MEILISA ANITA MANSULA: KEPEDULIAN MENGELOLA BANK SAMPAH
Essay 1 Pra-syarat Ujian Tengah Semester Psikologi Inovasi
Semester Ganjil (2022/2023)
Shafadita Putri Trisdianty (20310410042)
Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta
Dosen Pengampu: Dr. Arundhati Shinta, MA.
Topik |
Menjadi
inisiator dalam lingkungan masyarakat yakni dengan mendirikan dan mengelola
bank sampah. |
Sumber |
Ama,
K.K. (2022). Meilisa Anita Mansula: Kepedulian mengelola bank sampah. Kompas.
17 Oktober, hal.16 |
Ringkasan |
§
Meilisa Anita Mansula (Nita) tidak tahan melihat
sampah yang berserakan di sekitarnya. Dengan memberdayakan masyarakat
sekitar, dia mengumpulkan sampah plastic untuk didaur ulang. Kepedulian terhadap
masalah sampah diwujudkan melalui Bank Sampah Mutiara Timor di Kupang, Nusa
Tenggara Timur. §
Nita memulai usaha pengelolaan sampah dengan focus
pada sampah kantong plastic yang dinilai sangat berbahaya bagi lingkungan,
termasuk mencemari laut. Selain kantong plastik, ia juga mengumpulkan
benda-benda plastik, dan sampah jenis lainnya yang keseluruhannya terdapat 26
jenis dalam bank sampah miliknya. Nita
tidak mengejar keuntungan dari sisi bisnis, tetapi lebih mengutamakan
kebersihan kupang sebagai kota pintar.Sampah tersebut dikirim ke Pasuruan dan
Sidoarjo, Jawa Timur untuk didaur ulang menjadi benda-benda yang bermanfaat
seperti sandal, keset, sapu, dan selang air. §
Untuk menjalankan tanggungjawabnya yang besar,
Nita ingin lebih mengembangkan bank sampah yang dikelolanya dengan salah satu
upayanya yakni melakukan studi banding ke sejumlah perusahaan daur ulang
sampah di Jawa Barat dan Jawa Timur dengan harapan bank sampah yang
dikelolanya bisa memproduksi barang-barang daur ulang bukan sekedar mengirim
sampah. Selain itu Nita juga menjajaki kerja sama dengan beberapa perusahaan
pengelolaan sampah. Nita juga belajar bagaimana caranya membangun tempat
pengolahan sampah reduce, reuse, dan recycle (TPS3R) untuk dibangun di Kota
Kupang. |
Permasalahan |
Masyarakat
sudah terbiasa dengan kebiasaan habis pakai buang sehingga masih banyak
sampah berserakan di jalanan, ruang publik, pusat perbelanjaan, dan
lingkungan sekolah. Budaya bersih dari diri, keluarga, dan masyarakat masih
sulit terbentuk dan butuh proses panjang dan waktu yang lama. |
Opini
Saya |
§
Nita yang memiliki pendidikan S2 Perencanaan
Lingkungan di Grififth University dan S1 di Universitas Brawijaya Malang sehingga
berbekal pengetahuan yang cukup di bidang Lingkungan dan Wilayah berusaha
memberikan edukasi kepada masyarakat dan berkeinginan mengelola bank sampah
di Kota Kupang sehingga kota yang juga dijuluki smart city bukan hanya impian
semata terutama sebagai kota bersih, tampilan indah, dan masyarakat bebas
dari bencana dan serangan penyakit. Hal tersebut sangat luar biasa karena
Nita sebagai seorang inisiator yakni pahlawan pemberdayaan masyarakat melalui
program pengelolaan bank sampah dan punya cita-cita untuk memperbaiki kondisi
di masyarakatnya. §
Nita sebagai inisiator di lingkungan masyarakatnya
punya tekad dan pengorbanan yang perlu diapresiasi karena Nita dalam
pengumpulan saat itu masih menumpang di rumah orangtuanya, sebelum akhirnya
menjajaki satu bidang tanah yang lebih luas untuk pengumpulan dan proses
pengelolaan sampah. §
Hal-hal yang sudah saya lakukan agar saya dan
keluarga bisa menjadi inisiator dalam masyarakat ialah meningkatkan rasa percaya diri, berani mencoba berbagai
program atau hal baru kemudian di evaluasi atau dikembangkan, dan dengan
menyiapkan diri agar lebih siap menghadapi tantangan dan peluang dalam
kehidupan.
|
0 komentar:
Posting Komentar