ESSAY 8 UJIAN TENGAH SEMESTER PSIKOLOGI INOVASI
Pilihan Dalam Menghadapi Tekanan Situasi Tidak Menyenangkan
Dosen pengampu : Dr. Arundati Shinta, M.A.
Oleh Chony Babys 23310420002
EVLN-Model ini dikembangkan oleh Hirschman (1970) untuk memberikan kerangka kerja yang berguna untuk memahami bagaimana individu merespons ketidakpuasan dalam suatu situasi. EVLN- Model menbagi respon atau usaha individu dalam menghadapi situasi tidak menyenangkan menjadi 2 yaitu
1. Konstruktif vs. Destruktif
Voice dan Loyalty dianggap sebagai respons konstruktif karena individu mencoba untuk memperbaiki situasi, sedangkan Exit dan Neglect dianggap destruktif karena individu tidak berusaha untuk memperbaiki masalah.
2. Aktif vs. Pasif
Voice dan Exit dianggap sebagai respons aktif karena individu mengambil tindakan, sedangkan Loyalty dan Neglect dianggap pasif karena individu tidak melakukan banyak tindakan.
Dalam hubungan dengan psikologi organisasi EVLN-Model memberikan kerangka pemahaman tentang bagaimana individu bereaksi terhadap kondisi kerja yang tidak menyenangkan (Mursyid, A. 2024 ). Respon karyawan terhadap ketidakpuasan dapat dibedakan menjadi empat kategori: exit, voice, loyalty, dan neglect.
1. Exit (Keluar)
Individu memilih untuk meninggalkan organisasi, baik dengan mengundurkan diri atau mencari pekerjaan baru.
Ini adalah respons yang paling terlihat dan seringkali dianggap sebagai konsekuensi terakhir dari ketidakpuasan kerja.
2. Voice (Suara)
Individu secara aktif berusaha untuk memperbaiki situasi dengan menyampaikan keluhan, memberikan saran, atau mencoba mengubah kebijakan organisasi. Ini adalah respons yang konstruktif karena individu mencoba untuk memperbaiki masalah tanpa meninggalkan organisasi.
3. Loyalty (Loyalitas)
Individu tetap bertahan dalam organisasi meskipun tidak puas, dengan harapan bahwa situasi akan membaik di masa depan. Mereka tetap loyal pada organisasi dan berusaha untuk bertahan melalui masa-masa sulit.
4. Neglect (Pengabaian)
Individu secara pasif mengurangi kontribusinya terhadap organisasi, seperti mengurangi usaha, datang terlambat, atau meningkatkan tingkat absensi. Ini adalah respons yang destruktif karena individu tidak melakukan apa-apa untuk memperbaiki situasi dan malah merusak kinerja organisasi.
Bagi kita mahasiswa permasalahan, tantangan serta kesulitan merupakan fenomena hidup yang tidak bisa dihindari. Respon setiap individu dalam menghadapi situasi tidak menyenangkan pun berbeda-beda karena cara pandang yang berbeda terhadap situasi yang ada. Untuk itu teori EVLN-Model memberikan kerangka pemahaman tentang bagaimana individu bereaksi terhadap kondisi yang tidak menyenangkan karena terkdang individu juga tidak mampu mencegah datangnya situasi tidak menyenagkan, tetapi individu memiliki kemampuan untuk merespon agar dapat mempengaruhi dampak stres yang dirasakannya, paling tidak mereduksi serta meminimalisasi efek dari situasi yang dialami (Odgen, 2007 dalam Sabela, O. I., Ariati, J., & Setyawan, I. 2014).
EVLN-Model bagi mahasiswa :
1. Exit (Keluar)
Saat menghadapi situasi yang tidak menyenagkan di dalam kelas mahasiswa dapat memilih untuk meninggalkan situasi yang tidak nyaman, misalnya dengan menghindari interaksi dengan orang atau situasi yang membuatnya tidak nyaman atau pindah kelas,jurusan, atau pindah universitas.
2. Voice (Bersuara)
Mahasiswa dapat secara aktif memberikan masukan atau kritik terhadap situasi yang ada, misalnya dengan menyampaikan keluhan kepada dosen pembimbing, ketua Dekan, Rektor atau pihak terkait lainnya dan mengusulkan perubahan untuk memperbaiki situasi yang tidak nyaman, misalnya dengan mengajukan ide baru atau inisiatif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran atau kehidupan kampus.
3. Loyalty (Setia)
Mahasiswa dapat memilih untuk menerima situasi yang ada dan berusaha untuk beradaptasi dengan kondisi tersebut dan memilih untuk menunggu perubahan terjadi, dengan harapan situasi akan membaik dengan sendirinya.
4. Neglect (Mengabaikan)
Mahasiswa dapat memilih untuk mengurangi upaya atau kontribusinya dalam situasi tersebut, misalnya dengan mengurangi partisipasi dalam kegiatan atau tugas-tugas yang diberikan terkait dengan situasi yang tidak nyaman.
Individu dapat menghindari situasi-situasi tidak menyenangkan yang menimbulkan stres dan berisiko. Namun dengan begitu individu tersebut juga akan kehilangan kesempatan untuk belajar dan bertumbuh yang mungkin akan membawanya pada kesuksesan (Maddi & Koshaba, 2005 dalam dalam Sabela, O. I., Ariati, J., & Setyawan, I. 2014).
Daftar Pustaka
Amelia, S., Asni, E., & Chairilsyah, D. (2014). Gambaran ketangguhan diri (resiliensi) pada mahasiswa tahun pertama fakultas kedokteran universitas riau (Doctoral dissertation, Riau University).
Mursyid, A. (2024 September 18). Ketidakpuasan Kerja Perspektif EVLN-Model.Kompasisana.
https://www.kompasiana.com/alimursyid6902/66e95dd034777c594942ffe2/ketidakpuasan-kerja-perspektif-evln-model
Robbins, S.P. (1998). Organizational behavior. 8th Ed. Upper Saddle River, New Jersey: Prentice-Hall International, Inc.
Rusbult, C. E., Farrell, D., Rogers, G., & Mainous III, A. G. (1988). Impact of exchange variables on exit, voice, loyalty, and neglect: An integrative model of responses to declining job satisfaction. Academy of Management Journal, 31(3), 599-627.
Rusbult, C. E., Zembrodt, I. M., & Gunn, L. K. (1982). Exit, voice, loyalty, and neglect: Responses to dissatisfaction in romantic involvements. Journal of Personality and Social Psychology, 43 (6), 1230-1242.
Sabela, O. I., Ariati, J., & Setyawan, I. (2014). Ketangguhan mahasiswa yang berwirausaha: Studi kasus. Jurnal Psikologi Undip, 13(2), 170-189.
0 komentar:
Posting Komentar