Selasa, 26 Agustus 2025

Remidi Psikologi Lingkungan



 Hierarki Prioritas Pengelolaan Limbah

 

 

 

Rahma Nur Al Amina

23310410066

  

 

Dosen Pengampu : Dr., Dra. Arundati Shinta, MA

 

Psikologi Lingkungan

 

Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta

 

                                       Agustus 2025


Pengelolaan sampah merupakan tantangan besar dalam pembangunan berkelanjutan. Volume sampah yang terus meningkat akibat pertumbuhan penduduk, urbanisasi, dan pola konsumsi modern menuntut adanya strategi yang sistematis dan tepat. Salah satu konsep yang banyak digunakan dalam literatur internasional adalah waste hierarchy atau hirarki pengelolaan limbah. Chowdhury et al. (2014) memperkenalkan gagasan hirarki terbalik limbah” yang menekankan bahwa setiap tindakan pengelolaan sampah memiliki tingkat prioritas berbeda, dari yang paling disarankan hingga yang paling tidak disarankan.

 

Bagan berikut menggambarkan susunan hirarki tersebut:




Dari bagan tersebut dapat dipahami bahwa semakin tinggi posisi strategi dalam piramida, maka semakin besar manfaatnya bagi lingkungan dan masyarakat. Prevention (pencegahan) ditempatkan pada posisi paling atas karena strategi ini menekankan upaya agar sampah tidak muncul sejak awal, misalnya melalui perubahan gaya hidup, pengurangan konsumsi berlebihan, atau penggunaan produk ramah lingkungan. Sebaliknya, disposal (pembuangan) ditempatkan pada posisi paling bawah karena hanya menjadi pilihan terakhir jika semua alternatif pengelolaan lain tidak memungkinkan.

 

Namun, pada teks soal terdapat pernyataan yang keliru, yakni bahwa most favored option membutuhkan energi yang jauh lebih banyak dibanding least favored option, serta bahwa energi yang dihasilkan dari strategi most favored option dapat digunakan untuk mengoperasikan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). Pernyataan ini tidak tepat, karena konsep hirarki pengelolaan limbah tidak berkaitan langsung dengan produksi energi listrik dari sumber daya air. Justru sebaliknya, strategi yang berada pada tingkatan paling disarankan seperti prevention dan reduce bertujuan mengurangi kebutuhan energi, bukan meningkatkan penggunaannya.

 

Jika ditinjau secara kritis, strategi energy recovery memang memiliki kaitan dengan energi, karena sampah tertentu dapat diolah menjadi sumber energi alternatif, misalnya melalui pembakaran (incineration) untuk menghasilkan listrik atau panas. Namun posisi energy recovery hanya berada di bawah reuse dalam piramida, artinya strategi ini masih kurang disarankan dibandingkan pencegahan dan pengurangan. Dengan demikian, energi yang diperoleh dari sampah melalui proses recovery tidak dapat disamakan dengan energi dari PLTA yang bersumber pada aliran air.

 

Mengapa pencegahan dan pengurangan lebih diutamakan? Alasannya sederhana: semakin sedikit sampah yang dihasilkan, semakin kecil pula energi, biaya, dan sumber daya yang diperlukan untuk mengelolanya. Misalnya, jika masyarakat menggunakan botol minum isi ulang, maka produksi sampah plastik berkurang, energi untuk mendaur ulang berkurang, bahkan kebutuhan energi untuk membakar sampah juga ikut menurun. Konsep ini sejalan dengan prinsip efisiensi energi dalam pembangunan berkelanjutan.

 

Lebih jauh, pendekatan hirarki ini juga membawa dampak sosial-ekonomi. Masyarakat yang terbiasa melakukan reduce dan reuse akan lebih hemat biaya, sedangkan sektor informal seperti pemulung dapat memperoleh manfaat ekonomi dari aktivitas recycle. Sementara itu, jika masyarakat terlalu bergantung pada pembuangan (disposal), maka biaya pengelolaan meningkat, risiko pencemaran lingkungan tinggi, dan manfaat sosial-ekonomi cenderung minim.

 

Dengan demikian, dapat ditegaskan bahwa most favored option bukanlah strategi yang menghasilkan energi dalam jumlah besar, melainkan strategi yang menghemat energi dan sumber daya melalui pencegahan serta pengurangan sampah sejak awal. Sebaliknya, least favored option seperti pembuangan justru menyisakan beban energi dan biaya yang lebih besar karena harus mengelola sampah di tahap akhir.

 

Kesimpulan

 

Hirarki terbalik pengelolaan limbah menekankan urutan prioritas dari pencegahan hingga pembuangan. Pemahaman ini sangat penting agar masyarakat tidak salah menafsirkan bahwa strategi pencegahan menghasilkan energi lebih besar dibanding pembuangan. Justru pencegahan dan pengurangan sampah adalah strategi hemat energi yang berkontribusi langsung pada kelestarian lingkungan. Oleh karena itu, edukasi kepada masyarakat perlu ditekankan agar paradigma ini benar-benar dipahami dan dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari.

 

 

Daftar Pustaka

 

Chowdhury, A.H., Mohammad, N., Ul Haque, Md.R., & Hossain, T. (2014). Developing 3Rs (reduce, reuse and recycle) strategy for waste management in the urban areas of Bangladesh: Socioeconomic and climate adoption mitigation option. IOSR Journal of Environmental Science, Toxicology and Food Technology (IOSR-JESTFT), 8(5), Ver. I, 09-18.

0 komentar:

Posting Komentar