SUPARDI:
SANGGAR BAGI ANAK-ANAK DESA
Essay 1
Persyaratan Ujian Tengah Semester Psikologi Inovasi dengan Dosen Pengampu Dr.Arundati
Shinta, M.A
Siti
Nurhaliza (20310410055)
Fakultas
Psikologi
Universitas
Proklamasi 45 Yogyakarta
Topik |
Membangun fasilitas pendidikan di desa melalui Sanggar.
|
Sumber |
Zakaria, Ismail. (2022). Supardi: Sanggar bagi
anak-anak desa. Kompas. 4 Oktober, hal. 16. |
Ringkasan |
·
Supriadi membangun sanggar dikampungnya yang bernama
sanggar Bale Ade. Sanggar Bale Ade awalnya bernama Sanggar Kampung Kertas, nama
Bale Ade baru digunakan pada 2017. Perubahan nama untuk menghindari
kesalahpahaman yang menganggap nama kampung kertas sebagai kampung wisata
dengan berbagai karya dari kertas. Supriadi merintis Bale Ade saat baru
pulang dari Nusa Tenggara Timur usai mengikuti program pemuda Sarjana
Penggerak Pembangunan Pedesaan (PSP3). Alasan ia membuat sanggar ini untuk
menumbuhkan minat literasi dikalangan anak-anak, selain itu penduduk desa
semakin padat situasi ini membuat tempat bermain anak-anak semakin berkurang.
Maka ia merancang Sanggar Bale Ade jadi tempat berkumpul dan bermain bersama untuk
anak-anak dikampung. ·
Bermodal uang saku dari program PSP3, ia memulai
kegiatan sanggar dengan sederhana. Dana dipakai untuk membeli perlengkapan
mengajar, kegiatan dipusatkan di rumah Supardi. Ia memilih memberi les bahasa
inggris gratis dan juga layanan perpustakaan. Sepanjang 2013-2014, ia
menggerakan sanggarnya sendirian. Saat itu dia masih bekerja diperkebunan
kapas di Sumbawa, NTB. Setiap minggu ia pulang ke Lombok untuk menggelar
kegiatan sanggar. Pada 2015, mulai banyak sukarelawan yang terlibat. Seiring
bertambahnya orang yang terlibat, kegiatan di Bale Ade juga kian banyak.
Kegiatan tersebut antaralain belajar gratis matematika dan membuat prakarya.
3 bulan sekali digelar kegiatan Panggung Kita yang terdiri dari pentas
monolog, tetrikal puisi, dan menari. Kegiatan Panggung Kita dibuat untuk
mengubah cara pandang anak-anak di kampungnya tentang panggung. Kegiatan
lainnya ialah Ransel Pustaka setiap satu kali seminggu. Lewat Ransel Pustaka,
buku-buku yang didapatkan dari para donatur dibawa sekitar 25 anak-anak di
bukit Cacing. ·
Jaringan menjadi modal besar dalam menjalankan sanggar
Bale Ade, kolaborasi dengan banyak pihak juga dilakukan untuk menjalankan
beragam kegiatan. Kolaborasi itu memungkinkan kegiatan di Bale Ade tetap
berjalan. Supardi berusaha menjaga sanggar konsisten menggelar acara.
Konsistensi itu yang juga membuat kegiatan sanggar tetap berjalan saat
terjadi gempa bumi di Lombok pada 2018. Kehadiran sanggar membawa banyak
perubahan bagi anak-anak di kampung Supardi. Anak-anak yang tadinya pendiam
atau takut pada orang baru pelan-pelan menjadi percaya diri. Selain itu,
Supardi mengakui adanya banyak kendala yang dihadapinya, terutama bagaimana
menyediakan bacaan untuk anak-anak. Peralatan sanggar juga terbatas. Supardi
tidak jarang merogoh kantong sendiri untuk membiayai sanggar. Supardi berharap
ke depan bisa mencari sumber pendanaan sendiri untuk Sanggar Bale Ade.
Misalnya, usaha produk-produk kerajinan atau lainnya yang selama ini
dipelajari di Bale Ade. Sejalan dengan itu, ia ingin program yang ada terus
berjalan dan berkembang. |
Permasalahan |
Terjadinya kesenjangan antara fasilitas pendidikan di
kota dan desa, selain itu penduduk di desa semakin padat yang menyebabkan
tidak adanya lahan untuk anak-anak bermain dan berkumpul, sehingga anak-anak
akan bermain di rumahnya masing-masing dan tidak mau berinteraksi atau
bersosialisasi dengan teman dilingkungannya, hal ini bisa menyebabkan anak-anak
menjadi anak-anak yang individualis. |
Opini saya |
·
Fasilitas pendidikan di Indonesia belum seluruhnya
merata, masih banyak daerah-daerah yang masih memiliki fasilitas pendidikan
yang rendah, ini biasanya banyak terjadi di desa-desa atau daerah terpencil.
Padahal fasilitas pendidikan ini menjadi salahsatu faktor pendukung dalam
kelancaran belajar. Maka diperlukan kesadaran dari berbagai pihak terkait hal
ini, misalnya seperti pembangunan Sanggar yang bertujuan untuk memberikan
fasilitas pendidikan kepada anak-anak yang dilakukan oleh Supardi. Dalam
melakukan perubahan ini memanglah tidak mudah butuh usaha keras, kesabaran,
konsistensi, dan juga semangat yang tinggi. ·
Hal-hal yang perlu saya lakukan agar saya dan keluarga
bisa menjadi inisiator adalah berani melakukan atau mencoba hal baru meskipun
resikonya berat, percaya diri dan tidak mudah menyerah. |
0 komentar:
Posting Komentar