Respon Adaptif dalam Menghadapi Ketidaknyamanan
PSIKOLOGI
INOVASI
UJIAN
TENGAH SEMESTER
DOSEN
PENGAMPU: Dr., Dra. ARUNDATI SHINTA, MA.
Novita
Prabandari
22310410039
Psikologi
SJ
FAKULTAS
PSIKOLOGI
UNIVERSITAS
PROKLAMASI 45
YOGYAKARTA
NOVEMBER
2024
Manusia
sebagai makhluk sosial seringkali menghadapi berbagai situasi yang menimbulkan
ketidaknyamanan dalam kehidupan sehari-hari, mulai dari lingkungan akademis,
profesional, hingga sosial yang lebih luas. Ketidaknyamanan ini bisa berupa
hambatan fisik, seperti keterbatasan fasilitas, maupun tantangan psikososial,
seperti dinamika hubungan kerja yang tidak harmonis atau kepemimpinan yang
kurang efektif. Dalam menghadapi ketidaknyamanan ini, penting bagi individu
untuk memahami dan mengembangkan respons adaptif yang tepat. Psikologi inovasi
mengidentifikasi empat pola respons adaptasi yang umum, yaitu Suara Aktif
(Voice), Keluar (Exit), Kesetiaan (Loyalty), dan Pengabaian (Neglect).
Pola
pertama, Suara Aktif, menunjukkan pendekatan proaktif-konstruktif, di mana
individu berani menyampaikan pendapat atau memberi saran untuk memperbaiki
situasi. Contohnya, seorang karyawan yang mengusulkan sistem kerja yang lebih
efisien kepada manajemen, atau mahasiswa yang memberikan masukan tentang metode
pengajaran kepada dosen. Pola ini memiliki potensi untuk menciptakan perubahan
positif, namun tantangannya terletak pada kemampuan komunikasi individu dan
keterbukaan pihak terkait dalam menerima masukan. Untuk keberhasilan pola ini,
individu disarankan mempersiapkan argumen yang jelas dan konstruktif serta
mengasah kemampuan komunikasi efektif. Lingkungan kerja dan akademis juga perlu
mendukung budaya keterbukaan terhadap saran dan kritik membangun.
Pola
kedua, Keluar, merupakan respons aktif yang destruktif, di mana individu
memilih meninggalkan situasi tidak nyaman dengan harapan menemukan lingkungan
yang lebih sesuai. Contoh pola ini adalah karyawan yang mengundurkan diri dari
pekerjaan karena lingkungan yang toksik, atau mahasiswa yang pindah jurusan
karena merasa tidak cocok dengan program studinya. Meskipun memungkinkan
seseorang mengeksplorasi peluang baru, pola ini mengandung risiko, termasuk
ketidakpastian dan kemungkinan menemukan masalah serupa di tempat baru. Oleh
karena itu, pola Keluar harus dipertimbangkan secara matang, terutama jika
ketidaknyamanan sudah berdampak signifikan pada kesehatan mental atau kualitas
hidup. Evaluasi menyeluruh dan dukungan dari mentor atau konselor juga dapat
membantu individu mempertimbangkan pilihan yang lebih baik.
Pola
ketiga, Kesetiaan, menunjukkan respons pasif namun konstruktif. Dalam pola ini,
individu tetap berkomitmen dan bertahan dengan harapan adanya perbaikan di masa
depan. Contoh pola ini bisa dilihat pada karyawan yang tetap berdedikasi di
tengah tantangan, atau mahasiswa yang gigih melanjutkan studi meski menghadapi
berbagai kendala. Sikap ini memberikan stabilitas pada lingkungan, namun
berisiko menimbulkan tekanan psikologis jika harapan perbaikan tidak kunjung
terwujud. Untuk mengimbangi pola ini, individu perlu memiliki ekspektasi yang
realistis dan batas waktu yang jelas, serta melakukan evaluasi berkala. Jika
tidak ada perubahan signifikan, mungkin saatnya mempertimbangkan pola lain,
seperti Suara Aktif atau bahkan Keluar.
Pola
terakhir adalah Pengabaian, yang bersifat pasif-destruktif, di mana individu
menunjukkan sikap apatis atau penurunan kualitas kinerja secara sengaja. Sikap
ini muncul sebagai bentuk protes terhadap situasi yang dianggap tidak dapat
diubah, misalnya karyawan yang bekerja asal-asalan karena merasa tidak
dihargai. Pola ini biasanya berdampak negatif, baik bagi individu maupun
lingkungan sekitarnya, karena dapat memperburuk situasi. Pengabaian sebaiknya
dihindari karena sifatnya kontraproduktif. Jika merasa terjebak dalam pola ini,
individu disarankan mencari bantuan profesional seperti psikolog atau konselor
untuk membantu mengidentifikasi masalah dan mengembangkan strategi adaptasi
yang lebih positif.
Pemahaman
mendalam terhadap keempat pola respons ini penting bagi individu yang ingin
mengatasi ketidaknyamanan dengan lebih efektif. Suara Aktif ideal untuk
menciptakan perubahan positif dalam jangka panjang, meski membutuhkan
keterampilan komunikasi dan dukungan lingkungan yang terbuka. Pola Keluar cocok
dipertimbangkan jika ketidaknyamanan berdampak buruk, namun harus dilakukan
dengan evaluasi matang. Kesetiaan memberikan stabilitas, namun perlu disertai
batas waktu dan ekspektasi realistis, sementara Pengabaian sebaiknya dihindari
karena cenderung merugikan. Memilih respons adaptasi yang sesuai dengan situasi
dan kapasitas diri penting untuk menjaga kesejahteraan psikologis serta
keberhasilan hidup yang berkelanjutan.
Daftar
Pustaka:
Dewi,
M. P., & Wibowo. (2020). Pengaruh toxic workplace terhadap kepuasan kerja
karyawan. Jurnal Manajemen dan Organisasi, 11(2), 67-78.
Pratiwi,
K., & Nugraha, S. (2021). Analisis respon karyawan dalam menghadapi
perubahan organisasi: Studi kasus pada perusahaan di Jakarta. Jurnal Psikologi
Indonesia, 8(3), 145-159.
Susanto,
A., & Rahardjo, W. (2019). Pengaruh gaya kepemimpinan dan lingkungan kerja
terhadap loyalitas karyawan. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, 21(1), 32-45.
0 komentar:
Posting Komentar