidak semestinya, sehingga dapat
mengekspresikan perasaan jujur, tenang dan nyaman, selain itu individu dapat
memanfaatkan hak sendiri tanpa menyangkal hak orang lain (Alberti &
Emmons, 2017). ·
Salah satu faktor yang paling penting dalam
berperilaku asertif adalah harga diri, karena harga diri dipandang sebagai
salah satu aspek yang paling penting dalam pembentukan kepribadian seseorang
(Yasdiananda, 2013). Perilaku asertif akan muncul apabila individu memiliki
harga diri yang positif, maka akan tumbuh keyakinan dalam diri bahwa semua
prilaku yang dilakukan itu sangat berharga bagi oranglain, sehingga individu
akan mudah menyatakan pendapat dengan tegas, jujur, terbuka, dan berani
mengatakan iya atau tidak tanpa adanya kecemassan dalam diri serta dapat
menghargai atau menjaga perasaan oranglain. |
Metode |
·
Menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode
deskriptif. ·
Menggunakan desain korelasional. ·
Teknik pengambilan sample dengan purposive
sampling sebanyak enam kelas. ·
Instrument yang digunakan dalam membuat pernyataan
harga diri, mengunakan aspek-aspek yang digunakan oleh Coopersmith, sedangkan
interument yang digunakan untuk membuat pernyataan prilaku asertif, merujuk
pada aspek-aspek yang dikembangkan oleh Alberti & Emmons (2017). |
Hasil |
·
Gambaran umum harga diri yakni secara keseluruhan
siswa kelas XI di SMA Negeri 6 Kota Tasikmalaya mayoritas berda pada kategori
tinggi. ·
Gambaran umum perilaku asertif yakni secara
keseluruhan siswa kelas XI di SMA Negeri 6 Kota Tasikmalaya mayoritas berda
pada kategori rendah. ·
Hasil uji korelasi antara harga diri dengan
prilaku asertif menghasilkan koefisien 0,694. |
Diskusi |
·
Anak kelas XI memiliki harga diri yang sangat
baik. Dengan kata lain, siswa pada tingkat ini dapat mengekspresikan diri,
tidak mudah menyerah, menerima diri apa adanya, dan mengikuti norma, kode
etik, dan prinsip-prinsip agama, tetapi mereka tidak merasakannya setiap hari
(20-30). kali setahun). 1 bulan), harga diri sangat tinggi, hanya 10 siswa
(6%), sebagian besar siswa kurang percaya diri, 71 (39%) dan sangat rendah,
15 (8%). Siswa rendah dan sangat rendah tetap ada. Intervensi diperlukan
untuk meningkatkan harga diri siswa ke tingkat yang sesuai. Siswa dengan
harga diri yang kuat percaya bahwa mereka dapat relevan dan dihargai. Siswa
dengan harga diri yang buruk tidak memahami dan menghargai diri mereka
sendiri, yang menyebabkan perasaan tidak menyenangkan. ·
Secara keseluruhan, 46% (82 siswa) perilaku
asertif siswa kelas XI SMA Negeri 6 Kota Tasikmalaya tergolong rendah. Pada
tingkat ini, siswa tidak dapat dengan jujur mengkomunikasikan perasaan dan
pikirannya, sehingga mereka tidak dapat berkata "tidak" pada
apapun. Kategori sangat rendah 13 siswa (7%), 74 (41%), dan 11 (6%). • Uji
korelasi antara harga diri dengan perilaku asertif pada siswa kelas XI SMA
Negeri 6 Kota Tasikmalaya menunjukkan hubungan yang kuat dengan nilai 0,694.
Tabel Pearson menyatakan bahwa nilai uji korelasi mendekati 1. Hasil ini
menunjukan bahwa semakin tinggi harga diri maka semakin tinggi prilaku
asertif karena pengaruh harga diri sangat kuat terhadap prilaku asertif
siswa. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah harga diri yang dimiliki oleh
siswa kelas XI SMA Negeri 6 Kota Tasikmalaya maka akan semakin rendah juga
perilaku asertif yang akan dimilikinya. |
0 komentar:
Posting Komentar