Strategi Menghadapi Situasi Tidak Nyaman
Untuk Memenuhi Ujian Tengah Smester Mata kuliah Psikologi Inovasi
Dosen Pengampu : Dr., Dra. Arundati Shinta, M.A.
Vina Anggraini Yosi Ningrum
22310410105
Fakultas Psikologi
Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta
2024
Sering kali dalam kehidupan kita, baik di tempat kerja, kampus atau dalam interaksi sosial sehari hari, kita dihadapkan pada situasi yang tidak nyaman. Situasi ini bisa datang dalam bentuk lingkungan fisik yang buruk seperti Gedung yang kurang layak atau lingkungan sosial yang tidak mendukung, seperti rekan kerja yang toxic atau pimpinan yang tidak adil. Menghadapi situasi situasi ini, individu biasanya akan merespon dengan cara yang berbeda, tergantung pada seberapa besar ketidaknyamanan yang dirasakan dan bagaimana cara meraka menilai solusi yang ada. Dalam Psikologi Inovasi, respon ini digambarkan dalam sebuah bagan yang terdiri dari empat kolom utama yakni exit, neglect, loyalty, dan voice.
1. Exit (Keluar)
Kolom pertama yang ada di bagian kiri atas adalah exit, yang berarti "keluar" dari situasi tidak nyaman. Respon ini mencerminkan pilihan individu untuk meninggalkan atau menghindari lingkungan yang tidak mendukung, baik secara fisik maupun psikologis. Begitu pula dengan mahasiswa yang merasa tertekan dalam sebuah lingkungan akademik yang tidak kondusif, mereka bisa memilih untuk keluar dari situasi tersebut dengan berpindah kampus atau mencari jalur pendidikan lain. Dalam konteks ini, exit bisa menjadi solusi langsung yang efektif untuk menghindari lebih lanjutnya ketidaknyamanan yang dirasakan. exit merupakan tindakan yang aktif karena individu mengambil langkah tegas untuk keluar dari situasi tersebut
2. Neglect (Mengabaikan)
Di bawah kolom exit terdapat kolom neglect, yang menggambarkan pilihan untuk mengabaikan masalah dan bertahan dalam situasi yang tidak nyaman tanpa berusaha memperbaikinya. Respon ini bisa bersifat pasif dan destruktif, karena individu lebih memilih untuk tidak mengambil tindakan apapun meskipun mereka merasa tidak puas atau terganggu dengan situasi tersebut. Dalam konteks pekerjaan atau kuliah, seorang individu yang memilih neglect mungkin akan tetap bertahan di tempat yang tidak mendukung, namun tidak berusaha untuk mengajukan perubahan atau berbicara tentang masalah yang ada. Meskipun tidak langsung mengganggu orang lain, neglect sering kali menyebabkan individu merasa tidak berkembang atau bahkan semakin tertekan dalam jangka panjang.
3. Loyalty (Kesetiaan)
Kolom berikutnya, loyalty, mencerminkan pilihan untuk tetap bertahan dalam situasi yang tidak nyaman dengan harapan bahwa keadaan akan membaik di masa depan. Respon ini bersifat pasif karena individu tidak langsung mengubah situasi yang ada, tetapi lebih kepada kesetiaan dan harapan bahwa waktu atau usaha internal akan membawa perubahan. Meskipun ini adalah respons yang lebih positif dibandingkan dengan neglect, namun loyalty juga memiliki potensi untuk menjadi bumerang jika individu bertahan terlalu lama dalam situasi yang tidak mendukung tanpa ada upaya nyata untuk memperbaiki kondisi. Dalam konteks kerja, seorang karyawan mungkin tetap bekerja di perusahaan meskipun merasa tidak dihargai, dengan harapan bahwa keadaan akan membaik atau mereka akan mendapatkan kesempatan lebih baik di kemudian hari.
4. Voice (Suara)
Kolom terakhir, yaitu voice, adalah pilihan untuk berbicara atau bertindak guna memperbaiki situasi yang tidak nyaman. Respon ini bersifat aktif dan konstruktif karena individu tidak hanya bertahan atau menghindari masalah, tetapi berusaha untuk mengubahnya melalui komunikasi, keluhan, atau tindakan yang konstruktif. Voice mencakup kemampuan untuk mengidentifikasi masalah dan mengusulkan solusi, seperti berbicara dengan pimpinan mengenai masalah di tempat kerja atau berkolaborasi dengan teman-teman kampus untuk memperbaiki kondisi akademik yang tidak mendukung.
Kesimpulan
Dalam bagan tersebut, ada dua dimensi penting yang perlu diperhatikan, yakni dimensi konstruktif dan destruktif. Exit dan neglect berada di sisi destruktif, karena lebih mengarah pada tindakan yang menghindari masalah atau bahkan membiarkannya berlarut-larut tanpa solusi. Sebaliknya, loyalty dan voice berada di sisi konstruktif, karena keduanya mencakup upaya untuk bertahan dan memperbaiki keadaan meskipun dalam cara yang berbeda. Voice adalah bentuk aksi yang paling konstruktif, karena melibatkan partisipasi aktif dalam memperbaiki masalah, sementara loyalty tetap bersifat pasif namun masih dalam konteks harapan yang positif. Berdasarkan bagan tersebut, dapat disimpulkan bahwa respons terhadap situasi yang tidak nyaman.
0 komentar:
Posting Komentar