Sabtu, 09 November 2024

E8_UTS_P.INOV_NOVITA PRABANDARI (22310410039_SJ) : Respon Adaptif dalam Menghadapi Ketidaknyamanan

Respon Adaptif dalam Menghadapi Ketidaknyamanan

PSIKOLOGI INOVASI

UJIAN TENGAH SEMESTER

DOSEN PENGAMPU: Dr., Dra. ARUNDATI SHINTA, MA.

Novita Prabandari

22310410039

Psikologi SJ

 

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS PROKLAMASI 45

YOGYAKARTA

NOVEMBER 2024


 

Manusia sebagai makhluk sosial seringkali menghadapi berbagai situasi yang menimbulkan ketidaknyamanan dalam kehidupan sehari-hari, mulai dari lingkungan akademis, profesional, hingga sosial yang lebih luas. Ketidaknyamanan ini bisa berupa hambatan fisik, seperti keterbatasan fasilitas, maupun tantangan psikososial, seperti dinamika hubungan kerja yang tidak harmonis atau kepemimpinan yang kurang efektif. Dalam menghadapi ketidaknyamanan ini, penting bagi individu untuk memahami dan mengembangkan respons adaptif yang tepat. Psikologi inovasi mengidentifikasi empat pola respons adaptasi yang umum, yaitu Suara Aktif (Voice), Keluar (Exit), Kesetiaan (Loyalty), dan Pengabaian (Neglect).

Pola pertama, Suara Aktif, menunjukkan pendekatan proaktif-konstruktif, di mana individu berani menyampaikan pendapat atau memberi saran untuk memperbaiki situasi. Contohnya, seorang karyawan yang mengusulkan sistem kerja yang lebih efisien kepada manajemen, atau mahasiswa yang memberikan masukan tentang metode pengajaran kepada dosen. Pola ini memiliki potensi untuk menciptakan perubahan positif, namun tantangannya terletak pada kemampuan komunikasi individu dan keterbukaan pihak terkait dalam menerima masukan. Untuk keberhasilan pola ini, individu disarankan mempersiapkan argumen yang jelas dan konstruktif serta mengasah kemampuan komunikasi efektif. Lingkungan kerja dan akademis juga perlu mendukung budaya keterbukaan terhadap saran dan kritik membangun.

Pola kedua, Keluar, merupakan respons aktif yang destruktif, di mana individu memilih meninggalkan situasi tidak nyaman dengan harapan menemukan lingkungan yang lebih sesuai. Contoh pola ini adalah karyawan yang mengundurkan diri dari pekerjaan karena lingkungan yang toksik, atau mahasiswa yang pindah jurusan karena merasa tidak cocok dengan program studinya. Meskipun memungkinkan seseorang mengeksplorasi peluang baru, pola ini mengandung risiko, termasuk ketidakpastian dan kemungkinan menemukan masalah serupa di tempat baru. Oleh karena itu, pola Keluar harus dipertimbangkan secara matang, terutama jika ketidaknyamanan sudah berdampak signifikan pada kesehatan mental atau kualitas hidup. Evaluasi menyeluruh dan dukungan dari mentor atau konselor juga dapat membantu individu mempertimbangkan pilihan yang lebih baik.

Pola ketiga, Kesetiaan, menunjukkan respons pasif namun konstruktif. Dalam pola ini, individu tetap berkomitmen dan bertahan dengan harapan adanya perbaikan di masa depan. Contoh pola ini bisa dilihat pada karyawan yang tetap berdedikasi di tengah tantangan, atau mahasiswa yang gigih melanjutkan studi meski menghadapi berbagai kendala. Sikap ini memberikan stabilitas pada lingkungan, namun berisiko menimbulkan tekanan psikologis jika harapan perbaikan tidak kunjung terwujud. Untuk mengimbangi pola ini, individu perlu memiliki ekspektasi yang realistis dan batas waktu yang jelas, serta melakukan evaluasi berkala. Jika tidak ada perubahan signifikan, mungkin saatnya mempertimbangkan pola lain, seperti Suara Aktif atau bahkan Keluar.

Pola terakhir adalah Pengabaian, yang bersifat pasif-destruktif, di mana individu menunjukkan sikap apatis atau penurunan kualitas kinerja secara sengaja. Sikap ini muncul sebagai bentuk protes terhadap situasi yang dianggap tidak dapat diubah, misalnya karyawan yang bekerja asal-asalan karena merasa tidak dihargai. Pola ini biasanya berdampak negatif, baik bagi individu maupun lingkungan sekitarnya, karena dapat memperburuk situasi. Pengabaian sebaiknya dihindari karena sifatnya kontraproduktif. Jika merasa terjebak dalam pola ini, individu disarankan mencari bantuan profesional seperti psikolog atau konselor untuk membantu mengidentifikasi masalah dan mengembangkan strategi adaptasi yang lebih positif.

Pemahaman mendalam terhadap keempat pola respons ini penting bagi individu yang ingin mengatasi ketidaknyamanan dengan lebih efektif. Suara Aktif ideal untuk menciptakan perubahan positif dalam jangka panjang, meski membutuhkan keterampilan komunikasi dan dukungan lingkungan yang terbuka. Pola Keluar cocok dipertimbangkan jika ketidaknyamanan berdampak buruk, namun harus dilakukan dengan evaluasi matang. Kesetiaan memberikan stabilitas, namun perlu disertai batas waktu dan ekspektasi realistis, sementara Pengabaian sebaiknya dihindari karena cenderung merugikan. Memilih respons adaptasi yang sesuai dengan situasi dan kapasitas diri penting untuk menjaga kesejahteraan psikologis serta keberhasilan hidup yang berkelanjutan.


Daftar Pustaka:

Dewi, M. P., & Wibowo. (2020). Pengaruh toxic workplace terhadap kepuasan kerja karyawan. Jurnal Manajemen dan Organisasi, 11(2), 67-78.

Pratiwi, K., & Nugraha, S. (2021). Analisis respon karyawan dalam menghadapi perubahan organisasi: Studi kasus pada perusahaan di Jakarta. Jurnal Psikologi Indonesia, 8(3), 145-159.

Susanto, A., & Rahardjo, W. (2019). Pengaruh gaya kepemimpinan dan lingkungan kerja terhadap loyalitas karyawan. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, 21(1), 32-45.

 

0 komentar:

Posting Komentar