UTS: Mencari Spot Safe Zone dalam Situasi Tidak Nyaman: Strategi Individu
Dosen Pengampu : Dr., Dra. ARUNDATI SHINTA, MA.
Irmawati
22310410031
Psikologi SP
Fakultas Psikologi
Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta
Setiap orang pasti pernah berada dalam situasi yang tidak nyaman, baik itu di tempat kerja, kampus, atau bahkan di lingkungan sosial sehari-hari. Situasi yang tidak nyaman ini bisa berasal dari kondisi fisik, seperti fasilitas yang kurang memadai, atau dari tekanan psikologis dan sosial, seperti rekan kerja yang toxic atau hubungan yang tidak harmonis. Dalam menghadapi situasi ini, individu memiliki beragam pilihan respons yang menggambarkan cara mereka berupaya untuk mencapai kondisi yang lebih nyaman atau mengurangi ketidaknyamanan yang ada. Gambar 1 menggambarkan empat respons utama dalam menghadapi ketidaknyamanan: Exit, Neglect, Voice, dan Loyalty. Masing-masing respons ini mencerminkan pendekatan yang berbeda dalam menghadapi ketidaknyamanan dan memperlihatkan pilihan-pilihan strategis yang diambil individu dalam upaya mencapai kesejahteraan.
Exit atau keluar dari situasi yang tidak nyaman adalah respons aktif yang destruktif. Ini biasanya dipilih oleh individu yang merasa bahwa lingkungan yang ada tidak mungkin diperbaiki atau usaha untuk memperbaikinya tidak akan membuahkan hasil. Dengan meninggalkan situasi, individu berupaya menemukan kenyamanan di lingkungan atau kondisi yang baru. Contohnya, seorang karyawan yang merasa tidak nyaman dengan lingkungan kerja yang penuh konflik mungkin memilih untuk resign dan mencari tempat kerja yang lebih mendukung. Pilihan ini adalah bentuk upaya langsung untuk mencapai kenyamanan, meskipun dengan cara yang drastis. Bagi sebagian orang, exit bisa menjadi solusi efektif karena mereka dapat menemukan kondisi yang lebih kondusif di luar lingkungan lama yang dirasa tidak bisa diubah.
Respons kedua adalah Neglect, yaitu sikap mengabaikan atau bersikap acuh terhadap situasi yang tidak nyaman tanpa upaya untuk memperbaikinya. Neglect adalah respons yang pasif dan destruktif, di mana individu memilih untuk bertahan dalam situasi tanpa memberikan kontribusi yang berarti untuk memperbaiki kondisi. Misalnya, seorang pegawai yang merasa frustasi dengan sistem manajemen yang buruk mungkin mulai bersikap tidak peduli terhadap pekerjaan dan menurunkan kualitas kerjanya. Walaupun neglect tampak seperti pilihan untuk menghindari stres tambahan, respons ini sering kali membawa dampak negatif pada lingkungan karena tidak adanya upaya perbaikan. Neglect mungkin menawarkan rasa lega sementara, namun dalam jangka panjang, respons ini justru memperburuk situasi.
Di sisi yang lebih konstruktif, ada respons Voice atau menyuarakan pendapat. Ini adalah respons aktif yang diambil oleh individu yang memiliki harapan untuk memperbaiki situasi. Dengan menyuarakan pendapat, memberikan kritik, atau memberikan saran, individu berupaya mencapai kenyamanan melalui komunikasi terbuka dan kolaborasi. Misalnya, seorang karyawan yang merasa terbebani oleh beban kerja yang tidak seimbang mungkin akan berbicara dengan atasannya atau mengusulkan perubahan. Voice mencerminkan optimisme individu terhadap perubahan positif yang bisa terjadi jika ada keterlibatan dari berbagai pihak. Respons ini sering kali dianggap paling efektif untuk mencapai kondisi yang lebih nyaman di lingkungan yang mendukung keterbukaan dan perbaikan.
Terakhir, ada Loyalty, respons pasif yang konstruktif, di mana individu bertahan di situasi yang tidak nyaman dengan harapan bahwa kondisi akan membaik seiring waktu. Loyalitas sering dipilih oleh mereka yang merasa terikat atau memiliki komitmen terhadap lingkungan tersebut, seperti karyawan yang loyal kepada perusahaan tempat mereka bekerja. Individu yang memilih loyalty mungkin tidak melakukan tindakan nyata untuk memperbaiki situasi, namun mereka menunggu dengan harapan perubahan positif akan datang. Dalam beberapa kasus, loyalty bisa menjadi bentuk dukungan yang sangat berarti, terutama di masa-masa sulit yang bersifat sementara. Walaupun loyalty tidak memberikan solusi langsung, bagi individu tertentu, menunggu dengan sabar adalah bentuk adaptasi yang efektif.
Secara keseluruhan, Gambar 1 menggambarkan beragam pilihan respons individu dalam menghadapi ketidaknyamanan, yang masing-masing memiliki tujuan yang sama, yaitu mencapai kenyamanan atau setidaknya mengurangi ketidaknyamanan. Exit dan Neglect adalah respons destruktif, namun kadang-kadang diperlukan dalam kondisi tertentu, terutama jika lingkungan dianggap sulit diubah. Di sisi lain, Voice dan Loyalty adalah pilihan yang lebih konstruktif, yang memungkinkan individu berperan dalam perbaikan lingkungan atau menunggu perubahan positif. Memahami pilihan-pilihan ini membantu individu dalam memilih respons yang paling sesuai dengan situasi yang dihadapi, sehingga mereka dapat mencapai kesejahteraan yang lebih baik dalam berbagai aspek kehidupan.
DAFTAR PUSTAKA
Fitriani, A., & Nugraha, Y. (2018). Pengaruh Lingkungan Kerja Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan di Sektor Industri Manufaktur. Jurnal Manajemen dan Bisnis Indonesia, 142-150.
Prasetyo, H., & Suryadi, T. (2020). Strategi Adaptasi Karyawan Terhadap Stres Kerja di Perusahaan Swasta. Jurnal Psikologi Industri dan Organisasi Indonesia, 55-65.
Rahmawati, D., & Utami, S. (2019). Pengaruh Konflik Interpersonal Terhadap Respon Keluar, Neglect, Voice, dan Loyalty pada Karyawan. Jurnal Psikologi dan Kesehatan Mental, 102-112.
Susanto, A., & Kurniawan, B. (2021). Respons Individu Terhadap Lingkungan Kerja yang Tidak Kondusif: Studi pada Sektor Pendidikan. Jurnal Ilmu Pendidikan dan Psikologi, 220-234.
0 komentar:
Posting Komentar