Sabtu, 09 November 2024

Esai 8: UTS Psikologi Inovasi - Yusuf Khoirul Anas - 22310420003

UJIAN TENGAH SEMESTER 

PSIKOLOGI INOVASI

Dosen Pengampu: Dr. Dra. Arundati Shinta, MA



Nama: Yusuf Khoirul Anas

NIM: 22310420003


FAKULTAS PSIKOLOGI

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

UNIVERSITAS PROKLAMASI 45 YOGYAKARTA

2024

Dalam kehidupan, kita sering menghadapi situasi yang tidak nyaman, baik di tempat kerja, maupun di lingkungan akademik atau sosial. Situasi tidak nyaman ini dapat berupa lingkungan fisik yang buruk atau lingkungan sosial yang tidak mendukung. Contohnya termasuk gedung yang tidak memadai, hubungan kerja yang penuh konflik, atau pimpinan yang kurang mendukung. Psikologi inovasi menawarkan berbagai respons yang dapat diambil oleh individu dalam menghadapi ketidaknyamanan tersebut, yang dapat dilihat dalam bagan yang menggambarkan model respons individu: Exit, Voice, Loyalty, dan Neglect.

Model ini menggambarkan cara seseorang merespons situasi tidak nyaman dalam dua dimensi: antara konstruktif dan destruktif serta antara aktif dan pasif. Respon yang dipilih akan mempengaruhi apakah seseorang mampu meningkatkan kenyamanan di lingkungannya atau tidak.

Pilihan Exit adalah respons aktif dan destruktif yang diambil individu untuk keluar dari situasi yang tidak nyaman. Ini sering kali menjadi pilihan bagi seseorang yang merasa bahwa situasi yang dihadapinya tidak dapat diperbaiki atau diubah. Dalam konteks pekerjaan, exit dapat berarti pengunduran diri atau berpindah ke departemen lain. Dalam hubungan sosial, exit mungkin berarti mengakhiri interaksi dengan orang-orang yang memberikan dampak negatif.

Pilihan ini dapat membantu seseorang mencapai kenyamanan, tetapi tidak selalu memberikan solusi untuk memperbaiki situasi. Meskipun keluar dapat membantu seseorang menghindari ketidaknyamanan, ini dapat menjadi pilihan yang tidak efisien apabila setiap masalah dihadapi dengan cara keluar tanpa mencari solusi konstruktif.

Kedua, Voice adalah respons aktif dan konstruktif yang melibatkan upaya individu untuk memperbaiki situasi tidak nyaman dengan cara menyuarakan pendapat, memberikan masukan, atau berusaha memperkenalkan perubahan. Individu yang memilih voice cenderung percaya bahwa situasi dapat diubah dan berupaya untuk membuat perbaikan yang akan berdampak positif bagi semua orang yang terlibat.

Dalam organisasi, voice dapat diwujudkan melalui komunikasi terbuka dengan manajemen, pengajuan saran perbaikan, atau berpartisipasi dalam tim pengembangan. Melalui cara ini, individu dapat merasa lebih nyaman karena mereka merasa memiliki kendali atas perubahan yang terjadi. Respons ini juga membantu menciptakan lingkungan yang lebih baik, tidak hanya untuk individu tersebut tetapi juga untuk rekan-rekan mereka.

Ketiga, Loyalty merupakan respons pasif dan konstruktif, di mana individu tetap bertahan dalam situasi tidak nyaman dengan harapan bahwa situasi tersebut akan membaik tanpa perlu campur tangan mereka. Individu yang memilih loyalty menunjukkan kesetiaan terhadap organisasi, tim, atau lingkungan sosial mereka dan berharap pada perubahan positif di masa depan.

Loyalty sering dipilih oleh mereka yang tidak ingin mengganggu keseimbangan sosial atau menghadapi risiko yang lebih besar dengan mengungkapkan ketidaknyamanan mereka secara terbuka. Meskipun demikian, terlalu lama bertahan dalam situasi yang tidak nyaman tanpa perubahan dapat berdampak negatif pada kesehatan mental dan kepuasan individu.

Keempat, Neglect adalah respons pasif dan destruktif, di mana individu tidak melakukan apa pun untuk memperbaiki situasi dan malah mengabaikannya atau bahkan berkontribusi pada pemburukan situasi tersebut. Dalam konteks pekerjaan, neglect dapat berarti bekerja dengan cara yang malas, menurunkan produktivitas, atau tidak memperhatikan kualitas pekerjaan.

Neglect adalah respons yang biasanya dipilih ketika individu merasa tidak memiliki kemampuan atau keinginan untuk memperbaiki situasi, tetapi tidak memiliki keberanian untuk meninggalkannya. Akibatnya, respons ini tidak hanya mengurangi kenyamanan individu tetapi juga dapat merugikan organisasi atau lingkungan sosial mereka.

Keempat respons dalam model ini (Exit, Voice, Loyalty, dan Neglect) mencerminkan berbagai pendekatan yang dapat diambil individu dalam menghadapi situasi tidak nyaman. Setiap respons memiliki konsekuensi berbeda dan memberikan peluang serta tantangan dalam upaya mencapai kenyamanan. Voice dan Loyalty dianggap lebih konstruktif dalam jangka panjang, karena keduanya bertujuan untuk menciptakan perubahan positif atau menjaga stabilitas. Sementara itu, Exit dan Neglect mungkin memberikan kenyamanan jangka pendek, namun dapat berdampak destruktif jika digunakan secara berlebihan. Dengan memahami pilihan-pilihan ini, individu dapat lebih bijak dalam memilih respons yang sesuai dengan situasi yang mereka hadapi dan menciptakan lingkungan yang lebih nyaman dan produktif.


DAFTAR PUSTAKA

Robbins, S. P., & Judge, T. A. (2013). Organizational Behavior (15th ed.). Pearson Education. Buku  ini memberikan penjelasan umum mengenai perilaku organisasi dan berbagai respons terhadap ketidakpuasan, termasuk model Exit, Voice, Loyalty, dan Neglect.

Ng, T. W. H., & Feldman, D. C. (2012). "Employee Voice Behavior: A Meta-Analytic Test of the Conservation of Resources Framework." Journal of Organizational Behavior, 33(2), 216-234. Artikel ini mengulas bagaimana perilaku voice terkait dengan kenyamanan kerja dan sumber daya yang dimiliki karyawan untuk memperbaiki kondisi mereka.

Van Dyne, L., Ang, S., & Botero, I. C. (2003). "Conceptualizing Employee Silence and Employee Voice as Multidimensional Constructs." Journal of Management Studies, 40(6), 1359-1392. Artikel ini menjelaskan tentang voice dan silence dalam konteks perilaku di tempat kerja dan bagaimana hal ini mempengaruhi suasana dan kenyamanan kerja.

Morrison, E. W., & Milliken, F. J. (2000). "Organizational Silence: A Barrier to Change and Development in a Pluralistic World." Academy of Management Review, 25(4), 706-725. Artikel ini membahas pentingnya respons voice dalam organisasi untuk mendorong perubahan positif dan mengatasi ketidaknyamanan di tempat kerja.

 

Rusbult, C. E., Farrell, D., Rogers, G., & Mainous, A. G. (1988). "Impact of Exchange Variables on Exit, Voice, Loyalty, and Neglect: An Integrative Model of Responses to Declining Job Satisfaction." Academy of Management Journal, 31(3), 599-627. Artikel ini mengembangkan model Exit, Voice, Loyalty, dan Neglect sebagai respons terhadap ketidakpuasan dalam konteks pekerjaan.

Hirschman, A. O. (1970). Exit, Voice, and Loyalty: Responses to Decline in Firms, Organizations, and States. Harvard University Press. Buku ini memperkenalkan konsep exit, voice, dan loyalty yang menjadi dasar teori mengenai bagaimana individu merespons ketidakpuasan dalam berbagai situasi.





0 komentar:

Posting Komentar