Jumat, 08 November 2024

Psikologi Inovasi, Tugas Esai-8, Ujian Tengah Semester, Arundati Shinta, Juliani Mariati Larosa (22310410072), November & 2024

Mempelajari Hubungan Model EVLN dengan Respon Terhadap Ketidaknyamanan
 
Juliani Mariati Larosa 

22310410073

Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta


Dalam dunia kerja, situasi tidak nyaman merupakan hal yang sering terjadi. Berbagai faktor, seperti rekan kerja yang toxic, atasan yang buruk, atau fasilitas yang kurang memadai, dapat memicu ketidaknyamanan dan mengganggu produktivitas.

Model EVLN (Exit, Voice, Loyalty, Neglect) memberikan kerangka kerja yang berguna dalam memahami respons individu terhadap ketidaknyamanan di lingkungan kerja.
Model EVLN, yang dikembangkan dari konsep awal Hirschman (1970) tentang "Exit, Voice, and Loyalty", menjelaskan empat respons utama:
  • Voice (Suara): Individu secara aktif dan konstruktif berusaha untuk mengubah situasi. Mereka mungkin menyampaikan keluhan, memberikan saran, atau bernegosiasi dengan pihak terkait untuk mencari solusi bersama.
  • Loyalty (Loyalitas): Individu cenderung pasif namun konstruktif. Mereka menerima situasi dengan harapan bahwa situasi akan membaik dengan sendirinya, atau mereka percaya bahwa tidak ada pilihan lain selain menerimanya.
  • Neglect (Abai): Individu cenderung pasif dan destruktif. Mereka mengabaikan situasi tersebut, merasa tidak berdaya, atau tidak peduli dengan perubahan.
  • Exit (Keluar): Individu secara aktif dan destruktif meninggalkan situasi tersebut. Mereka mungkin mengundurkan diri dari pekerjaan, mencari pekerjaan baru, atau bahkan pindah ke perusahaan lain.
Model ini dibagi menjadi dua dimensi: aktivitas dan sikap. Dimensi aktivitas menunjukkan tingkat keterlibatan individu dalam mengubah situasi, sementara dimensi sikap menunjukkan bagaimana individu memandang situasi tersebut.
 
Pilihan strategi yang digunakan individu dalam menghadapi situasi tidak nyaman akan berdampak pada upaya mereka untuk mendapatkan situasi yang nyaman. Strategi voice dan loyalty cenderung lebih efektif dalam menciptakan situasi yang lebih nyaman karena melibatkan upaya aktif untuk memperbaiki situasi atau menerima situasi dengan harapan positif. Si dan Li (2012) mencatat bahwa voice memiliki potensi tertinggi dalam menciptakan kenyamanan jangka panjang karena mendorong perubahan positif, membangun komunikasi terbuka, dan meningkatkan rasa memiliki. Loyalty dapat memberikan kenyamanan moderat melalui stabilitas emosional, penerimaan situasi, dan harapan perbaikan natural.
 
Sebaliknya, strategi neglect dan exit cenderung memperburuk situasi dan memicu ketidaknyamanan yang lebih besar. Exit memberikan kenyamanan instant namun dengan konsekuensi perubahan drastis, adaptasi baru, dan ketidakpastian. Neglect justru menurunkan tingkat kenyamanan karena memperburuk situasi, menurunkan motivasi, dan menciptakan lingkungan negatif.
 
Permasalahan dan Solusi
 
Salah satu permasalahan utama dalam menghadapi situasi tidak nyaman adalah kurangnya kesadaran individu terhadap pilihan strategi yang tersedia. Seringkali, individu cenderung memilih strategi neglect atau exit tanpa mempertimbangkan potensi voice dan loyalty. Hal ini dapat menyebabkan eskalasi masalah dan berdampak negatif pada kesejahteraan individu dan organisasi.
 
Untuk mengatasi permasalahan ini, dibutuhkan upaya untuk meningkatkan kesadaran individu tentang model EVLN dan manfaat dari masing-masing strategi. Organisasi dapat berperan aktif dalam memfasilitasi komunikasi terbuka, membangun budaya organisasi yang mendukung voice, dan menyediakan mekanisme yang memungkinkan individu untuk menyampaikan keluhan dan saran.
 
Contoh Kasus: Menghadapi Rekan Kerja yang Toxic
 
Bayangkan kita bekerja di sebuah tim dengan rekan kerja yang toxic. Rekan kerja ini seringkali menyebarkan gosip, menjatuhkan rekan kerja lainnya, dan menciptakan suasana kerja yang tidak nyaman. Nah, kita dapat memilih salah satu dari empat strategi:
  • Voice: Kita dapat berbicara dengan rekan kerja toxic tersebut secara langsung, meminta mereka untuk menghentikan perilaku negatif mereka. Kita juga dapat melaporkan perilaku mereka kepada atasan atau HRD.
  • Loyalty: Kita dapat memilih untuk mengabaikan perilaku toxic tersebut dan berharap bahwa mereka akan berubah dengan sendirinya. Atau dapat mencoba untuk membangun hubungan yang positif dengan rekan kerja lainnya untuk menciptakan suasana kerja yang lebih nyaman.
  • Neglect: Memilih untuk mengabaikan perilaku toxic tersebut dan fokus pada pekerjaan dan tanggung jawab diri sendiri. Namun, hal ini dapat menyebabkan stres dan kekecewaan yang lebih besar.
  • Exit: Kita dapat memilih untuk mengundurkan diri dari pekerjaan tersebut jika situasi tidak membaik.
Kesimpulan
 
Model EVLN memberikan kerangka kerja yang berguna untuk memahami bagaimana individu menghadapi situasi yang tidak nyaman di lingkungan kerja. Strategi voice dan loyalty cenderung lebih efektif dalam menciptakan situasi yang lebih nyaman, sementara strategi neglect dan exit cenderung memperburuk situasi. Pilihan strategi yang tepat akan bergantung pada kepribadian, nilai-nilai, dan situasi spesifik yang dihadapi individu.
 
Daftar Pustaka
 
Farrell, D. (1983). Exit, voice, loyalty, and neglect as responses to job dissatisfaction: A multidimensional scaling study. Academy of Management Journal, 26(4), 596-607.

Hirschman, A. O. (1970). Exit, voice, and loyalty: Responses to decline in firms, organizations, and states. Harvard University Press.

Rusbult, C. E., Farrell, D., Rogers, G., & Mainous III, A. G. (1988). Impact of exchange variables on exit, voice, loyalty, and neglect: An integrative model of responses to declining job satisfaction. Academy of Management Journal, 31(3), 599-627
.
Si, S., & Li, Y. (2012). Human resource management practices on exit, voice, loyalty, and neglect: Organizational commitment as a mediator. The International Journal of Human Resource Management, 23(8), 1705-1716. 

0 komentar:

Posting Komentar