Kamis, 20 April 2023

MERINGKAS JURNAL 1

 

Tugas Mata Kuliah Teknik Penyusunan Skripsi

Dengan Dosen Pengampu Dr., Dra. Arundati Shinta, M.A

Siti Nurhaliza

20310410055

Fakultas Psikologi

Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta


Topik

Fonologis kata-kata serapan bahasa sunda dari bahasa arab.

Sumber

Suherman, A. (2012). Perubahan fonologis kata-kata serapan bahasa Sunda dari bahasa Arab: Studi kasus pada masyarakat Sunda di Jawa Barat, Indonesia. Sosiohumanika5(1). 21- 38

 

permasalahan

Dengan masuknya agama Islam ke Indonesia, termasuk ke daerah suku Sunda di Jawa Barat mempengaruhi segala aspek kehidupan masyarakat sunda, salah satunya kosakata. Kosakata yang berasal dari bahasa arab yang terus masuk menjadi kosakata serapan, yang akhirnya tidak dirasakan lagi sebagai kosakata serapan. Padahal sejumlah kosakata dalam bahasa sunda yang diserap dari bahas arab diwarnai oleh perubahan fonologis yang ada kaitannya dengan asal- usul bahasa tersebut dan setiap bahasa juga memiliki sistem fonologi yang berbeda-beda.

 

Tujuan penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui lebih dalam mengenai fonologi, khususnya mengenai fonem-fonem yang terdapat pada bahasa yang diteliti (Bahasa Sunda), juga agar penulis mengetahui kedekatan fonem antara kosa kata pokok dengan bahasa yang diteliti (Bahasa Sunda)

 

Isi

·         Fonologi merupakan bidang ilmu bahasa yang menganalisis bunyi bahasa secara umum. Bidang ini meliputi dua bagian. Pertama fonetik, yang merupakan bagian fonologi yang mempelajari cara menghasilkan bunyi bahasa, atau bagaimana suatu bunyi bahasa diproduksi oleh alat ucap manusia. Kedua adalah fonemik, yaitu bagian fonologi yang mempelajari bunyi ujaran menurut fungsinya sebagai pembeda arti.

·         Bahasa adalah suatu alat komunikasi yang digunakan antara anggota masyarakat yang berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Adapun bahasa sunda merupakan bahasa yang dituturkan atau yang digunakan oleh sekitar 27 juta orang dan merupakan bahasa dengan penutur terbanyak kedua di Indonesia setelah Bahasa Jawa.

·         Bahasa Arab merupakan salah satu bahasa Semitik Tengah, yang termasuk dalam rumpun bahasa Semitik yang berkerabat dengan bahasa Ibrani dan bahasa-bahasa Neo-Arami. Bahasa Arab memiliki lebih banyak penutur atau penggunanya daripada bahasa-bahasa lainnya dalam rumpun Bahasa Semitik. Bahasa Arab digunakan sebagai bahasa resmi di 25 negara di dunia, dan merupakan bahasa peribadatan dalam agama Islam karena merupakan bahasa yang dipakai dalam Al-Qur’an, dan kitab suci umat Islam di seluruh dunia.

 

Metode

·         Penelitian ini menggunakan metode deskripsi komparatif sinkronis atas data aktual dalam bentuk kosakata pokok untuk mengetahui fonem-fonem pada bahasa yang diteliti. Penelitian ini merupakan penelitian dengan menggunakan tiga tahapan strategi. Pertama, tahap pengumpulan data dari Kamus Bahasa Sunda dengan menggunakan metode simak. Kedua, tahap analisis data dengan menggunakan analisis fonologi. Ketiga, tahap penyajian hasil analisis data yang disajikan dengan menggunakan lambang fonetik.

·         Dalam menganalisis hasil penelitian melibatkan dua bahasa, dengan demikian dalam penelitian ini digunakan metode padan translasional. Metode padan ini digunakan untuk memadankan unsur-unsur teranalisis, yakni kata-kata serapan dari Bahasa Arab yang terdapat dalam Bahasa Sunda dengan alat penentu kata asalnya dalam Bahasa Arab. Dari perbandingan terhadap bunyi-bunyi dan fonem-fonem pembentuk kata pada kedua bahasa, diketahuilah perubahan-perubahan bunyi yang terjadi sebagai akibat dari proses penyerapan.

 

hasil

·         Transliterasi merupakan pengalih hurufan dari abjad yang satu ke abjad yang lain. Sedangkan trasliterasi Arab-Latin adalah penyalinan huruf-huruf Arab dengan huruf-huruf Latin. Perubahan bunyi yang terjadi dalam penyerapan bisa dilakukan degan melalui “lenisi” dan “apokope.

·         Lenisi adalah fonem yang diartikulasikan secara “keras” di bagian depan mulut, misalkan bibir, berubah menjadi lembut. Fonem ini lalu diartikulasikan di bagian kerongkongan. Lenis menyebutkan bunyi yang terjadi karena pernapasan lembut dan otot kendur, seperti d, g, z adalah lenis. Artinya terjadi pelemahan bunyi, contohnya seperti bunyi (dz) menjadi (d) misalnya dalam kalimat dzikir menjadi dikir, atau pada kata du’a menjadi doa.

·         Konsonan rangkap adalah konsonan yang berurutan di dalam sebuah kata tanpa ada vokal yang disisipkan di antaranya. Sedangkan reduksi konsonan rangkap adalah pelesapan satu konsonan pada konsonan rangkap. Dalam Bahasa Arab, terdapat dua konsonan yang sama dan berurutan dalam sebuah kata. Setelah diserap ke dalam Bahasa Sunda, terdapat penghilangan salah satu dari konsonan rangkap tersebut. Seperti pada transliterasi kata awwal berubah menjadi awal, atau pada kata shahabat menjadi sobat”.

·         Apokope adalah penghilangan sebuah fonem pada akhir kata. Istilah ini sama dengan waqaf atau hentian dalam Bahasa Arab. Di antara proses penghilangan bunyi, jenis perubahan ini memiliki frekuensi kejadian yang paling tinggi. Dalam proses ini penutur menonjolkan prinsip “efisiensi pelafalan”. Dari data yang terkumpul menunjukkan adanya beberapa macam penghilangan bunyi di akhir kata. Perubahan yang disebabkan karena pelesapan bunyi-bunyi pada akhir kata ini merupakan perubahan bunyi yang sangat lazim terjadi dalam berbagai bahasa. Untuk kata-kata serapan dari Bahasa Arab biasanya pemenggalan bunyi terakhir terjadi pada ism al-mamdûd, ism al-manqûsh, ism al-maqshûr, dan ism al- manshûb. Ism al-mamdûd adalah ism (nomina) yang huruf akhirnya hamzah (ء) dan huruf sebelumnya adalah alif (ا). Sementara ism al-manqûsh adalah ism yang huruf akhirnya ya` (ى) tanpa titik dan tanpa harakat, sedangkan harakat huruf sebelumnya adalah kasrah. Adapun ism al-maqshûr adalah ism yang huruf akhirnya berupa ya tanpa titik dan huruf sebelumnya ber-harakat fathah. Sedangkan ism al-manshûb adalah ism yang ber-yâ nisbah di akhir. Pelafalan akhir dari keempat ism tersebut selalu dilesapkan setelah terserap dalam Bahasa Sunda. Contohnya seperti kata anbiyaa’ menjadi anbiya, atau kata Baqâ menjadi baka.

 

Diskusi 

Setiap bahasa memiliki sistem fonologi yang berbeda-beda, begitu pula dengan Bahasa Arab dan Bahasa Sunda. Hal tersebut disebabkan oleh adanya beberapa fitur fonetik Bahasa Sunda yang tidak terdapat pada fitur fonetik Bahasa Arab, sehingga terjadi perubahan pelafalan pada beberapa konsonan bahasa arab. Sehingga wajar jika orang sunda dalam pelafalan terdapat perubahan pada suatu kata, akan tetapi perubahan pelafalan ini terjadi hanya dalam bahasa sehari- hari. Adapun opini umum yang mengatakan bahwa lidah orang Sunda itu sulit, bahkan tidak bisa melafalkan berdasarkan fonetik Bahasa Arab adalah tidak benar. Sebab, dalam kenyataannya ketika orang Sunda “mengaji” kitab suci Al-Quran adalah sesuai dengan kaidah ilmu tajwid, bahkan begitu banyak para qori' dan qoriah yang berasal dari orang Sunda menjadi juara terbaik dalam MTQ, baik pada tingkat regional, nasional, bahkan pada tingkat internasional.

0 komentar:

Posting Komentar