Tugas Mata Kuliah Teknik Penyusunan Skripsi
Dengan Dosen Pengampu Dr., Dra. Arundati Shinta, M.A
Siti Nurhaliza
20310410055
Fakultas Psikologi
Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta
Topik |
Fonologis kata-kata serapan
bahasa sunda dari bahasa arab. |
Sumber |
Suherman, A. (2012). Perubahan fonologis
kata-kata serapan bahasa Sunda dari bahasa Arab: Studi kasus pada masyarakat
Sunda di Jawa Barat, Indonesia. Sosiohumanika, 5(1). 21- 38 |
permasalahan |
Dengan masuknya agama Islam
ke Indonesia, termasuk ke daerah suku Sunda di Jawa Barat mempengaruhi segala
aspek kehidupan masyarakat sunda, salah satunya kosakata. Kosakata yang
berasal dari bahasa arab yang terus masuk menjadi kosakata serapan, yang
akhirnya tidak dirasakan lagi sebagai kosakata serapan. Padahal sejumlah
kosakata dalam bahasa sunda yang diserap dari bahas arab diwarnai oleh
perubahan fonologis yang ada kaitannya dengan asal- usul bahasa tersebut dan
setiap
bahasa juga memiliki sistem fonologi yang berbeda-beda. |
Tujuan penelitian |
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui lebih dalam mengenai fonologi, khususnya mengenai fonem-fonem yang
terdapat pada bahasa yang diteliti (Bahasa Sunda), juga agar penulis
mengetahui kedekatan fonem antara kosa kata pokok dengan bahasa yang diteliti
(Bahasa Sunda) |
Isi |
·
Fonologi merupakan bidang ilmu bahasa yang menganalisis
bunyi bahasa secara umum. Bidang ini meliputi dua bagian. Pertama
fonetik, yang merupakan bagian fonologi yang mempelajari cara menghasilkan
bunyi bahasa, atau bagaimana suatu bunyi bahasa diproduksi oleh alat ucap
manusia. Kedua adalah fonemik, yaitu bagian fonologi yang
mempelajari bunyi ujaran menurut fungsinya sebagai pembeda arti. ·
Bahasa adalah
suatu alat
komunikasi yang digunakan antara anggota masyarakat yang berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap
manusia. Adapun bahasa sunda merupakan bahasa yang
dituturkan atau yang digunakan oleh sekitar 27 juta orang dan
merupakan bahasa dengan penutur terbanyak kedua di Indonesia setelah Bahasa
Jawa. ·
Bahasa Arab merupakan salah satu bahasa Semitik
Tengah, yang termasuk dalam rumpun bahasa Semitik yang berkerabat dengan
bahasa Ibrani dan bahasa-bahasa Neo-Arami. Bahasa Arab memiliki lebih banyak
penutur atau penggunanya daripada bahasa-bahasa lainnya dalam
rumpun Bahasa Semitik. Bahasa Arab digunakan sebagai bahasa resmi di 25
negara di dunia, dan merupakan bahasa peribadatan dalam agama Islam karena
merupakan bahasa yang dipakai dalam Al-Qur’an, dan
kitab suci umat Islam di seluruh dunia. |
Metode |
·
Penelitian ini menggunakan metode deskripsi komparatif sinkronis
atas data aktual dalam bentuk kosakata pokok untuk mengetahui fonem-fonem
pada bahasa yang diteliti. Penelitian
ini
merupakan penelitian dengan menggunakan tiga tahapan strategi. Pertama, tahap pengumpulan data dari
Kamus Bahasa Sunda dengan menggunakan metode simak. Kedua, tahap analisis data dengan
menggunakan analisis fonologi. Ketiga,
tahap penyajian hasil analisis data yang disajikan dengan menggunakan lambang
fonetik. ·
Dalam menganalisis hasil penelitian melibatkan dua
bahasa,
dengan demikian dalam penelitian ini digunakan metode padan translasional.
Metode padan ini digunakan untuk memadankan unsur-unsur teranalisis, yakni
kata-kata serapan dari Bahasa Arab yang terdapat dalam Bahasa Sunda dengan
alat penentu kata asalnya dalam Bahasa Arab. Dari perbandingan terhadap
bunyi-bunyi dan fonem-fonem pembentuk kata pada kedua bahasa, diketahuilah
perubahan-perubahan bunyi yang terjadi sebagai akibat dari proses penyerapan. |
hasil |
·
Transliterasi merupakan pengalih hurufan
dari abjad yang satu ke abjad yang lain. Sedangkan
trasliterasi Arab-Latin adalah penyalinan huruf-huruf Arab dengan huruf-huruf
Latin. Perubahan bunyi yang terjadi dalam penyerapan bisa dilakukan degan
melalui “lenisi” dan “apokope. ·
Lenisi adalah fonem yang diartikulasikan secara
“keras” di bagian depan mulut, misalkan bibir, berubah menjadi lembut. Fonem
ini lalu diartikulasikan di bagian kerongkongan. Lenis menyebutkan bunyi yang
terjadi karena pernapasan lembut dan otot kendur, seperti d, g, z adalah
lenis. Artinya terjadi pelemahan bunyi, contohnya seperti
bunyi (dz) menjadi (d) misalnya dalam kalimat dzikir menjadi dikir, atau pada
kata du’a menjadi doa. ·
Konsonan rangkap adalah konsonan yang berurutan di
dalam sebuah kata tanpa ada vokal yang disisipkan di antaranya. Sedangkan reduksi konsonan rangkap adalah
pelesapan satu konsonan pada konsonan rangkap. Dalam Bahasa Arab, terdapat
dua konsonan yang sama dan berurutan dalam sebuah kata. Setelah diserap ke
dalam Bahasa Sunda, terdapat penghilangan salah satu dari konsonan rangkap
tersebut. Seperti
pada transliterasi kata “awwal”
berubah menjadi “awal”,
atau pada kata “shahabat”
menjadi “sobat”. ·
Apokope adalah penghilangan sebuah fonem pada akhir
kata. Istilah ini sama dengan waqaf atau hentian dalam Bahasa Arab. Di antara
proses penghilangan bunyi, jenis perubahan ini memiliki frekuensi kejadian
yang paling tinggi. Dalam proses ini penutur menonjolkan prinsip “efisiensi
pelafalan”. Dari data yang terkumpul menunjukkan adanya beberapa macam
penghilangan bunyi di akhir kata. Perubahan yang disebabkan karena pelesapan
bunyi-bunyi pada akhir kata ini merupakan perubahan bunyi yang sangat lazim
terjadi dalam berbagai bahasa. Untuk kata-kata serapan dari Bahasa Arab
biasanya pemenggalan bunyi terakhir terjadi pada ism al-mamdûd, ism
al-manqûsh, ism al-maqshûr, dan ism al- manshûb. Ism al-mamdûd adalah ism
(nomina) yang huruf akhirnya hamzah (ء) dan huruf
sebelumnya adalah alif (ا). Sementara
ism al-manqûsh adalah ism yang huruf akhirnya ya` (ى)
tanpa
titik dan tanpa harakat, sedangkan harakat huruf sebelumnya adalah kasrah.
Adapun ism al-maqshûr adalah ism yang huruf akhirnya berupa “ya”
tanpa titik dan huruf sebelumnya ber-harakat fathah. Sedangkan ism al-manshûb
adalah ism yang ber-yâ nisbah di akhir. Pelafalan akhir dari keempat ism
tersebut selalu dilesapkan setelah terserap dalam Bahasa Sunda. Contohnya
seperti kata anbiyaa’ menjadi anbiya, atau kata Baqâ menjadi
baka. |
Diskusi |
Setiap bahasa
memiliki sistem fonologi yang berbeda-beda, begitu pula dengan Bahasa Arab
dan Bahasa Sunda. Hal tersebut disebabkan oleh adanya beberapa fitur fonetik
Bahasa Sunda yang tidak terdapat pada fitur fonetik Bahasa Arab, sehingga
terjadi perubahan pelafalan pada beberapa konsonan
bahasa arab. Sehingga wajar jika orang sunda dalam pelafalan terdapat
perubahan pada suatu kata, akan tetapi perubahan pelafalan ini terjadi hanya
dalam bahasa sehari- hari. Adapun opini umum yang mengatakan bahwa lidah
orang Sunda itu sulit, bahkan tidak bisa melafalkan berdasarkan fonetik
Bahasa Arab adalah tidak benar. Sebab, dalam kenyataannya ketika orang Sunda
“mengaji” kitab suci Al-Quran adalah sesuai dengan kaidah ilmu tajwid,
bahkan begitu banyak para qori' dan qoriah yang berasal dari orang Sunda
menjadi juara terbaik dalam MTQ, baik pada
tingkat regional, nasional, bahkan pada tingkat internasional. |
0 komentar:
Posting Komentar