ESSAY 8 UJIAN TENGAH SEMESTER
PSIKOLOGI INOVASI
DOSEN PENGAMPU: Dr. Dra. ARUNDATI SHINTA, MA.
“Respons Individu terhadap Situasi Tidak Nyaman”
Chelsea Oktavia Anjani
22310410027 (Karyawan SP)
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS PROKLAMASI 45 YOGYAKARTA
NOVEMBER 2024
Moos (1976) dalam Tarmidi (2006) mengemukakan ada tiga dimesi umum dapat digunakan untuk mengukur lingkungan psikis dan sosial. Yaitu dimensi hubungan (relationship), dimensi pertumbuhan dan perkembangan pribadi (personal growth/development), dimensi perubahan dan perbaikan sistem (system mauntainance and change). Arter (1989) dalam Tarmidi (2006) menambahkan ketiga dimensi tersebut dengan dimensi lingkungan fisik (physical environment).
Gambar 1 memberikan kita sebuah kerangka untuk memahami bagaimana individu merespons situasi yang tidak nyaman. Model ini membagi respons menjadi empat kuadran berdasarkan dua dimensi yaitu Aktivitas (Apakah individu mengambil tindakan aktif atau pasif?) dan Konstruktivitas (Apakah tindakan yang diambil bersifat konstruktif atau destruktif?).
Analisis Empat Kuadran:
- Exit: Individu memilih untuk meninggalkan situasi yang tidak nyaman. Ini bisa berupa tindakan fisik seperti mengundurkan diri dari pekerjaan atau mengakhiri suatu hubungan, atau tindakan psikologis seperti menjauhkan diri secara emosional.
- Voice: Individu secara aktif berusaha untuk mengubah situasi yang tidak nyaman. Mereka mungkin menyampaikan keluhan, memberikan saran, atau mengambil tindakan untuk memperbaiki masalah.
- Loyalty: Individu memilih untuk tetap bertahan dalam situasi yang tidak nyaman, sambil berharap situasi akan membaik dengan sendirinya. Mereka mungkin mencoba untuk mentoleransi ketidaknyamanan atau mencari sisi positif dari situasi.
- Neglect: Individu memilih untuk mengabaikan situasi yang tidak nyaman dan tidak melakukan apa-apa untuk mengubahnya. Mereka mungkin merasa tidak berdaya atau tidak peduli.
Permasalahan yang sering terjadi ialah Situasi tidak nyaman seringkali menimbulkan stres dan ketidakpuasan. Jika tidak ditangani dengan baik, dapat berdampak negatif pada kesehatan mental dan fisik, serta produktivitas. Solusinya Gambar 1 menunjukkan bahwa individu memiliki berbagai pilihan untuk mengatasi situasi tidak nyaman. Pilihan yang tepat akan tergantung pada faktor-faktor seperti kepribadian individu, tingkat keparahan masalah, dan kendali yang dimiliki individu atas situasi tersebut.
Kuadran "Voice" dan "Exit" menunjukkan pentingnya proaktivitas dalam menghadapi situasi yang tidak nyaman. Individu yang tidak pasif cenderung lebih berhasil dalam menciptakan perubahan dan mencapai kesejahteraan. Baik tindakan "Voice" maupun "Exit" dapat menjadi konstruktif atau destruktif. Penting untuk memilih tindakan yang tidak hanya efektif dalam mengatasi masalah, tetapi juga menjaga hubungan dengan orang lain dan menghindari konsekuensi negatif. Dalam beberapa kasus, kombinasi dari beberapa strategi mungkin diperlukan. Misalnya, individu mungkin perlu menyampaikan keluhan (Voice) sambil mencari alternatif lain (Exit).
Contoh Penerapan dalam Konteks Kerja. Karyawan yang merasa tidak puas dengan pekerjaannya:
- Exit: Mengundurkan diri dari pekerjaan.
- Voice: Membicarakan masalah dengan atasan atau HRD, memberikan saran untuk perbaikan.
- Loyalty: Mencoba untuk lebih menikmati aspek positif dari pekerjaan, berharap situasi akan membaik.
- Neglect: Mengabaikan masalah dan terus bekerja tanpa semangat.
Mahasiswa yang merasa tidak nyaman dalam lingkungan perkuliahan:
- Exit: Mengganti jurusan atau universitas.
- Voice: Mengikuti kegiatan organisasi mahasiswa, memberikan masukan kepada dosen.
- Loyalty: Mencoba untuk beradaptasi dengan lingkungan yang ada.
- Neglect: Menjauhi kegiatan perkuliahan dan teman-teman sekelas.
Kesimpulannya Gambar 1 memberikan kita sebuah alat yang berguna untuk memahami bagaimana individu merespons situasi yang tidak nyaman. Dengan memahami berbagai pilihan yang tersedia, kita dapat membuat keputusan yang lebih sadar dan efektif dalam mengatasi masalah yang kita hadapi. Penting untuk diingat bahwa tidak ada satu jawaban yang benar untuk semua situasi. Pilihan terbaik akan tergantung pada konteks spesifik dan tujuan individu.
DAFTAR PUSTAKA
Abubakar, A., Van de Vijver, F. J. R., Suryani, A. O., Handayani, P., & Pandia,
W. S. (2015). Pengaruh Kualitas Lingkungan Terhadap Kesejahteraan Psikologis. Jurnal Multidisiplin West Science, 02(08), 714-720.
Bell, P. A., Greene, T. C., Fisher, J. D., & Baum, A. (2001). Pengaruh Lingkungan
Fisik terhadap Performa Belajar. Jurnal Perspektif Arsitektur, 13(1), 49-61.
0 komentar:
Posting Komentar