“ UJIAN TENGAH SEMESTER “
"Analisis Model Exit-Voice-Loyalty-Neglect dalam Upaya Individu Mencapai Situasi Nyaman di Lingkungan Kerja"
Dosen Pengampu : Dr., Dra. Arundati Shinta, M.A
Penulis : Zainal Derwotubun 22310410061
“ Psikologi Inovasi “
model "Exit-Voice-Loyalty-Neglect" (EVLN) yang digunakan untuk memahami respons individu terhadap ketidakpuasan atau situasi tidak nyaman dalam berbagai konteks, termasuk dalam lingkungan kerja, hubungan interpersonal, dan organisasi. Model ini menjelaskan empat reaksi utama yang bisa dilakukan individu untuk menghadapi situasi yang kurang memuaskan atau ketidakpuasan: Exit (keluar), Voice (menyuarakan pendapat), Loyalty (kesetiaan), dan Neglect (mengabaikan). Setiap reaksi memiliki karakteristik yang berbeda dan dapat berdampak positif atau negatif terhadap situasi yang sedang dihadapi.
1. Exit (Keluar)
Exit adalah tindakan individu untuk meninggalkan situasi yang tidak nyaman atau lingkungan yang dianggap tidak memuaskan. Reaksi ini termasuk dalam kategori aktif dan destruktif, karena individu secara langsung mengambil langkah untuk keluar dari situasi tersebut, seperti meninggalkan pekerjaan atau memutuskan hubungan. Ketika seseorang merasa bahwa upaya lain untuk memperbaiki situasi tidak efektif, mereka mungkin memilih opsi keluar sebagai solusi. Exit seringkali terjadi ketika individu merasa bahwa ketidakpuasan sudah tidak bisa diatasi atau diubah lagi. Dalam konteks organisasi, individu yang merasa tidak puas mungkin memutuskan untuk mengundurkan diri, yang dapat berdampak negatif bagi perusahaan, terutama jika pekerja yang keluar memiliki keterampilan yang sulit digantikan. Teori keadilan organisasi (organizational justice) mengungkapkan bahwa jika seorang karyawan merasa diperlakukan secara tidak adil, mereka mungkin lebih cenderung untuk meninggalkan pekerjaan tersebut, karena merasa bahwa usaha untuk memperbaiki situasi tidak akan membuahkan hasil.
2. Voice (Menyuarakan Pendapat)
Voice adalah tindakan aktif dan konstruktif, di mana individu berusaha memperbaiki situasi yang ada dengan menyuarakan pendapat mereka atau memberikan saran untuk perubahan. Dalam lingkungan kerja, voice bisa berupa memberikan masukan kepada manajemen atau berdiskusi dengan rekan kerja untuk mencari solusi. Pendekatan ini menunjukkan bahwa individu memiliki keterlibatan tinggi dan keinginan untuk memperbaiki keadaan daripada meninggalkannya.Teori partisipasi karyawan (employee participation) menjelaskan bahwa karyawan yang merasa memiliki kesempatan untuk menyuarakan pendapat lebih cenderung untuk bertahan dalam situasi yang kurang ideal, karena mereka merasa memiliki peran dalam perubahan yang mungkin terjadi. Selain itu, dalam teori loyalitas organisasi, voice dianggap sebagai bentuk keterlibatan aktif yang menunjukkan komitmen terhadap organisasi atau situasi yang sedang dihadapi.
3. Loyalty (Kesetiaan)
Loyalty adalah respons yang pasif namun konstruktif, di mana individu memilih untuk tetap bertahan dalam situasi yang tidak memuaskan dengan harapan bahwa keadaan akan membaik seiring waktu. Individu yang memilih loyalty mungkin tidak langsung menyuarakan ketidakpuasan mereka, tetapi tetap setia dan mendukung lingkungan atau organisasi tersebut. Respons ini sering terjadi ketika individu merasa bahwa ada kemungkinan untuk perubahan di masa depan, atau mereka merasa memiliki keterikatan yang kuat dengan organisasi atau hubungan yang ada. Teori keterikatan afektif (affective commitment) menjelaskan bahwa individu yang memiliki keterikatan emosional dengan organisasi atau situasi lebih cenderung menunjukkan loyalitas, bahkan dalam kondisi yang kurang ideal. Dalam beberapa kasus, loyalitas dapat membantu menciptakan situasi yang lebih stabil dan memberi waktu bagi organisasi atau pihak terkait untuk melakukan perbaikan yang diharapkan.
4. Neglect (Mengabaikan)
Neglect adalah respons yang pasif dan destruktif, di mana individu secara bertahap mengabaikan tanggung jawab atau menurunkan kualitas kinerja mereka. Dalam konteks pekerjaan, neglect bisa berarti penurunan produktivitas, tidak memenuhi standar kerja, atau menunjukkan sikap acuh tak acuh. Individu yang memilih opsi ini mungkin merasa bahwa upaya untuk memperbaiki situasi tidak akan membuahkan hasil, sehingga mereka memilih untuk mengabaikannya. Menurut teori kelelahan kerja (burnout theory), neglect bisa menjadi akibat dari ketidakpuasan berkepanjangan dan perasaan frustrasi yang tidak ditangani dengan baik. Karyawan yang mengalami kelelahan cenderung menunjukkan perilaku neglect karena merasa tidak ada gunanya berusaha memperbaiki situasi.
Kesimpulan
Model EVLN memberikan pemahaman yang penting tentang berbagai respons individu terhadap ketidakpuasan dalam lingkungan kerja atau situasi sosial lainnya. Setiap pilihan dalam model ini memiliki dampak yang berbeda, baik pada individu maupun pada lingkungan sekitarnya. Pemahaman tentang model EVLN dapat membantu organisasi atau individu untuk lebih bijaksana dalam menangani ketidakpuasan dan mencari solusi yang lebih konstruktif.
Referensi:
- Hirschman, A. O. (1970). Exit, Voice, and Loyalty: Responses to Decline in Firms, Organizations, and States.
- Adams, J. S. (1965). Inequity in Social Exchange.
0 komentar:
Posting Komentar