Minggu, 23 April 2023

Meringkas Jurnal I

Tugas Mata Kuliah Teknik Penyusunan Skripsi

Dosen Pengampu: Dr., Dra. Arundati Shinta, M.A

Rahayu (20310410061)

Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta



Topik

Alexithymia, Agresivitas, Remaja

Sumber

Victoria Cindy & Tri Kurnia Ambarini. (2021). Hubungan antara Kecenderungan Alexithymia dengan Agresivitas pada Usia Remaja. Buletin Riset Psikologi dan Kesehatan Mental (BRPKM), 2021 Vol. 1(1), 687-694

Permasalahan

Permasalahan pada penelitian ini adalah berkaitan dengan penelitian terlebih dahulu mengenai agresi merupakan bentuk luapan emosi negatif yang tidak dapat dikontrol, seperti rasa frustrasi dan amarah disertai rasa tidak suka yang kuat. Akan tetapi, penelitian selanjutnya menyatakan adanya masalah dalam fungsi emosional juga dapat menyebabkan munculnya agresivitas, seperti rendahnya kesadaran emosi.

Beberapa penelitian telah mengkonfirmasi hal tersebut, akan tetapi terdapat pula penelitian lain yang menemukan hal yang sedikit berlawanan. Penelitian oleh Evren, dkk. (2015) menemukan individu dengan alexithymia memiliki tingkat agresi yang lebih tinggi dibandingkan individu non-alexithymia. Penelitian Janik McErlean & Lim (2019) dan Li, dkk (2020) juga menemukan bahwa terdapat hubungan positif antara alexithymia dan agresi. Sebaliknya, de Schutter, dkk. (2016) menemukan bahwa peningkatan level alexithymia tidak terkait dengan level agresivitas yang lebih tinggi. Alasannya karena individu yang lebih sadar secara emosi dapat memberikan respon stres yang lebih tinggi terhadap stimulus ancaman sehingga rentan akan pikiran dan emosi negatif. Studi literatur oleh Hemming, dkk. (2019) juga menyebutkan adanya sedikit asosiasi antara agresivitas dengan karakteristik alexithymia yaitu gaya berpikir konkrit dimana individu mengabaikan emosi dalam diri. Disebutkan bahwa mengabaikan emosi dalam diri memungkinkan seseorang untuk melindungi kondisi mental dari efek buruk seperti menyalahkan diri sendiri, meskipun juga tidak memungkinkan untuk melakukan penilaian ulang terhadap suatu masalah (Larionov & Grechukha, 2020).

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ialah untuk menguji korelasi atau hubungan antara alexithymia dan agresivitas pada remaja sehingga tipe penelitian kuantitatif korelasional akan digunakan sebagai metode penelitian.

Isi

           Alexithymia karakteristik kepribadian atau trait berupa defisit kognitif dalam mengidentifikasi dan mengkomunikasikan emosi, serta rendahnya pikiran akan emosi (Jenkins, 2018; Taylor, dkk., 1999). karakteristik utama dari alexithymia yakni defisit kognitif dalam mengidentifikasi dan mengungkapkan emosi, serta kurang memikirkan emosi yang dirasakan

          Prevalensi kekerasan yang tinggi pada beberapa tahun terakhir menunjukkan seriusnya permasalahan agresivitas dalam kehidupan masyarakat. Sistem Nasional Pemantauan Kekerasan Indonesia (SNPK) pada tahun 2015 menunjukkan terjadinya insiden kekerasan sebanyak 2.027 kasus di 34 provinsi di Indonesia. Dampak dari kekerasan tersebut menyebabkan sebanyak 216 orang tewas dan 1.690 orang cedera. Agresivitas yang terjadi pada individu erat kaitannya dengan proses emosional (Nurfitria & Machsunah, 2019; Teten, dkk., 2008). Menurut Rinanda & Haryanta (2017), agresi merupakan bentuk luapan emosi negatif yang tidak dapat dikontrol, seperti rasa frustrasi dan amarah disertai rasa tidak suka yang kuat. Akan tetapi, penelitian selanjutnya menyatakan adanya masalah dalam fungsi emosional juga dapat menyebabkan munculnya agresivitas, seperti rendahnya kesadaran emosi (Aeni, 2011; Gillespie, dkk., 2018; Merdekasari & Chaer, 2017; Roberton, dkk., 2012).

Metode

     Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner self-report mencakup informasi mengenai identitas partisipan dan skala Likert yang sudah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia. Analisis data akan dilakukan dengan bantuan program SPSS 22.0 for windows. Uji normalitas menggunakan analisis Kolmogorov-Smirnov karena jumlah sampel yang diatas 100 orang. Penelitian ini menggunakan skala agresi (BPAQ-29) dan skala alexithymia (TAS-20). Uji korelasi menunjukkan terdapat hubungan signifikan antara alexithymia dan agresivitas pada usia remaja, r(204) = 0,41, p = 0,000. Persentase tertinggi variabel alexithymia pada remaja berada pada skor tertinggi, sedangkan persentase tertinggi variabel agresivitas berada pada skor moderat. Hasil penelitian ini mengimplikasikan adanya masalah emosi dan agresi pada usia remaja yang cukup tinggi sehingga perlu pencegahan masalah mental yang lebih parah bagi remaja di kemudian hari.

Hasil

               Berdasarkan hasil penelitian Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa partisipan yang tidak mengalami alexithymia ialah sebanyak 57 orang (27,7%), partisipan yang memiliki skor alexithymia ambang berjumlah 51 orang (24,8%), dan partisipan yang memiliki skor alexithymia tinggi ialah sebanyak 98 orang (47,6%). Sementara itu, partisipan yang memiliki skor agresivitas rendah berjumlah sebanyak 29 orang (14%), partisipan dengan skor agresivitas moderat berjumlah 140 orang (68%), dan partisipan dengan skor agresivitas tinggi berjumlah 37 orang (18%). Hasil uji korelasi menunjukkan nilai koefisien korelasi sebesar rs(204) = 0,41, p < 0,05 dan memiliki kekuatan hubungan (rs) yang berada pada kisaran antara 0,30 – 0,49 yang termasuk kekuatan hubungan yang moderat. Kesulitan mengidentifikasi dan mendeskripsikan emosi (DIF dan DDF) menunjukkan nilai korelasi p < 0,05 dengan dimensi PA (Physical Agression), Ang (Anger), dan H (Hostility). Dimensi Verbal Agression (VA) menunjukkan korelasi sebesar p > 0,05 dengan keseluruhan dimensi alexithymia (DIF, DDF, dan EOT). Dimensi EOT menunjukkan korelasi sebesar p > 0,05 dengan keseluruhan dimensi agresivitas (PA, VA, H, dan Ang).

Diskusi

 Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, hubungan yang positif dan signifikan antara alexithymia dan agresivitas pada remaja menunjukkan bahwa remaja yang memiliki kecenderungan alexithymia yang tinggi lebih mungkin untuk mengalami peningkatan agresivitas, begitu pun sebaliknya. Temuan dalam penelitian ini sejalan dengan beberapa penelitian sebelumnya, salah satunya ialah penelitian Janik McErlean dan Lim 2019 serta Li dan kawan-kawan 2020 menemukan bahwa terdapat hubungan positif antara alexithymia dan agresi. Emosi berfungsi menyediakan informasi untuk mengarahkan, mengontrol, dan meregulasi perilaku yang sejalan dengan norma sosial. Namun, individu yang mengalami alexithymia seringkali tidak sadar atau kebingungan akan emosi yang dirasakan beserta penyebabnya. Kesulitan dalam mengekspresikan perasaan tersebut dapat membuat individu mengalami frustrasi atau distres internal sehingga gagal mengatur emosi secara adaptif dan berujung pada munculnya masalah perilaku Konrath dkk. , 2012 Aricak Ozbay, 2016 Li, dkk. , 2020. Secara umum, bentuk perilaku agresif memang dapat disebabkan oleh adanya afek negatif, seperti kemarahan. Akan tetapi, tidak selamanya kemarahan terwujud dalam perilaku agresi karena masih bergantung pada apa yang dilakukan terhadap afek negatif tersebut Aeni, 2011. Dalam hal ini, keterampilan emosional individu memainkan peran penting. Keterampilan emosional yang baik membuat individu dapat mengendalikan perasaan dan mampu mengungkapkan reaksi emosi sesuai dengan waktu dan kondisi yang ada sehingga tidak mudah meluapkan energinya ke arah perilaku yang merugikan diri sendiri maupun orang lain. Seperti yang kita ketahui, masa remaja dipandang sebagai tahap perkembangan emosional masih berada dalam proses pematangan dan dapat mengarah ke berbagai gaya dan metode ekspresi emosi pada masing-masing remaja. Remaja seringkali sulit menunjukkan, mengkontrol, dan mengatur emosinya sehingga membuat remaja menggunakan mekanisme koping untuk meredam emosinya secara maladaptif, salah satunya agresi. Periode pematangan emosional yang kurang sukses inilah yang dapat membuat remaja rentan terhadap banyak masalah kesehatan mental yang lebih berat, salah satunya alexithymia Sfeir dkk.

0 komentar:

Posting Komentar