Slamet Nugroho Dongeng di 'Bumi Sriwijaya'
Essay 1
Psikologi Inovasi
Kanza Gatand Viesyszico
NIM: 20310410046
Dosen Pengampu: Dr., Dra. Arundati Shinta, M.A
Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta
Topik |
Meregenerasi budaya dongeng di Bumi Sriwijaya pada perkembangan zaman
modern |
Sumber |
Rhama Purna Jati, (2022) Dongeng di Bumi Sriwijaya. KOMPAS, 15
Oktober 2022, hal. 16. |
Ringkasan |
Hal ini bermula ketika Slamet Nugroho alias Kak Inug melihat sebuah
dongeng yang sudah tergantikan seiring perkambangan zaman. Padahal menurutnya,
dongeng mampu merekatkan hubungan antara orangtua dan anak serta menumbuhkan
rasa empati dalam diri anak sejak dini. Slamet Nugroho atau Kak Inug ini menggunakan media boneka yang diberi
nama Mbah Jarwo. Mbah Jarwo adalah sebuah boneka yang seolah hidup dengan
seni ventrilokuisme, yakni seni mengolah suara perut. Kak Inug dapat meyakinkan
orang orang bahwa ia seolah olah benar benar sedang berbincang dengan Mbah
Jarwo. Kemampuan Inug diasah sejak 2007 sebagai pelengkap ketika ia sedang
mendongeng. Inug juga tidak hanya menggunakan Mbah Jarwo, namun juga memiliki
beberapa karakter lain seperti Cika dan Ciko. Kegigihan Inug untuk melakukan hal ini ketika ia menemukan seorang siswa
yang tidak mau makan nasi melainkan hanya mau makan mi. Inug kemudian menceritakan
sebuah dongeng yang terkait kebiasaan itu. “Besoknya, orangtua dari murid itu
berterimakasih kepada saya karena anaknya mau makan nasi.” |
Permasalahan |
Menurutnya, kemampuan ini harus disebarluaskan karena dongeng
merupakan instrument yang tepat untuk menyelamatkan generasi dari bahaya penggunaan
gawai yang berlebihan. Ia beranggapan zaman ini banyak orangtua yang lebih fokus
pada gawainya daripada berkomunikasi dengan anakny. Itu sangat membahayakan
masa depan anak. |
Opini Saya |
Menurut saya, jalan yang diambil oleh Selamet Nugroho untuk
menyelamatkan generasi muda yang terlalu banyak menggunakan ponsel pintar ini
sudah sanagt baik. Perkembangan anak zaman sekarang sangat bergantung kepada
perkembangan zaman yang tidak terkendali. Kita yang harusnya sebagai orang
dewasa dapat mengontrol dan menyaring sebuha perkembangan zaman ini terhadap
anak anak atau generasi muda. Dengan cara memberikan sebuah pertunjukan seni
tradisional, anak anak akan terbiasa untuk tidak menggunakan ponsel pintar
dalam jangka waktu yang berlebihan. |
0 komentar:
Posting Komentar