Sabtu, 09 November 2024

Essay 8 Pendekatan Psikologi Inovasi dalam Menghadapi Situasi Tidak Nyaman: Analisis Model Exit, Voice, Loyalty, dan Neglect



Essay 8 
Ujian Tengah Semester 

  Pendekatan Psikologi Inovasi dalam Menghadapi Situasi Tidak Nyaman: Analisis Model Exit, Voice, Loyalty, dan Neglect
Psikologi Inovasi 

Dosen Pengampu : Dr., Dra. Arundati Shinta, MA
Oleh : Alfiyan Hidayat (22310410030)



 
Fakultas Ilmu Psikologi Universitas proklamasi 45 Yogyakarta 





Sebagai mahasiswa psikologi, saya seringkali dihadapkan pada situasi tidak nyaman, baik di kelas, lingkungan pertemanan, maupun dalam kegiatan organisasi kampus. Kondisi ini bisa bermacam-macam bentuknya, mulai dari suasana kelas yang tegang karena dosen yang menuntut hingga dinamika kelompok yang tidak harmonis saat menyelesaikan tugas. Menariknya, dalam mata kuliah Psikologi Inovasi, saya belajar tentang Model "Exit, Voice, Loyalty, and Neglect" yang dikembangkan oleh Rusbult et al. (1988), yang membantu saya memahami cara-cara individu menghadapi ketidaknyamanan semacam ini. Model ini membagi respons seseorang terhadap situasi yang tidak menyenangkan ke dalam empat pilihan: exit, voice, loyalty, dan neglect, yang masing-masing bisa bersifat aktif atau pasif, konstruktif atau destruktif.

Respons pertama yang saya pelajari adalah exit atau "keluar." Ini adalah keputusan untuk meninggalkan situasi yang dianggap tidak nyaman. Misalnya, ketika saya merasa bahwa lingkungan organisasi yang saya ikuti sudah tidak lagi sesuai dengan nilai-nilai pribadi saya atau terlalu banyak konflik yang menghambat produktivitas, opsi exit bisa menjadi pilihan, seperti mengundurkan diri. Langkah ini biasanya dipilih jika kita merasa bahwa perubahan tidak mungkin terjadi, atau kita lebih memilih mencari tempat yang lebih kondusif untuk tumbuh. Respons ini memang aktif, namun juga bisa dikategorikan destruktif karena memutus hubungan yang sudah ada (Rusbult et al., 1982).

Respons kedua adalah voice atau "suara," di mana saya mencoba menyuarakan pandangan, kritik, atau saran yang bertujuan untuk memperbaiki situasi. Misalnya, jika ada kebijakan kampus yang menurut saya kurang berpihak kepada mahasiswa, seperti peraturan yang terlalu ketat atau fasilitas yang kurang memadai, saya bisa menyampaikan pandangan saya kepada pihak yang berwenang, baik melalui forum mahasiswa maupun diskusi langsung. Voice adalah respons aktif dan konstruktif, karena mengandalkan komunikasi untuk mencari solusi. Bagi saya, pendekatan ini mencerminkan upaya inovatif dan menguatkan rasa kepedulian terhadap lingkungan sekitar (Robbins, 1998).

Selanjutnya, ada loyalty atau “kesetiaan,” respons pasif-konstruktif di mana individu memilih untuk bertahan dan menunggu situasi membaik. Kadang, saya merasa loyalitas diperlukan ketika saya berada dalam kelompok kerja yang kurang kondusif namun saya tidak memiliki pilihan untuk keluar. Dalam kasus ini, saya mencoba bertahan, dengan harapan bahwa suasana akan membaik seiring waktu. Pendekatan ini memungkinkan saya untuk tetap berkomitmen pada tujuan tanpa harus langsung menyerah, walaupun terkadang berisiko membuat kita terjebak dalam situasi yang stagnan (Rusbult et al., 1988).

Terakhir, ada neglect atau "pengabaian." Dalam situasi yang terlalu menekan dan saya merasa tidak memiliki kemampuan untuk mengubah keadaan, saya mungkin mulai mengabaikan tugas atau menurunkan partisipasi dalam kelompok. Misalnya, saat saya merasa tugas yang diberikan tidak relevan atau tidak menarik, respons neglect dapat muncul secara pasif-destruktif. Respons ini biasanya tidak ideal, karena dapat mengurangi motivasi dan memengaruhi produktivitas saya. Namun, hal ini tetap terjadi sebagai bentuk protes diam-diam terhadap situasi yang kurang menyenangkan (Robbins, 1998).

Sebagai mahasiswa psikologi, memahami model ini sangat bermanfaat dalam mengidentifikasi respons mana yang paling tepat diterapkan dalam setiap situasi. Dengan mempelajari cara-cara inovatif menghadapi ketidaknyamanan, saya merasa lebih siap untuk menghadapi berbagai tantangan, baik di kampus maupun di dunia profesional nantinya. Selain itu, mempraktikkan pendekatan-pendekatan ini memungkinkan saya untuk menciptakan lingkungan belajar dan kerja yang lebih nyaman dan produktif.



Daftar Pustaka

Robbins, S.P. (1998). Organizational behavior (8th ed.). Upper Saddle River, NJ: Prentice-Hall.

Rusbult, C. E., Farrell, D., Rogers, G., & Mainous III, A. G. (1988). Impact of exchange variables on exit, voice, loyalty, and neglect: An integrative model of responses to declining job satisfaction. Academy of Management Journal, 31(3), 599-627.

Rusbult, C. E., Zembrodt, I. M., & Gunn, L. K. (1982). Exit, voice, loyalty, and neglect: Responses to dissatisfaction in romantic involvements. Journal of Personality and Social Psychology, 43(6), 1230-1242.







0 komentar:

Posting Komentar