Sabtu, 09 November 2024

Essay ke - 8 Ujian Tengah Semester Psikologi Inovasi

Nama : Shinta Pratiwi 

Nim : 24310420035

Mata Kuliah : Psikologi Inovasi 

Dosen Pengampu : Dr., Dra. Arundati Shinta, M.A




Kehidupan sehari-hari kadang seringkali menghadirkan situasi yang sangat beragam. Situasi ini kadang bisa mengahadirkan situasi yang menyenangkan dan sebaliknya yaitu situasi tidak menyenangkan. Situasi-situasi seperti ini bisa sangat mengganggu seseorang dalam melakukan aktivitasnya sehari-hari. Setiap orang pasti pernah mengalami yang namanya situasi tidak menyenangkan dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu contoh situasi yang tidak menyenangkan bisa di rasakan pada dunia kerja, misalnya ketika seseorang harus di hadapkan dengan lingkungan kerja yang toxic. Respon yang akan diberikan setiap orang saat menghadapi situasi tidak menyenangkan tersebut akan berbeda-beda. Model EVLN merupakan salah satu kerangka kerja yang bisa digunakan untuk menggambarkan bagaimana respon seseorang dalam menghadapi situasi yang tidak menyenangkan, baik itu dalam pekerjaan, hubungan pribadi ataupun dalam kehidupan sehari-hari. EVLN adalah singkatan dari kata Exit, Voice, Loyalty, dan Neglect.

Permasalahan situasi tidak menyenangkan telah di jelaskan pada soal yang diberikan bagaimana situasi tidak nyaman yang bisa kita rasakan baik itu di tempat kerja, kuliah maupun di tempat santai. Gambar model EVLN yang diberikan pada soal merupakan respon bagaimana seseorang dalam menghadapi situasi yang tidak nyaman. Pada gambar model EVLN tersebut respon individu terhadap situasi tidak nyaman dibedakan dalam dua dimensi; ada constructive-destructive dan active. Dimensi constructive-destructive lebih menekankan pada bagaimana hubungan yang ada bisa dipertahankan melalui cara yang contructive (membangun) atau destructive (merusak), sedangkan pada dimensi active lebih menunjukkan pada respon yang ditunjukkan. Berikut ini penjelasan dari keempat respon model EVLN;

1.      Exit (keluar) adalah tindakan meninggalkan pekerjaan atau berpikir untuk keluar dari situasi kerja yang tidak memuaskan. Contohnya seorang karyawan yang mendapatkan perlakuaan tidak adil di perusahaan memilih untuk mencari pekerjaan lain atau keluar dari pekerjaan tersebut.

2.      Voice (suara) adalah upaya untuk memperbaiki dan tidak melarikan diri dari situasi yang tidak menyenangkan. Suara bisa berupa respons yang membangun seperti memperbaiki situasi yang di hadapi atau memberikan keluhan. Contohnya seorang karyawan yang tidak puas dengan kebijakan perusahaan memilih untuk menyampaikan keluhannya dengan berbicara langsung kepada atasannya.

3.      Loyaty (kesetiaan) adalah sikap bertahan seseorang dalam menghadapi ketidakpuasaan terhadap suatu kondisi dengan harapan situasi bisa membaik secara perlahan-lahan. Seseorang yang memilih “loyalty” cenderung untuk terus menunggu dan berharap akan ada perbaikan yang terjadi tanpa adanya tindakan langsung. Contohnya seorang karyawan yang tetap bertahan walaupun tidak dihargai dan tetap setia dengan harapan kondisi akan membaik.

4.      Neglect (pengabaian) adalah sikap yang menunjukkan untuk mengabaikan masalah atau situasi yang tidak menyenangkan dengan cara tidak memperdulikan pada situasi yang ada. Contohnya seorang karyawan yang merasa tidak dihargai memilih untuk melakukan pekerjaan dengan seadanya dan tidak ada keluhan ataupun mencari solusi.

Model EVLN ini memberikan gambaran yang jelas bagaimana seseorang dalam menunjukkan respon saat menghadapi situasi yang tidak menyenangkan. Respons tersebut ditunjukkan berdasarkan bagaimana kepribadian orang tersebut dan bagaimana persepsi seseorang terhadap situasi yang terjadi. Respons yang diberikan pada model EVLN ini merupakan upaya individu dalam menghadapi situasi yang tidak nyaman sehingga seseorang tersebut akhirnya bisa mendapatkan situasi yang nyaman.

Solusi yang bisa di berikan kepada seseorang dalam menghadapi situasi yang tidak menyenangkan tersebut diantaranya bisa dengan mencari dan memahami akar dari permasalahan. Situasi yang tidak menyenangkan ini muncul karena kita belum memahami apa yang sedang terjadi dan penyebabnya. Setelah itu jika masalah sudah dipahami dengan baik coba untuk membicarakan masalah tersebut dengan orang terkait. Jika masalah tersebut sudah dibicarakan cari dukungan sosial dari orang-orang terdekat untuk memberikan solusi atau saran yang terbaik. Lalu, jika situasi tidak menyenangkan masih berlanjut walaupun sudah berusaha untuk memperbaiki ambil tindakan untuk mempertimbangkan apakah harus keluar dari situasi tersebut sudah langkah yang tepat. Dalam menghadapi situasi yang tidak menyenangkan kita tentunya harus menjaga kondisi kesehatan mental kita, sehingga perlu untuk melakukan olahraga agar bisa berpikir jernih dalam mengambil keputusan.

 

Referensi

Naus, F., Iterson, A. V., Roe, R. A. (2007). Organizational cynicism: extending the exit, voice, loyalty, and neglect model of emloyess’ responses to adverse conditions in the workplace. Human Relations, Vol. 60, No. 5, pp. 683-718.

Izzati, U. A., dan Mulyana, O. P. (2019). Psikologi Industri dan Organisasi. Jawa Timur: Bintang Surabaya.



0 komentar:

Posting Komentar