Sabtu, 09 November 2024

E8_UTS Psi Inovasi_ Siti Syarifatussa'adah

 “RESPON PSIKOLOGIS DAN UPAYA INDIVIDU DALAM MENCAPAI SITUASI NYAMAN DI LINGKUNGAN TOXIC: PERSPEKTIF PSIKOLOGI INOVASI”

PSIKOLOGI INOVASI

E-6 MENULIS JAWABAN DARI SOAL UJIAN MID DALAM BENTUK ESAI

DOSEN PENGAMPU: Dr., Dra. ARUNDATI SHINTA, MA.


NAMA : SITI SYARIFATUSSA’ADAH
NIM : 21310410156

FAKULTAS PSIKOLOGI   
UNIVERSITAS PROKLAMASI 45 YOGYAKARTA
OKTOBER/2024

    Lingkungan yang toxic atau lingkungan yang situasinya kurang menyenangkan, baik itu di lingkungan tempat kerja, kampus, atau dalam lingkungan sosial lainnya dapat mempengaruhi kesejahteraan psikologis pada individu. Lingkungan dengan situasi tidak menyenangkan ini biasanya ditandai dengan adanya interaksi yang berpotensi merusak, seperti hubungan sosial yang kurang mendukung, adanya circle pertemanan  yang seringkali menyudutkan individu yang tidak disukainya, pembulyan, pengucilan, dan sistem yang tidak adil. Dalam konteks psikologi inovasi, individu dihadapkan pada berbagai cara dan upaya untuk merespons situasi tidak nyaman pada lingkungannya.     Respons psikologis dan upaya dalam mencapai kenyamanan tergantung bagaimana mereka dalam menghadapi situasi tersebut. Hal ini digambarkan dalam bagan yang memuat empat kategori: Active,  Destructive, Constructive, dan Passive.
Pendekatan Respon Psikologis Terhadap Terhadap Lingkungan yang Toxic

Pada gambar 1 yang disajikan, mengilustrasikan empat respon yang dapat diterapkan individu dalam menghadapi situasi yang tidak nyaman. Dari keempat respon tersebut ada hubungannya dengan  upaya individu untuk mencapai atau mendapatkan kenyamanan dan dapat dibagi dalam dua dimensi utama: active dan passive, serta destructive dan constructive.
Berikut ini penjelasannya:
1. Active ke Destructive = Exit
Pada situasi yang tidak nyaman, respon pertama yang mungkin muncul pada individu adalah Exit atau keluar dari zona tersebut. Ini adalah langkah yang aktif dan desdruktif individu dalam memilih  cara untuk pergi dari situasi yang merugikan dirinya sendiri. Misalkan, seorang individu yang menjadi karyawan  perusahaan X terjebak pada lingkungan kerja yang seringkali adanya konflik atau perilaku yang toxic, yang mungkin memutuskan untuk resign dengan alasan untuk melindungi mentalnya. Meskipun ini adalah upaya yang drastis, namun terkadang dengan pergi dari situasi tersebut adalah langkah yang baik untuk mendapatkan kenyamanan.
2. Active ke Constructive = Voice
Untuk respon kedua dari individu adalah Voice atau berbicara. Ini merupakan respon aktif yang konstruktif pada individu untuk tidak pergi dari situasi, namun dengan cara berbicara atau mengungkapkan ketidaknyamanannya secara lisan  yang bertujuan untuk memperbaiki situasi yang ada. Contohnya seorang mahasiswa yang merasa tidak nyaman dengan teman sekelasnya yang toxic lalu ia berbicara secara langsung secara jujur atau menyampaikan keluh kesahnya untuk mendapatkan solusi. Pada pendekatan ini upaya individu menunjukkan rasa yakin dan keberanian untuk menghadapi masalah dan berusaha untuk mengubah situasi menjadi lebih baik.
3. Destructive ke Passive = Neglect
Pada respon neglect dapat dilihat bahwa respon ini adalah bentuk desdruktif yang pasif. Dalam situasi ini individu lebih memilih untuk mengabaikan masalah dan enggan melakukan perubahan apapun. Misalnya, individu yang terjebak dalam situasi lingkungan yang toxic namun tetap memilih diam dan tidak menyuarakan keluh kesahnya. Meskipun awalnya tampak lebih mudah, namun respon ini dapat menyebabkan penurunan pada psikologis karena masalah yang tidak terselesaikan akan terus menganggu.

4. Constructive ke Passive = Loyalty
Loyalty merupakan bentuk respon konstruktif yang pasif. Pada konteks ini individu berada dalam situasi tidak nyaman, namun individu tersebut tetap mempertahankan kesetiaannya, meskipun situasi ini terasa sulit untuk dihadapinya. Misalnya, seorang karyawanan perbankan yang tetap bekerja di lembaga keuangan yang penuh tekanan tetapi tetap loyal dan bertahan dengan harapan bahwa situasi pasti akan segera membaik. Meskipun ini adalah dedikasi, namun terkadang loyalitas tanpa ada kemauan untuk berubah dapat menciptakan rasa tidak nyaman dalam jangka panjang. 

Upaya Individu untuk Mencapai Situasi Nyaman

    Individu  berupaya untuk mencapai situasi yang nyaman tergantung pada bagaimana dan seperti apa mereka dalam merespons terhadapa situasi yang ada. Jika individu memilih menggunakan Exit dan Voice, artinya mereka telah mengarah pada solusi yang lebih konstruktif dan sehat. Sebaliknya jika individu lebih memilih neglect dan loyalty, ini berarti mereka mungkin akan terus terjebak pada situasi yang tidak nyaman yang ujung-ujungnya dapat mengganggu kesejahteraan psikologis individu, seperti stres dan kecemasan.
    Dalam perspektif psikologi inovasi, cara kita merespons situasi lingkungan yang toxic berpengaruh pada kesejahteraan mental dan emosional pada setiap individu. Dengan menggunakan pendekatan aktif dan konstruktif seperti exit dan voice dapat memungkinkan individu untuk mengatasi masalah dengan cara yang sehat, sementara dengan  respon yang pasif dan desdruktif hanya akan memperburuk kondisi individu secara psikologis dan kenyamanan.
    Dalam menghadapi situasi yang tidak menyenangkan atau toxic,  penting sekali memilih respon yang tepat untuk mecapai kenyamanan psikologis. Baik dengan Exit, Voice, Neglect, ataupun Loyalty, pilihan yang diambil akan mempengaruhi kualitas hidup dan kesejahteraan mental pada individu. 
Pendekatan pada konteks psikologi inovasi dapat memberikan berbagai cara dalam merespons situasi tersebut dengan aktif dan konstruktif, yang dimana pada hal ini dapat membantu individu untuk mencapai kenyamanan meskipun kondisinya kurang ideal.

Daftar Pustaka:
Amirulhaqi, A., Nadia, F. N. D., & Heracwati, N. (2024). Pengaruh Ketidakpuasan Kerja terhadap Kreativitas: Studi tentang Peran Continuance Commitmentdan Dukungan Fakultas dalam Konteks Organisasi. Al-Kharaj: Jurnal Ekonomi, Keuangan, & Bisnis Syariah, 6 (5), hal. 4116-4128.
Wicaksono, A. S., & Nurhanisah, N. (2018). Studi Deskriptif Kuantitatif Tingkat Kepuasan Kerja dan Cara Mengekspresikan Tingkat Kepuasan Kerja yang Rendah pada Karyawan dengan Masa Kerja di Atas Tiga Puluh Tahun. Matrik: Jurnal Manajemen dan Teknik Industri, 11 (1), 32-43.



0 komentar:

Posting Komentar