ESAI 8 UJIAN TENGAH SEMESTER GASAL
"Mengelola
Ketidaknyamanan: Memahami Model EVLN dalam Kehidupan Sehari-hari"
PSIKOLOGI INOVASI
DOSEN PENGAMPU: Dr. Dra. ARUNDATI SHINTA, MA.
Sari
Rizka Yani
22310410001
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS PROKLAMASI 45
YOGYAKARTA
2024
Kita
sering menghadapi situasi yang tidak nyaman dalam berbagai lingkungan, baik di
tempat kerja, lingkungan pendidikan, maupun dalam hubungan sosial sehari-hari.
Misalnya, seseorang merasa tertekan karena atasan yang selalu mengkritik tanpa
memberikan umpan balik konstruktif. Dalam situasi ini, karyawan tersebut harus
memutuskan apakah akan tetap bertahan (loyalty), mengabaikan kritikan tersebut
(neglect), berbicara dengan atasan untuk memperbaiki situasi (voice), atau
mencari pekerjaan baru (exit). Memahami permasalahan-permasalahan ini penting
agar individu dapat menerapkan strategi yang sesuai untuk menghadapi
ketidaknyamanan dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu teori yang dapat
digunakan untuk memahami strategi menghadapi ketidaknyamanan ini adalah model
Exit, Voice, Loyalty, dan Neglect (EVLN).
Model
EVLN sendiri menggambarkan empat respons utama individu dalam menghadapi
situasi yang tidak nyaman:
1.
Exit (Keluar) adalah respon aktif dan destruktif, di mana individu memilih
untuk meninggalkan situasi atau lingkungan yang tidak nyaman. Meskipun ini bisa
menjadi pilihan terbaik bagi Sebagian orang, proses adaptasi pada lingkungan
baru bisa membutuhkan waktu, dan tidak semua orang memiliki pilihan yang sama
untuk keluar dari situasi tersebut. Jadi, penting untuk mempertimbangkan
alternatif lain sebelum memutuskan untuk keluar.
2.
Voice (Suara) adalah respon aktif dan konstruktif, di mana individu menyuarakan
ketidaknyamanan mereka dengan harapan terjadi perubahan. Menyuarakan
ketidaknyamanan adalah cara yang dapat membantu mengatasi masalah. Dengan
mengemukakan masalah, ada harapan bahwa lingkngan bisa berubah menjadi lebih
baik. Meskipun voice memiliki potensi untuk menghasilkan perubahan,
efektivitasnya bergantung pada kesiapan pihak lain untuk mendengarkan dan
merespons kritik tersebut.
3.
Loyalty (Loyalitas) adalah respon pasif dan konstruktif, di mana individu tetap
bertahan dalam situasi tersebut dengan harapan bahwa keadaan akan membaik
seiring waktu. Pilihan ini mengharuskan individu memiliki keyakinan bahwa
situasi akan membaik. Meskipun cenderung pasif, sikap ini bisa dianggap
bijaksama jika individu merasa bahwa ketidaknyamanan bersifat sementara. Namun,
sikap ini juga bisa menjadi boomerang jika perubahan yang diharapkan tidak
kunjung datang, yang justru dapat menyebabkan frustasi dan kelelahan mental.
4.
Neglect (Mengabaikan) adalah respon pasif dan destruktif, di mana individu
memilih untuk mengabaikan atau tidak peduli terhadap situasi tidak nyaman.
Sikap ini sering kali memperburuk keadaan, karena tidak hanya mengubah situasi
menjadi lebih baik, tetapi juga bisa menurunkan kualitas hidup individu itu
sendiri. Oleh karena itu, neglect sebaiknya dihndari karena tidak memberikan
solusi yang konkret terhadap masalah.
Dengan
memahami berbagai pilihan respons seperti exit, voice, loyalty, dan neglect,
individu dapat menyesuaikan tindakan yang paling tepat berdasarkan konteks yang
dihadapi. Respons yang dipilih akan berdampak pada kesejahteraan individu dan
lingkungan di sekitarnya. Oleh karena itu, sangat penting untuk
mempertimbangkan semua opsi dengan bijak agar tercipta solusi yang optimal
dalam menghadapi ketidaknyamanan.
Daftar
Pustaka
Rusbult,
C. E., Zembrodt, I. M., & Gunn, L. K.
(1982). Exit, voice, loyalty, and neglect: Responses to dissatisfaction in
romantic involvements. Journal of Personality and Social Psychology, 43(6),
1230–1242.
Farrell,
D. (1983). Exit, voice, loyalty, and
neglect as responses to job dissatisfaction: A multidimensional scaling study.
Academy of Management Journal, 26(4), 596-607.
Robbins,
S. P., & Judge, T. A. (2016). Organizational
Behavior (17th ed.). Pearson.
Greenberg,
J., & Baron, R. A. (2008). Behavior in
Organizations. Pearson/Prentice Hall.
Newstrom,
J. W., & Davis, K. (2002). Organizational
Behavior: Human Behavior at Work. McGraw-Hill.
0 komentar:
Posting Komentar