Sabtu, 09 November 2024

E8_UTS_P.INOV_AHMAD SETIAWAN(22310410094_SJ) : Menghadapi Situasi Tidak Nyaman : Perspektif Psikologi Inovasi dengan Pendekatan EVLN : Exit, Voice, Loyalty, Neglect

 Menghadapi Situasi Tidak Nyaman : Perspektif Psikologi Inovasi
 dengan Pendekatan EVLN : Exit, Voice, Loyalty, Neglect

PSIKOLOGI INOVASI

UJIAN TENGAH SEMESTER

DOSEN PENGAMPU: Dr., Dra. ARUNDATI SHINTA, MA.

AHMAD SETIAWAN

22310410094

 

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS PROKLAMASI 45

YOGYAKARTA

NOVEMBER / 2024

 

Kehidupan sehari-hari sering kali membawa kita pada situasi yang tidak nyaman. Entah itu di tempat kerja, di kampus, atau bahkan dalam situasi santai, kita sering kali menghadapi lingkungan yang membuat kita merasa tertekan atau tidak betah. Situasi tidak nyaman ini bisa bersifat fisik, seperti ruang kerja yang sempit dan bising, atau sosial-psikis, seperti konflik dengan rekan kerja atau atasan yang toxic. Menyikapi situasi semacam ini membutuhkan pendekatan yang tepat agar kita dapat tetap produktif dan menjaga kesejahteraan mental. Dalam psikologi inovasi, konsep EVLN (Exit, Voice, Loyalty, Neglect) merupakan kerangka untuk memahami bagaimana individu bereaksi terhadap situasi tidak nyaman ini. Setiap pendekatan dalam model EVLN ini memiliki karakteristik tertentu yang menggambarkan cara individu bertindak dalam menghadapi ketidaknyamanan.

Model EVLN terdiri dari dua sumbu utama, yaitu sumbu konstruktif-destruktif dan sumbu aktif-pasif. Sumbu konstruktif-destruktif menggambarkan apakah tindakan individu akan memperbaiki atau justru memperburuk situasi. Sementara itu, sumbu aktif-pasif menunjukkan tingkat partisipasi individu dalam menghadapi ketidaknyamanan. Keempat pendekatan dalam model EVLN adalah Exit (keluar), Voice (bersuara), Loyalty (loyalitas), dan Neglect (pengabaian), yang masing-masing memiliki cara berbeda untuk mengatasi ketidaknyamanan.

1. Exit (Keluar)

Pendekatan ini berada pada kuadran aktif-destruktif. Individu yang memilih "Exit" akan keluar dari situasi yang tidak nyaman secara fisik atau psikologis. Misalnya, karyawan yang merasa bahwa lingkungan kerja toxic atau tidak mendukung perkembangan dirinya mungkin akan memilih untuk mengundurkan diri. Cara ini merupakan pilihan langsung dan cepat untuk melepaskan diri dari ketidaknyamanan, namun bisa memiliki konsekuensi yang besar, seperti kehilangan kesempatan atau kestabilan yang mungkin sudah dimiliki. Exit bisa menjadi pilihan terakhir jika individu merasa bahwa situasi tersebut tidak bisa diubah.

2. Voice (Bersuara)

"Voice” berada pada kuadran aktif-konstruktif, di mana individu berusaha untuk mengubah situasi dengan cara yang positif. Pendekatan ini melibatkan komunikasi, diskusi, dan penyampaian pendapat secara langsung agar kondisi yang ada dapat diperbaiki. Misalnya, seorang mahasiswa yang merasa tidak nyaman dengan metode pengajaran dosen bisa memilih untuk memberikan masukan atau saran demi perbaikan. Voice membutuhkan keberanian dan keterampilan komunikasi yang baik, namun dampaknya bisa sangat positif, baik bagi individu maupun bagi lingkungan sekitar.

3. Loyalty (Loyalitas)

Kuadran pasif-konstruktif ini menggambarkan individu yang tetap setia pada organisasi atau situasi tersebut meskipun merasa tidak nyaman. Mereka berfokus pada aspek positif dan berharap situasi akan membaik seiring waktu. Individu yang memilih "Loyalty" biasanya percaya bahwa perbaikan akan terjadi atau organisasi akan membuat perubahan yang diharapkan. Namun, pendekatan ini berpotensi menimbulkan tekanan psikologis jika perubahan yang diharapkan tidak kunjung terwujud.

4. Neglect (Pengabaian)

"Neglect" berada pada kuadran pasif-destruktif. Pendekatan ini melibatkan sikap acuh tak acuh terhadap situasi tidak nyaman, di mana individu memilih untuk mengabaikan masalah daripada menghadapi atau memperbaikinya. Contohnya adalah seorang karyawan yang merasa tidak puas dengan pekerjaannya, tetapi memilih untuk bekerja setengah hati atau bahkan mengabaikan tugas-tugas penting. Neglect dapat merusak produktivitas dan motivasi, baik bagi individu maupun lingkungan kerja secara keseluruhan.

Pendekatan EVLN memberikan pilihan bagi individu untuk menentukan bagaimana mereka ingin menghadapi ketidaknyamanan. Pendekatan "Voice" dan "Loyalty" adalah opsi yang lebih konstruktif dan dapat membantu individu memperbaiki situasi ketidaknyamanan menjadi lebih positif. Sebaliknya, "Exit" dan "Neglect" adalah pendekatan destruktif yang hanya akan membawa individu menjauh dari situasi tanpa menyelesaikan masalah. Pilihan yang diambil individu tergantung pada situasi dan sumber daya yang dimiliki, serta pada seberapa besar komitmen individu terhadap lingkungan tersebut.


DAFTAR PUSTAKA

Farh, J.-L., Podsakoff, P. M., & Organ, D. W. (1990). Accounting for Organizational Citizenship Behavior: Leader Fairness and Task Scope Versus Satisfaction. Journal of Management, 16(4), 705-721.

Robbins, S.P. (1998). Organizational behavior. 8th Ed. Upper Saddle River, New Jersey: Prentice-Hall International, Inc. 

Rusbult, C. E., Farrell, D., Rogers, G., & Mainous III, A. G. (1988). Impact of exchange variables on exit, voice, loyalty, and neglect: An integrative model of responses to declining job satisfaction. Academy of Management Journal, 31(3), 599-627.

Rusbult, C. E., Zembrodt, I. M., & Gunn, L. K. (1982). Exit, voice, loyalty, and neglect: Responses to dissatisfaction in romantic involvements. Journal of Personality and Social Psychology, 43 (6), 1230-1242.

0 komentar:

Posting Komentar