Menghadapi Situasi Tidak Nyaman: Strategi Exit, Voice, Loyalty, dan Neglect (EVLN) dalam Upaya Mencapai Kenyamanan
Resdika Meihaf Putra
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering kali dihadapkan pada situasi yang tidak nyaman. Ketidaknyamanan ini bisa muncul dalam berbagai konteks, baik di tempat kerja, lingkungan akademik, maupun dalam interaksi sosial lainnya. Situasi tersebut bisa disebabkan oleh berbagai faktor, seperti lingkungan fisik yang kurang memadai atau kondisi sosial-psikologis yang tidak kondusif, misalnya rekan kerja yang toxic atau manajemen yang buruk. Dalam psikologi organisasi dan perilaku, terdapat beberapa strategi yang dapat diambil oleh individu untuk menghadapi dan beradaptasi dengan situasi yang tidak nyaman. Salah satu model yang sering digunakan untuk memahami respons ini adalah model "Exit, Voice, Loyalty, and Neglect" (EVLN), yang menggambarkan berbagai cara individu bereaksi terhadap ketidaknyamanan dan upaya untuk mendapatkan kondisi yang lebih baik.
Model EVLN membagi respons individu terhadap situasi tidak nyaman menjadi empat kategori: Exit, Voice, Loyalty, dan Neglect. Kategori ini didasarkan pada dua dimensi utama, yaitu konstruktif versus destruktif dan aktif versus pasif. Model ini sangat relevan untuk memahami bagaimana individu dapat mengambil langkah-langkah untuk mengatasi ketidaknyamanan, baik melalui upaya konstruktif yang mempromosikan perubahan, atau dengan strategi yang lebih pasif.
Pertama, Exit atau keluar adalah respons yang bersifat aktif dan destruktif. Dalam konteks ini, individu memilih untuk meninggalkan situasi yang tidak nyaman sebagai cara untuk menyelesaikan masalah. Contohnya, seorang karyawan yang merasa tidak puas dengan lingkungannya mungkin memilih untuk mengundurkan diri dan mencari pekerjaan di tempat lain yang dianggap lebih kondusif. Keputusan untuk "exit" ini adalah bentuk penyelesaian yang langsung, meskipun terkadang dianggap tidak memberikan peluang perbaikan pada situasi yang ditinggalkan.
Kedua, Voice atau menyuarakan adalah respons aktif yang bersifat konstruktif. Individu yang memilih voice akan menyuarakan pandangannya atau menyampaikan keluhan dengan tujuan untuk memperbaiki situasi yang tidak nyaman. Misalnya, karyawan yang merasa tidak puas dengan manajemen mungkin memilih untuk menyampaikan keluhan atau saran kepada atasan sebagai bentuk upaya perubahan. Dalam lingkungan akademik, mahasiswa yang merasa tidak nyaman dengan metode pengajaran mungkin akan memberikan umpan balik kepada dosen atau pihak universitas. Respons voice menunjukkan bahwa individu memilih untuk terlibat secara aktif dan konstruktif dalam mengubah kondisi yang dianggap kurang ideal, dengan harapan dapat mencapai solusi yang lebih baik tanpa harus meninggalkan situasi tersebut.
Ketiga, Loyalty atau loyalitas adalah respons yang bersifat pasif namun konstruktif. Individu dengan respons ini akan tetap bertahan dalam situasi tidak nyaman dengan harapan bahwa keadaan akan membaik seiring waktu. Loyalitas ditandai oleh kesabaran dan komitmen individu untuk menunggu perubahan, tanpa melakukan tindakan langsung untuk memperbaiki situasi. Dalam dunia kerja, seorang karyawan yang merasa tidak puas namun tetap bertahan menunjukkan respons loyalty karena mungkin berharap bahwa perusahaan akan membuat perbaikan atau perubahan yang lebih baik di masa depan. Respons ini sering kali didorong oleh keyakinan bahwa masalah adalah sesuatu yang bersifat sementara dan dapat terselesaikan dengan sendirinya.
Terakhir, Neglect atau mengabaikan adalah respons pasif yang bersifat destruktif. Dalam respons ini, individu memilih untuk mengabaikan situasi tanpa upaya untuk memperbaiki atau berkontribusi pada perubahan. Neglect sering kali terlihat dari perilaku apatis, di mana seseorang memilih untuk tidak peduli terhadap masalah yang ada atau menunjukkan ketidakpedulian terhadap kondisi yang tidak nyaman. Misalnya, seorang karyawan yang merasa tidak puas namun tidak melakukan tindakan apa pun untuk memperbaiki situasi menunjukkan respons neglect. Pada akhirnya, respons ini tidak memberikan kontribusi yang konstruktif bagi situasi, dan sering kali membuat keadaan semakin memburuk.
Keempat respons ini memberikan pilihan bagi individu dalam menghadapi situasi tidak nyaman, yang masing-masing memiliki konsekuensi berbeda. Respons yang aktif seperti exit dan voice lebih menunjukkan upaya langsung untuk mencapai perubahan, sementara respons pasif seperti loyalty dan neglect cenderung menerima kondisi yang ada dengan harapan atau ketidakpedulian. Pilihan respons sangat dipengaruhi oleh kondisi individu, seperti tingkat ketidaknyamanan yang dirasakan, harapan akan perubahan, serta nilai dan komitmen pribadi.
Model EVLN membantu kita memahami berbagai pilihan yang dapat diambil individu dalam menghadapi situasi yang tidak nyaman. Melalui model ini, kita dapat melihat bahwa setiap individu memiliki pendekatan yang berbeda dalam menyikapi ketidaknyamanan, tergantung pada faktor internal dan eksternal yang memengaruhi keputusan mereka. Masing-masing pilihan, baik exit, voice, loyalty, maupun neglect, memiliki manfaat dan risiko tersendiri. Upaya untuk mencapai situasi yang nyaman tidak selalu mudah, namun dengan memahami model EVLN, individu dapat memilih respons yang paling sesuai dengan kondisi dan kebutuhan mereka. Dukungan dari lingkungan sosial, seperti tempat kerja atau institusi pendidikan, juga sangat penting dalam menciptakan ruang bagi individu untuk memilih respons yang lebih konstruktif dan membantu mereka mencapai situasi yang lebih nyaman dan produktif.
DAFTAR RUJUKAN
Handoko, T. Hani. (2001). Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.
Hasibuan, Malayu S.P. (2019). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara.
Mangkunegara, A. A. Anwar Prabu. (2011). Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Sutrisno, Edy. (2016). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Wibowo. (2013). Manajemen Kinerja. Jakarta: Rajawali Pers.
BIODATA SINGKAT
Nama : Resdika Meihaf Putra
NIM : 2310410089
Asal Universitas : Universitas Proklamasi 45
Program Pendidikan : Psikologi
0 komentar:
Posting Komentar