Menavigasi Ketidaknyamanan: Analisis Respon Individu dalam Perspektif Psikologi Inovasi Oleh Afni Ambar Sari
Dalam kehidupan sehari-hari, setiap individu tidak dapat terhindar dari berbagai situasi yang menimbulkan ketidaknyamanan. Model EVLN (Exit, Voice, Loyalty, Neglect) yang dikembangkan oleh Hirschman (1970) dan kemudian diperluas oleh Rusbult et al. (1988) menawarkan kerangka komprehensif untuk memahami bagaimana individu merespon ketidaknyamanan tersebut. Model ini membagi respons ke dalam dua dimensi utama: aktif-pasif dan konstruktif-destruktif.
Dimensi Exit, yang berada pada kuadran aktif-destruktif, merepresentasikan keputusan individu untuk meninggalkan situasi yang tidak nyaman. Ini bisa berupa pengunduran diri dari pekerjaan, pindah program studi, atau mengakhiri hubungan yang toxic. Meskipun terkesan destruktif karena memutuskan ikatan yang ada, Exit kadang menjadi pilihan yang tepat untuk kesehatan mental dan pengembangan diri. Seorang karyawan yang mengundurkan diri dari lingkungan kerja toxic untuk memulai usaha sendiri adalah contoh bagaimana Exit bisa menjadi katalis perubahan positif.
Voice, yang berada di kuadran aktif-konstruktif, mencerminkan upaya aktif untuk memperbaiki situasi melalui komunikasi dan negosiasi. Ini bisa berupa mengajukan saran perbaikan kepada manajemen, berdiskusi dengan rekan kerja tentang masalah yang dihadapi, atau mengusulkan solusi inovatif. Voice membutuhkan keberanian dan keterampilan komunikasi yang baik, namun berpotensi menciptakan perubahan sistemik yang menguntungkan semua pihak.
Loyalty, yang berada di kuadran pasif-konstruktif, menggambarkan kesediaan individu untuk bertahan dan mendukung organisasi meski dalam kondisi tidak ideal. Individu dengan respons ini percaya bahwa situasi akan membaik seiring waktu dan memilih untuk berkontribusi secara positif sambil menunggu perubahan. Meski terkesan pasif, Loyalty sering kali disertai dengan upaya-upaya kecil namun konsisten untuk memperbaiki situasi dari dalam.
Neglect, yang berada di kuadran pasif-destruktif, merupakan respons yang ditandai dengan sikap apatis dan penurunan kualitas kinerja. Individu yang memilih jalur ini mungkin tetap berada dalam situasi tidak nyaman namun mengurangi keterlibatan dan komitmen mereka. Perilaku ini bisa manifestasi dalam bentuk ketidakhadiran yang meningkat, prokrastinasi, atau penurunan kualitas kerja.
Dalam konteks psikologi inovasi, pemahaman terhadap model EVLN ini sangat penting untuk pengembangan strategi adaptasi yang efektif. Setiap respons memiliki konsekuensi berbeda terhadap kesejahteraan individu dan organisasi. Voice, misalnya, berpotensi menciptakan inovasi melalui dialog konstruktif, sementara Exit bisa mendorong individu untuk menciptakan alternatif yang lebih baik di tempat lain.
Pemilihan respons juga dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti kepribadian individu, dukungan sosial yang tersedia, dan karakteristik organisasi. Individu dengan self-efficacy tinggi cenderung memilih Voice, sementara mereka dengan toleransi ketidakpastian rendah mungkin lebih memilih Exit atau Neglect.
Daftar Pustaka:
Hirschman, A. O. (1970). Exit, voice, and loyalty: Responses to decline in firms, organizations, and states. Harvard University Press.
Rusbult, C. E., Farrell, D., Rogers, G., & Mainous III, A. G. (1988). Impact of exchange variables on exit, voice, loyalty, and neglect: An integrative model of responses to declining job satisfaction. Academy of Management Journal, 31(3), 599-627.
Turnley, W. H., & Feldman, D. C. (1999). The impact of psychological contract violations on exit, voice, loyalty, and neglect. Human Relations, 52(7), 895-922.
Withey, M. J., & Cooper, W. H. (1989). Predicting exit, voice, loyalty, and neglect. Administrative Science Quarterly, 34(4), 521-539.
Zhou, J., & George, J. M. (2001). When job dissatisfaction leads to creativity: Encouraging the expression of voice. Academy of Management Journal, 44(4), 682-696.
0 komentar:
Posting Komentar