UJIAN TENGAH SEMESTER
PSIKOLOGI INOVASI
CARA MENEMUKAN KENYAMANAN DALAM SITUASI SULIT
DOSEN PENGAMPU: Dr., Dra. ARUNDATI SHINTA, MA.
Widya Mela Nova
NIM 22310410125
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS PROKLAMASI 45
YOGYAKARTA
Model Exit-Voice-Loyalty-Neglect (EVLN) sebagai Strategi Psikologis untuk Mengatasi Ketidaknyamanan dalam Berbagai Situasi
Model Exit-Voice-Loyalty-Neglect (EVLN) yang ditampilkan dalam bagan merupakan kerangka kerja yang relevan dalam menjelaskan berbagai respons individu terhadap situasi yang tidak nyaman. Model ini membagi respons tersebut menjadi empat kategori berdasarkan dua dimensi utama, yakni konstruktif versus destruktif, serta aktif versus pasif. Dalam konteks psikologi, model ini memberikan pemahaman mendalam mengenai bagaimana individu bereaksi terhadap ketidakpuasan, baik dalam lingkungan fisik maupun sosial-psikologis, seperti tempat kerja, hubungan interpersonal, atau komunitas sosial.
Dimensi konstruktif versus destruktif dalam model EVLN mengacu pada sejauh mana respons individu berupaya memperbaiki situasi atau, sebaliknya, merusak lingkungan tersebut. Respons konstruktif, seperti voice (suara) dan loyalty (loyalitas), mencerminkan upaya untuk menciptakan perubahan positif atau mempertahankan kestabilan sambil menunggu perbaikan. Sebaliknya, respons destruktif, seperti exit (keluar) dan neglect (pengabaian), menunjukkan perilaku yang berpotensi memperburuk keadaan atau menghindari keterlibatan lebih lanjut. Dimensi aktif versus pasif, di sisi lain, menggambarkan tingkat inisiatif individu dalam menghadapi ketidaknyamanan. Respons aktif, seperti exit dan voice, menuntut keterlibatan langsung individu dalam menangani situasi, sementara respons pasif, seperti loyalty dan neglect, lebih bersifat reaktif atau menerima keadaan tanpa intervensi.
Respons exit menggambarkan tindakan aktif dan destruktif yang dilakukan individu untuk meninggalkan situasi yang dianggap tidak nyaman atau merugikan. Dalam konteks organisasi, misalnya, exit dapat berupa pengunduran diri dari pekerjaan yang tidak memuaskan atau keputusan untuk menjauh dari hubungan sosial yang toksik. Respons ini sering muncul ketika individu merasa bahwa situasi tidak dapat diperbaiki atau ketika mereka telah kehilangan harapan terhadap perubahan yang konstruktif. Meskipun dianggap destruktif, dalam beberapa kasus, exit dapat menjadi strategi adaptif untuk melindungi kesejahteraan psikologis individu, terutama jika situasi tersebut secara signifikan merugikan kesehatan mental.
Sebaliknya, voice adalah respons aktif dan konstruktif yang melibatkan upaya untuk menyampaikan ketidakpuasan dengan tujuan memperbaiki situasi. Respons ini biasanya diambil oleh individu yang memiliki kepercayaan bahwa perubahan positif dapat diwujudkan melalui dialog atau tindakan langsung. Contohnya adalah memberikan umpan balik kepada atasan terkait kebijakan organisasi yang dirasa tidak adil atau berbicara terbuka dengan rekan sejawat untuk mengatasi konflik interpersonal. Pendekatan ini menuntut keberanian serta keterampilan komunikasi, karena menyuarakan ketidaknyamanan dapat melibatkan risiko tertentu, seperti resistensi atau konflik tambahan. Namun, jika berhasil, respons voice dapat menjadi katalis bagi perubahan positif dalam lingkungan.
Respons loyalty mencerminkan sikap pasif tetapi konstruktif, di mana individu memilih untuk tetap setia pada situasi yang tidak memuaskan sambil berharap bahwa kondisi akan membaik seiring waktu. Loyalitas sering diasosiasikan dengan komitmen jangka panjang dan kesabaran. Misalnya, seorang karyawan yang tetap bertahan dalam organisasi meskipun tidak puas dengan sistem kepemimpinan dapat dikategorikan sebagai menunjukkan loyalitas. Namun, respons ini dapat menjadi tidak adaptif jika individu terus bertahan dalam situasi yang tidak memperlihatkan potensi perbaikan, sehingga berisiko menimbulkan frustrasi dan stres kronis.
Terakhir, neglect merupakan respons pasif dan destruktif yang melibatkan pengabaian terhadap tanggung jawab atau keterlibatan dalam situasi yang tidak nyaman. Respons ini sering kali muncul sebagai mekanisme pertahanan terhadap stres atau kekecewaan yang mendalam. Misalnya, seorang karyawan yang merasa tidak dihargai dapat menunjukkan penurunan produktivitas atau keterlibatan emosional. Meskipun neglect dapat memberikan rasa perlindungan sementara, dalam jangka panjang, respons ini cenderung merugikan baik individu maupun lingkungan sosial mereka.
Dalam konteks upaya menciptakan situasi yang nyaman, model EVLN menawarkan kerangka kerja untuk memahami berbagai strategi adaptasi individu. Pilihan respons yang konstruktif, seperti voice atau loyalty, sering kali lebih diutamakan karena memberikan peluang untuk memperbaiki situasi tanpa menimbulkan kerusakan tambahan. Namun, jika situasi menunjukkan ketidakmungkinan untuk berubah, exit dapat menjadi solusi adaptif yang sehat. Sebaliknya, respons destruktif seperti neglect sebaiknya dihindari, karena dapat memperburuk ketidaknyamanan. Melalui evaluasi yang cermat terhadap situasi, individu dapat memilih strategi yang paling sesuai untuk melindungi kesejahteraan psikologis mereka dan menciptakan lingkungan yang lebih kondusif.
SUMBER REFERENSI
Aravopoulou, E., Mitsakis, F. V., & Malone, C. (2017). A critical review of the Exit-Voice-Loyalty- Neglect literature: limitations, key challenges and directions for future research. The International Journal of Management.
Gouri, K. (2018). The Impact of Psychological Contract Breach on Exit, Voice, Loyalty and Neglect (Evln Model) (Doctoral dissertation, UTAR).
Gouri, K. (2018). The Impact of Psychological Contract Breach on Exit, Voice, Loyalty and Neglect (Evln Model) (Doctoral dissertation, UTAR).
Grima, F., & Glaymann, D. (2012). A revisited analysis of the exit-voice-loyalty-neglect model: contributions of a longitudinal and conceptually extended approach. M@ n@ gement, 1-41.
0 komentar:
Posting Komentar