Nama : Sillvi Yunia Anggraeni
Nim : 22310410019
Matkul : Psikologi Inovasi
Prodi : Psikologi A1
Dosen Pengampu : Dr., Dra. ARUNDATI SHINTA, MA
Perubahan
Performa Jogging Selama 8 Minggu Secara Rutin Dari 3 Km -5 Km: Perspektif
Psikologi Inovasi Dan Tantangan Fisik Dalam Taekwondo
Pendahuluan
Jogging adalah olahraga
yang mudah dilakukan dan memiliki banyak manfaat bagi kesehatan fisik dan
mental. Selama delapan minggu terakhir, saya berkomitmen untuk meningkatkan
jarak tempuh joging saya dari 3 km menjadi 5 km dalam satu jam. Meskipun sudah
aktif mengikuti olahraga taekwondo, saya menyadari bahwa fisik saya masih belum
cukup kuat untuk menghadapi tantangan olahraga yang lebih intens dan di lakukan
secara rutin, kalau di taekwondo saya tidak pernah Latihan secara rutin. Oleh
karena itu, saya memutuskan untuk fokus pada peningkatan performa jogging saya
sebagai cara untuk mendukung kekuatan fisik yang dibutuhkan dalam taekwondo.
Esai ini akan menggali perjalanan saya dalam meningkatkan performa jogging
serta bagaimana taekwondo berperan dalam membentuk ketahanan mental dan fisik
saya.
Pembahasan
Perjalanan 8 Minggu dan
Tantangan Fisik
Pada minggu pertama, saya
hanya mampu menempuh 3 km dalam satu jam. Tubuh saya terasa kaku, dan napas
saya cepat terengah-engah. Padahal, saya sudah mengikuti olahraga taekwondo
yang melibatkan banyak gerakan fisik. Namun, saya menyadari bahwa meskipun
taekwondo mengasah kemampuan teknik dan refleks, fisik saya belum cukup kuat
untuk menghadapi olahraga lain yang lebih bersifat ketahanan, seperti joging.
Kondisi fisik saya memang belum optimal, sehingga tantangan untuk meningkatkan
performa joging menjadi lebih besar.
Selama minggu kedua
hingga minggu keempat, tubuh saya mulai beradaptasi. Jarak tempuh saya
meningkat sedikit demi sedikit, menjadi 3,5 kilometer di minggu kedua, 3,8
kilometer di minggu ketiga, dan 4,2 kilometer di minggu keempat. Meskipun sudah
berlatih taekwondo, saya menyadari bahwa tubuh saya tetap membutuhkan latihan
ketahanan lebih banyak untuk mengimbangi tantangan ini. Taekwondo memang
memberi saya banyak pelajaran tentang teknik, namun fisik saya harus lebih
diperkuat untuk mendukung kebugaran secara menyeluruh.
Pada minggu kelima hingga
keenam, saya mulai merasa lebih kuat. Saya berhasil mencapai 4,7 km pada minggu
keenam, meskipun saya masih merasa fisik saya tertinggal dalam beberapa hal.
Tantangan terbesar terjadi pada minggu ketujuh, saat tubuh saya mulai merasa
lelah akibat latihan intensif dalam taekwondo dan jogging. Namun, saya berusaha
untuk tetap melanjutkan dan menambah jarak sedikit demi sedikit. Pada minggu
kedelapan, saya akhirnya mencapai 5 km dalam satu jam, yang menjadi pencapaian
penting bagi saya.
Meskipun saya sudah
mengikuti taekwondo, saya merasa fisik saya masih belum cukup kuat untuk
mendukung latihan-latihan yang lebih intens. Namun, keduanya taekwondo dan jogging
mengajarkan saya tentang pentingnya ketahanan fisik dan mental. Taekwondo
mengajarkan saya untuk mengendalikan tubuh, memperbaiki teknik, dan tetap fokus
meski dalam kondisi fisik yang lelah. Namun, pada awalnya saya merasa bahwa
stamina saya kurang kuat untuk menghadapi tantangan tersebut. Ini adalah bagian
dari inovasi pribadi, yaitu menyadari keterbatasan diri dan berusaha
mengatasinya dengan beradaptasi melalui kebiasaan yang lebih sehat, seperti jogging.
Jogging, di sisi lain,
membantu saya membangun ketahanan fisik yang lebih baik. Setiap kali saya
merasa lelah atau terhambat, saya mengingat prinsip dari psikologi inovasi,
yaitu menghadapi tantangan dengan cara yang kreatif dan terus-menerus
beradaptasi. Dalam hal ini, adaptasi berarti memperkuat tubuh saya melalui
joging agar bisa lebih tahan dalam latihan taekwondo yang lebih berat. Sebagai
contoh, meskipun tubuh saya awalnya merasa lelah saat berlatih taekwondo, saya
bisa mengatasi rasa lelah tersebut dengan meningkatkan daya tahan tubuh melalui
kebiasaan jogging.
Kebiasaan jogging ini
membawa dampak positif yang signifikan, baik secara fisik maupun mental. Saya
merasakan peningkatan stamina, kekuatan otot, dan ketahanan tubuh yang membantu
saya dalam menjalani latihan taekwondo dengan lebih baik. Selain itu, joging
juga membantu saya mengurangi stres dan meningkatkan suasana hati saya. Hal ini
sangat penting karena dalam taekwondo, seringkali ada tekanan mental untuk
menguasai teknik yang sulit dan menjaga konsentrasi saat bertanding. Dengan
meningkatnya daya tahan fisik dari joging, saya merasa lebih siap menghadapi
tekanan tersebut.
Dalam taekwondo, saya
sering menghadapi teknik atau gerakan yang sulit dan membutuhkan waktu untuk
mempelajarinya. Melalui jogging, saya membangun ketahanan yang membuat tubuh
saya lebih siap menerima latihan fisik yang lebih berat, yang pada akhirnya
mendukung performa saya dalam taekwondo.
Proses ini juga
mengajarkan saya pentingnya inovasi dalam kehidupan sehari-hari. Setiap kali
saya merasa fisik saya kurang mendukung untuk berlatih taekwondo atau jogging,
saya mencari cara untuk memperbaikinya. Inovasi ini tidak selalu berarti
menemukan sesuatu yang baru, tetapi lebih pada bagaimana kita mengubah
pendekatan dan memperbaiki kelemahan. Saya mulai menyesuaikan rutinitas joging
dan taekwondo saya, seperti memperbaiki pola makan, memperhatikan istirahat
yang cukup, dan mengatur waktu untuk latihan kedua olahraga tersebut. Inovasi
dalam hidup saya bukan hanya tentang kemampuan teknik, tetapi juga tentang
beradaptasi dengan tantangan fisik yang ada.
Kesimpulan
Perjalanan saya dalam
meningkatkan performa joging dan mengikuti taekwondo menunjukkan bahwa untuk
mencapai tujuan, kita perlu berinovasi dan beradaptasi dengan tantangan yang
ada. Meskipun saya sudah mengikuti taekwondo, fisik saya awalnya tidak cukup kuat
untuk mendukung keduanya. Namun, dengan berkomitmen pada peningkatan kebugaran
tubuh melalui joging, saya berhasil mencapai 5 kilometer dan meningkatkan daya
tahan tubuh saya secara keseluruhan. Kedua olahraga ini saling melengkapi, dan
saya berharap keduanya dapat terus berkembang untuk membentuk tubuh yang lebih
kuat dan mental yang lebih tangguh.
Referensi
Fitriyanti, R., &
Suryono, T. (2020). Pengaruh olahraga aerobik terhadap kesehatan jantung dan
pernapasan. Jurnal Ilmu Keolahragaan Indonesia, 14(2), 56-62.
Suryanto. (2018). Inovasi
Pribadi dalam Kehidupan Sehari-hari: Perspektif Psikologi. Jurnal Psikologi
Sosial, 19(1), 44-59.
0 komentar:
Posting Komentar