Jumat, 08 November 2024

Essay 8_UTS Psikologi Inovasi_Sillvi Yunia Anggraeni (22310410019)

Nama : Sillvi Yunia Anggraeni

Nim : 22310410019

Prodi : Psikologi A

Matakuliah : Psikologi Inovasi

Dosen Pengampu : Dr., Dra. Arundati Shinta, MA

 

Memahami Respons Individu Terhadap Situasi Tidak Nyaman untuk Mencapai Kenyamanan


 


Situasi tidak nyaman adalah bagian dari kehidupan yang hampir tak terhindarkan. Ketidaknyamanan ini dapat muncul di lingkungan kerja, kuliah, atau bahkan di rumah, baik dalam bentuk tekanan fisik maupun emosional. Faktor-faktor seperti lingkungan yang tidak mendukung, hubungan interpersonal yang sulit, atau kebijakan yang tidak adil sering kali menjadi penyebab munculnya situasi yang tidak nyaman. Individu merespons ketidaknyamanan ini dengan berbagai cara, yang tergambar dalam teori Exit, Voice, Loyalty, dan Neglect (EVLN) yang dipaparkan dalam Gambar 1. Keempat respons ini masing-masing mewakili cara berbeda bagi individu dalam mengatasi situasi yang sulit, serta mencerminkan upaya mereka untuk mencapai kondisi yang lebih nyaman.

·      Permasalahan

Menurut teori yang dikemukakan oleh Robbins (1998) dan Rusbult et al. (1988), ada empat pendekatan utama yang digunakan individu ketika dihadapkan pada situasi tidak nyaman, yaitu:

1.    - Exit

Merupakan respons aktif dan destruktif di mana individu memilih untuk keluar atau meninggalkan situasi yang tidak nyaman. Exit adalah pilihan yang sering diambil ketika seseorang merasa tidak ada harapan untuk perbaikan dalam lingkungan tersebut. Contohnya, seorang karyawan yang merasa tidak dihargai mungkin memutuskan untuk keluar dari pekerjaan sebagai bentuk usaha mencari lingkungan kerja yang lebih nyaman.

2.     -Voice

Respons voice adalah pendekatan aktif dan konstruktif, di mana individu mencoba memperbaiki situasi dengan mengutarakan keluhan atau saran. Dalam situasi pekerjaan, ini bisa berupa karyawan yang memberikan umpan balik kepada manajemen tentang masalah yang dihadapi. Upaya ini sering kali dilakukan oleh individu yang percaya bahwa perubahan dapat dicapai melalui komunikasi dan interaksi positif.

3.     - Loyalty

Respons loyalty adalah bentuk pendekatan pasif namun konstruktif. Individu yang menunjukkan loyalitas memilih untuk bertahan dengan harapan bahwa situasi akan membaik seiring waktu. Meskipun tidak ada tindakan langsung yang diambil, mereka tetap optimis dan setia pada lingkungan tersebut. Misalnya, seorang mahasiswa yang tetap bertahan dalam program studi yang sulit, percaya bahwa tantangan ini akan membawa kebaikan di masa depan.

4.     - Neglect

Neglect adalah respons pasif dan destruktif, di mana individu mengabaikan masalah yang ada tanpa mencoba memperbaikinya. Biasanya, ini terjadi ketika seseorang merasa tidak berdaya atau tidak termotivasi untuk melakukan perubahan. Neglect dapat berwujud sikap apatis atau penurunan produktivitas yang mengakibatkan semakin buruknya kualitas lingkungan kerja atau hubungan sosial.

 

·      Solusi untuk Mencapai Situasi yang Lebih Nyaman

solusi dan strategi yang dapat diambil individu untuk meningkatkan kenyamanan dalam situasi yang tidak menyenangkan:

1.     - Menggunakan Komunikasi Asertif (Voice)

Salah satu cara efektif untuk mencapai kenyamanan adalah dengan mengutarakan perasaan atau pendapat secara asertif. Dalam studi yang dilakukan oleh Dewi dan Nugraha (2019), komunikasi asertif terbukti dapat meningkatkan hubungan interpersonal dan mendorong terjadinya perubahan. Dengan berani menyampaikan keluhan secara terbuka, individu dapat menciptakan lingkungan yang lebih kondusif dan nyaman.

2.     - Mengembangkan Resiliensi dan Harapan (Loyalty)

Individu yang mampu bersikap loyal biasanya memiliki tingkat resiliensi yang tinggi dan optimisme terhadap masa depan. Dengan mengembangkan ketahanan diri, seseorang dapat tetap bertahan di lingkungan yang sulit dan berharap bahwa situasi akan membaik. Resiliensi juga memungkinkan individu untuk melihat ketidaknyamanan sebagai tantangan yang dapat diatasi.

3.     - Menentukan Batasan Diri dan Evaluasi Lingkungan (Exit)

Exit dapat menjadi solusi terakhir ketika upaya untuk mencapai kenyamanan di suatu lingkungan dirasa tidak memungkinkan. Individu yang mempertimbangkan exit sebagai opsi perlu melakukan evaluasi menyeluruh terhadap lingkungan yang ada, mempertimbangkan risiko dan manfaat dari keputusan tersebut. Dalam beberapa kasus, meninggalkan situasi yang tidak nyaman bisa menjadi langkah yang tepat untuk menjaga kesehatan mental dan kesejahteraan individu (Putri & Surya, 2020).

4.     - Menghindari Sikap Apatis dan Mengelola Motivasi (Neglect)

Sikap neglect atau mengabaikan masalah sering kali memperburuk kondisi. Individu sebaiknya berusaha untuk tidak bersikap apatis, dan jika merasa tidak mampu mengatasi situasi sendiri, mereka bisa mencari dukungan dari pihak lain, seperti teman atau mentor. Mengelola motivasi untuk tetap proaktif akan membantu individu terhindar dari sikap neglect dan lebih berupaya menciptakan kenyamanan.

·      Kesimpulan

Menghadapi situasi tidak nyaman membutuhkan pemahaman dan pilihan respons yang tepat. Exit, voice, loyalty, dan neglect adalah respons yang dapat dipilih individu, masing-masing dengan konsekuensi dan manfaat tersendiri. Dengan menggunakan komunikasi asertif dan membangun resiliensi, individu dapat meningkatkan kenyamanan dalam lingkungan yang tidak ideal. Sedangkan dalam situasi yang benar-benar sulit untuk diubah, exit bisa menjadi pilihan yang sehat. Menjaga keseimbangan antara loyalitas dan keinginan untuk bertahan, serta menghindari sikap apatis, akan membantu individu mencapai keadaan yang lebih nyaman dalam situasi yang kompleks. Memahami dan mengaplikasikan keempat respons ini akan memudahkan individu dalam menavigasi ketidaknyamanan dan menemukan solusi yang sesuai.

 

Daftar Pustaka

Dewi, K. S., & Nugraha, F. (2019). Efektivitas komunikasi asertif dalam meningkatkan perilaku Voice         pada mahasiswa. Jurnal Psikologi Terapan, 4 (3), 145–158.

Kurniawan, D., & Sari, L. (2018). Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku Neglect di                kalangan karyawan: Studi kasus perusahaan manufaktur. Jurnal Manajemen dan Bisnis Indonesia, 7      (1), 75–88.

Putri, R., & Surya, A. (2020). Hubungan antara kepuasan kerja dan loyalitas karyawan pada perusahaan     X di Jakarta. Jurnal Psikologi Indonesia, 9 (2), 120–132.

Robbins, S.P. (1998). Organizational behavior (8th ed.). Upper Saddle River, NJ: Prentice-Hall.

Rusbult, C. E., Farrell, D., Rogers, G., & Mainous III, A. G. (1988). Impact of exchange variables on       exit, voice, loyalty, and neglect: An integrative model of responses to declining job satisfaction.            Academy of Management Journal, 31 (3), 599–627.

Rusbult, C. E., Zembrodt, I. M., & Gunn, L. K. (1982). Exit, voice, loyalty, and neglect: Responses to        dissatisfaction in romantic involvements. Journal of Personality and Social Psychology, 43 (6), 1230–    1242. 

0 komentar:

Posting Komentar