Nama : Sillvi Yunia Anggraeni
Nim : 22310410019
Prodi : Psikologi A
Matakuliah : Psikologi Inovasi
Dosen Pengampu : Dr., Dra. Arundati Shinta, MA
Memahami Respons Individu Terhadap Situasi Tidak Nyaman untuk Mencapai Kenyamanan
Situasi tidak nyaman adalah bagian dari kehidupan yang hampir tak terhindarkan. Ketidaknyamanan ini dapat muncul di lingkungan kerja, kuliah, atau bahkan di rumah, baik dalam bentuk tekanan fisik maupun emosional. Faktor-faktor seperti lingkungan yang tidak mendukung, hubungan interpersonal yang sulit, atau kebijakan yang tidak adil sering kali menjadi penyebab munculnya situasi yang tidak nyaman. Individu merespons ketidaknyamanan ini dengan berbagai cara, yang tergambar dalam teori Exit, Voice, Loyalty, dan Neglect (EVLN) yang dipaparkan dalam Gambar 1. Keempat respons ini masing-masing mewakili cara berbeda bagi individu dalam mengatasi situasi yang sulit, serta mencerminkan upaya mereka untuk mencapai kondisi yang lebih nyaman.
·
Permasalahan
Menurut teori yang dikemukakan oleh Robbins (1998) dan
Rusbult et al. (1988), ada empat pendekatan utama yang digunakan individu
ketika dihadapkan pada situasi tidak nyaman, yaitu:
1. - Exit
Merupakan respons aktif dan destruktif di mana
individu memilih untuk keluar atau meninggalkan situasi yang tidak nyaman. Exit
adalah pilihan yang sering diambil ketika seseorang merasa tidak ada harapan
untuk perbaikan dalam lingkungan tersebut. Contohnya, seorang karyawan yang
merasa tidak dihargai mungkin memutuskan untuk keluar dari pekerjaan sebagai
bentuk usaha mencari lingkungan kerja yang lebih nyaman.
2. -Voice
Respons voice adalah pendekatan aktif dan konstruktif,
di mana individu mencoba memperbaiki situasi dengan mengutarakan keluhan atau
saran. Dalam situasi pekerjaan, ini bisa berupa karyawan yang memberikan umpan
balik kepada manajemen tentang masalah yang dihadapi. Upaya ini sering kali
dilakukan oleh individu yang percaya bahwa perubahan dapat dicapai melalui
komunikasi dan interaksi positif.
3. - Loyalty
Respons loyalty adalah bentuk pendekatan pasif namun
konstruktif. Individu yang menunjukkan loyalitas memilih untuk bertahan dengan
harapan bahwa situasi akan membaik seiring waktu. Meskipun tidak ada tindakan
langsung yang diambil, mereka tetap optimis dan setia pada lingkungan tersebut.
Misalnya, seorang mahasiswa yang tetap bertahan dalam program studi yang sulit,
percaya bahwa tantangan ini akan membawa kebaikan di masa depan.
4. - Neglect
Neglect adalah respons pasif dan destruktif, di mana
individu mengabaikan masalah yang ada tanpa mencoba memperbaikinya. Biasanya,
ini terjadi ketika seseorang merasa tidak berdaya atau tidak termotivasi untuk
melakukan perubahan. Neglect dapat berwujud sikap apatis atau penurunan
produktivitas yang mengakibatkan semakin buruknya kualitas lingkungan kerja
atau hubungan sosial.
·
Solusi
untuk Mencapai Situasi yang Lebih Nyaman
solusi dan strategi yang dapat diambil individu untuk
meningkatkan kenyamanan dalam situasi yang tidak menyenangkan:
1. - Menggunakan
Komunikasi Asertif (Voice)
Salah satu cara efektif untuk mencapai kenyamanan
adalah dengan mengutarakan perasaan atau pendapat secara asertif. Dalam studi
yang dilakukan oleh Dewi dan Nugraha (2019), komunikasi asertif terbukti dapat
meningkatkan hubungan interpersonal dan mendorong terjadinya perubahan. Dengan
berani menyampaikan keluhan secara terbuka, individu dapat menciptakan
lingkungan yang lebih kondusif dan nyaman.
2. - Mengembangkan
Resiliensi dan Harapan (Loyalty)
Individu yang mampu bersikap loyal biasanya memiliki
tingkat resiliensi yang tinggi dan optimisme terhadap masa depan. Dengan
mengembangkan ketahanan diri, seseorang dapat tetap bertahan di lingkungan yang
sulit dan berharap bahwa situasi akan membaik. Resiliensi juga memungkinkan
individu untuk melihat ketidaknyamanan sebagai tantangan yang dapat diatasi.
3. - Menentukan
Batasan Diri dan Evaluasi Lingkungan (Exit)
Exit dapat menjadi solusi terakhir ketika upaya untuk
mencapai kenyamanan di suatu lingkungan dirasa tidak memungkinkan. Individu
yang mempertimbangkan exit sebagai opsi perlu melakukan evaluasi menyeluruh
terhadap lingkungan yang ada, mempertimbangkan risiko dan manfaat dari
keputusan tersebut. Dalam beberapa kasus, meninggalkan situasi yang tidak
nyaman bisa menjadi langkah yang tepat untuk menjaga kesehatan mental dan
kesejahteraan individu (Putri & Surya, 2020).
4. - Menghindari
Sikap Apatis dan Mengelola Motivasi (Neglect)
Sikap neglect atau mengabaikan masalah sering kali memperburuk kondisi. Individu sebaiknya berusaha untuk tidak bersikap apatis, dan jika merasa tidak mampu mengatasi situasi sendiri, mereka bisa mencari dukungan dari pihak lain, seperti teman atau mentor. Mengelola motivasi untuk tetap proaktif akan membantu individu terhindar dari sikap neglect dan lebih berupaya menciptakan kenyamanan.
·
Kesimpulan
Menghadapi situasi tidak nyaman membutuhkan pemahaman
dan pilihan respons yang tepat. Exit, voice, loyalty, dan neglect adalah
respons yang dapat dipilih individu, masing-masing dengan konsekuensi dan
manfaat tersendiri. Dengan menggunakan komunikasi asertif dan membangun
resiliensi, individu dapat meningkatkan kenyamanan dalam lingkungan yang tidak
ideal. Sedangkan dalam situasi yang benar-benar sulit untuk diubah, exit bisa
menjadi pilihan yang sehat. Menjaga keseimbangan antara loyalitas dan keinginan
untuk bertahan, serta menghindari sikap apatis, akan membantu individu mencapai
keadaan yang lebih nyaman dalam situasi yang kompleks. Memahami dan
mengaplikasikan keempat respons ini akan memudahkan individu dalam menavigasi
ketidaknyamanan dan menemukan solusi yang sesuai.
Daftar Pustaka
Dewi, K. S., & Nugraha, F. (2019). Efektivitas
komunikasi asertif dalam meningkatkan perilaku Voice pada mahasiswa. Jurnal
Psikologi Terapan, 4 (3), 145–158.
Kurniawan, D., & Sari, L. (2018). Analisis
faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku Neglect di kalangan karyawan: Studi
kasus perusahaan manufaktur. Jurnal Manajemen dan Bisnis Indonesia, 7 (1),
75–88.
Putri, R., & Surya, A. (2020). Hubungan antara
kepuasan kerja dan loyalitas karyawan pada perusahaan X di Jakarta. Jurnal
Psikologi Indonesia, 9 (2), 120–132.
Robbins, S.P. (1998). Organizational behavior (8th
ed.). Upper Saddle River, NJ: Prentice-Hall.
Rusbult, C. E., Farrell, D., Rogers, G., & Mainous
III, A. G. (1988). Impact of exchange variables on exit, voice, loyalty, and
neglect: An integrative model of responses to declining job satisfaction. Academy
of Management Journal, 31 (3), 599–627.
Rusbult, C. E., Zembrodt, I. M., & Gunn, L. K. (1982). Exit, voice, loyalty, and neglect: Responses to dissatisfaction in romantic involvements. Journal of Personality and Social Psychology, 43 (6), 1230– 1242.
0 komentar:
Posting Komentar