Sabtu, 09 November 2024

Tugas M6 ESAI3 _EDWIN DWI YUNIARTO_21310410203

 

MENGANTARKAN JENAZAH, IKUT SERTA DALAM PROSES PEMAKAMAN, DAN MAKNA MENYUNGGI JENAZAH SEBAGAI BENTUK PENGHORMATAN TERAKHIR

PSIKOLOGI INOVASI

Tugas M6 ESAI3

Dosen Pengampu : Dr.Dra.Arundita Shinta, MA.

EDWIN DWI YUNIARTO

21310410203

 

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS PROKLAMASI 45

YOGYAKARTA

2024



   Pada bulan Oktober lalu, saya memiliki pengalaman yang mendalam dan penuh makna saat mengantarkan jenazah seorang warga di Diro RT 57, Diro, Pendowoharjo, Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Pengalaman ini mengajarkan saya banyak hal tentang rasa empati, penghormatan terhadap kehidupan yang telah berakhir, dan bagaimana kebersamaan dalam proses pemakaman dapat memperkuat ikatan sosial di masyarakat. Selain itu, melalui prosesi menyunggi jenazah, saya belajar tentang pentingnya rasa tanggung jawab, nilai kemanusiaan, dan bentuk penghormatan terakhir kepada orang yang telah meninggalkan dunia ini.


Kehadiran kita dalam mengantarkan jenazah adalah bentuk penghormatan terakhir terhadap orang yang telah meninggal dunia. Proses ini bukan hanya sekadar sebuah ritual, tetapi juga sarana untuk memberikan doa dan harapan agar almarhum mendapatkan tempat yang layak di sisi-Nya. Pada hari itu, saya bersama warga setempat mengikuti prosesi pemakaman dengan penuh khidmat. Ketika jenazah dibawa keluar dari rumah, suasana terasa begitu hening dan penuh penghormatan. Melihat wajah-wajah yang turut hadir memberi penghormatan terakhir, saya merasakan betapa berharganya kehidupan yang telah diakhiri dan betapa pentingnya rasa saling peduli antar sesama.

Mengantarkan jenazah bukanlah sekadar prosesi fisik, tetapi lebih merupakan proses emosional yang membawa kita untuk merenung tentang arti kehidupan, kematian, dan hubungan sosial. Prosesi ini, yang dimulai dari rumah duka hingga ke makam, mengajarkan kita untuk merasakan rasa kehilangan dan kebersamaan dalam menghadapi perpisahan. Sebagai bagian dari komunitas, kita turut merasakan duka dan berusaha memberi dukungan kepada keluarga yang ditinggalkan, melalui doa, pelukan, atau bahkan hanya sekadar kehadiran kita yang memberikan kekuatan moral.

Setelah jenazah sampai di pemakaman, proses selanjutnya adalah pelaksanaan pemakaman itu sendiri. Pada momen ini, saya merasa menjadi bagian dari suatu tradisi yang telah dilakukan secara turun-temurun di masyarakat kami, yaitu gotong royong dalam menghadapi kematian. Masyarakat setempat sangat peduli dan aktif terlibat dalam setiap tahapan prosesi, dari penggalian liang lahat hingga penutupan makam.

Keikutsertaan saya dalam prosesi pemakaman ini juga mengingatkan saya pada pentingnya rasa tanggung jawab sosial dalam kehidupan bersama. Di tengah kesedihan, gotong royong tidak hanya berbicara tentang kerja fisik, tetapi juga tentang solidaritas dan kepedulian antar sesama. Melalui kegiatan ini, saya merasakan ikatan yang lebih dalam antara sesama warga, di mana kita saling membantu tanpa mengharapkan balasan. Ini adalah cermin dari nilai-nilai luhur yang menjadi dasar kehidupan masyarakat Indonesia.

Salah satu bagian yang paling berkesan bagi saya dalam prosesi pemakaman tersebut adalah ketika saya ikut menyunggi jenazah. Menyunggi jenazah adalah tradisi yang sangat dihormati di daerah kami. Sebelum jenazah dimasukkan ke dalam liang lahat, beberapa orang yang terdekat atau dianggap mampu akan menyunggi jenazah. Dalam tradisi ini, jenazah diangkat oleh beberapa orang dengan hati-hati dan penuh rasa hormat menuju tempat pemakaman terakhirnya.

Bagi saya, menyunggi jenazah bukan sekadar tugas fisik, melainkan sebuah simbol penghormatan yang mendalam terhadap kehidupan yang telah selesai. Tangan yang memegang jenazah, dengan penuh kehati-hatian, seolah mengingatkan kita tentang betapa rapuhnya kehidupan ini. Sebagai orang yang mengangkat jenazah, saya merasa dihormati karena diberi kesempatan untuk menjalankan bagian penting dari prosesi ini. Menyunggi jenazah bukan hanya berbicara tentang fisik yang diangkat, tetapi juga tentang bagaimana kita mengangkat nilai-nilai moral dan spiritual yang ada dalam diri kita.

Selain itu, menyunggi jenazah juga menjadi momen refleksi bagi saya. Ketika jenazah diserahkan ke liang lahat, kita semua bersama-sama menyadari bahwa setiap manusia pasti akan menghadapi akhir hidupnya. Namun, yang terpenting adalah bagaimana kita diperlakukan setelah meninggal dan seberapa besar penghormatan yang kita terima selama hidup kita. Proses menyunggi jenazah seakan memberi kita pelajaran tentang ketulusan hati, penghormatan tanpa pamrih, dan kesadaran akan keterbatasan waktu di dunia ini.


0 komentar:

Posting Komentar