ESSAI 8 UJIAN TENGAH SEMESTER GASAL
“Pilihan Tindakan dalam Menghadapi Kondisi Kerja dan Sosial yang Tidak Memuaskan”
PSIKOLOGI INOVASI
DOSEN PENGAMPU: Dr. Dra. ARUNDATI SHINTA, MA.
Nurul Khasanah
22310410033
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS PROKLAMASI 45
YOGYAKARTA
NOVEMBER 2024
Setiap orang pasti pernah berada dalam situasi yang membuatnya merasa tidak nyaman, baik di tempat kerja, di kampus, atau bahkan dalam lingkungan sosial sehari-hari. Situasi ini bisa datang dari berbagai sumber, mulai dari kondisi fisik seperti ruangan yang tidak memadai, hingga faktor sosial seperti rekan yang sulit diajak kerja sama atau pimpinan yang kurang mendukung. Di tengah keadaan seperti ini terdapat salah satu respon yang sering digunakan untuk menjelaskan pilihan-pilihan yang akan diambil nantinya. Seperti yang dapat dilihat dalam bagan dibawah ini :
Menurut Farrell (1983), terdapat empat jenis respon yang berbeda satu sama lain yang didasarkan pada dua dimensi. Dimensi pertama adalah konstruktif, yang berarti berupaya membangun atau memperbaiki situasi, dan dimensi kedua adalah destruktif, yang berarti membuat situasi semakin buruk atau merusaknya. Sedangkan untuk empat dimensi tersebut Exit, Voice, Loyalty, dan Neglect. Respon yang ada dalam bagan diterapkan terhadap berbagai kondisi dalam organisasi, terutama ketika individu merasa tidak nyaman atau tidak puas. Setiap kuadran dalam bagan tersebut menggambarkan respon tertentu yang dapat dipilih oleh individu dalam menghadapi situasi yang dianggap destruktif atau konstruktif, serta aktif atau pasif. Respon ini berhubungan dengan upaya individu untuk menciptakan atau mencari situasi yang lebih nyaman dan memuaskan.
Pertama, kuadran Exit merepresentasikan respon yang destruktif dan aktif. Di sini, individu memilih untuk meninggalkan situasi yang tidak nyaman. Ini bisa berupa keluar dari pekerjaan, memutuskan hubungan sosial, atau mencari lingkungan baru. Respon ini sering kali diambil ketika individu merasa bahwa situasi yang ada tidak akan membaik dan usaha untuk memperbaikinya tidak akan memberikan hasil yang diharapkan. Dalam konteks pekerjaan, misalnya menunjukkan bahwa keluar dari organisasi adalah pilihan yang sering diambil oleh individu yang merasa tidak puas dengan kondisi kerja atau budaya organisasi yang buruk. Tindakan Exit dapat dilihat sebagai cara untuk menjaga kesejahteraan psikologis individu, namun juga memiliki konsekuensi besar, terutama jika sulit bagi individu untuk menemukan alternatif yang lebih baik di luar lingkungan saat ini.
Selanjutnya, Voice adalah respon yang aktif dan konstruktif. Di sini, individu memilih untuk menyuarakan ketidaknyamanannya dengan harapan dapat memperbaiki situasi. Contohnya, individu mungkin menyampaikan keluhan kepada manajemen, memberikan saran perbaikan, atau mencari solusi kreatif untuk mengatasi masalah. Respon ini menunjukkan keinginan individu untuk bertahan dalam situasi tersebut dengan harapan adanya perbaikan. Dalam studi psikologi organisasi, respon Voice sering dianggap sebagai bentuk keterlibatan karyawan yang tinggi dan tanda komitmen terhadap organisasi (LePine & Van Dyne, 1998). Melalui komunikasi terbuka dan partisipasi aktif, individu berharap lingkungan akan menjadi lebih baik dan lebih nyaman, sehingga tidak perlu meninggalkan situasi tersebut.
Di sisi lain, Loyalty adalah respon yang pasif dan konstruktif. Dalam situasi ini, individu memilih untuk tetap bertahan meskipun menghadapi ketidaknyamanan, dengan harapan situasi akan membaik seiring berjalannya waktu. Mereka tidak berusaha mengubah situasi secara langsung, namun tetap setia dan menunggu perubahan positif terjadi secara alami. Respon ini sering ditemui dalam organisasi yang memiliki budaya kerja yang kuat atau ikatan emosional yang tinggi dengan karyawan, sehingga karyawan cenderung bersikap loyal meskipun ada ketidaknyamanan. Menurut Rusbult et al. (1988), respon ini bisa menjadi adaptif ketika perubahan yang diinginkan memang terjadi, namun bisa juga menjadi maladaptif jika individu terjebak dalam situasi yang tidak berubah atau bahkan semakin buruk.
Terakhir, Neglect adalah respon yang destruktif dan pasif. Dalam hal ini, individu memilih untuk mengabaikan situasi yang tidak nyaman, namun tetap bertahan tanpa berusaha memperbaiki atau meninggalkannya. Respon ini dapat terlihat dalam perilaku seperti mengurangi upaya atau kontribusi, bersikap apatis, atau bahkan menunjukkan ketidaktertarikan terhadap lingkungan. Respon Neglect umumnya mencerminkan tingkat ketidakpuasan yang tinggi dan kurangnya komitmen, sehingga individu tidak merasa perlu untuk memperjuangkan perbaikan atau memikirkan alternatif (Farrell, 1983). Respon ini bisa berdampak negatif baik bagi individu maupun lingkungan sekitar karena mengurangi produktivitas dan menciptakan atmosfer yang tidak kondusif.
Hal ini memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang bagaimana individu bereaksi terhadap situasi yang tidak nyaman. Masing-masing respon memiliki dampak berbeda terhadap kesejahteraan psikologis dan kenyamanan individu. Dengan memahami model respon ini, individu dapat lebih bijaksana dalam memilih respon yang paling sesuai dengan situasi yang dihadapi. Di sisi lain, organisasi atau lingkungan sosial dapat menggunakan pemahaman ini untuk merancang kebijakan atau budaya yang dapat meminimalisir respon destruktif seperti Exit atau Neglect, sekaligus mendorong respon yang lebih konstruktif seperti Voice atau Loyalty.
Referensi :
Farrell, D. (1983). Exit, voice, loyalty, and neglect as responses to job dissatisfaction: A multidimensional scaling study. Academy of Management Journal, 26(4), 596-607.
LePine, J. A., & Van Dyne, L. (1998). Predicting voice behavior in work groups. Journal of Applied Psychology, 83(6), 853-868.
Rusbult, C. E., Farrell, D., Rogers, G., & Mainous, A. G. (1988). Impact of exchange variables on exit, voice, loyalty, and neglect: An integrative model of responses to declining job satisfaction. Academy of Management Journal, 31(3), 599-627.
0 komentar:
Posting Komentar