Psikologi Inovasi Dalam Perubahan Diri : Melewati Batas Refleksi Perjalanan Meningkatkan Ketahanan Fisik.
PSIKOLOGI INOVASI
E5-LAKUKAN PERUBAHAN DIRI
DOSEN PENGAMPU: Dr., Dra. ARUNDATI SHINTA, MA.
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS PROKLAMASI 45
YOGYAKARTA
Perubahan diri adalah proses transformasi yang melibatkan
upaya sadar untuk meningkatkan kualitas hidup, baik secara fisik maupun mental.
Bagi Generasi Z, perubahan diri sering menjadi tantangan besar, terutama dalam
mempertahankan konsistensi olahraga. Meski memiliki akses luas ke informasi dan
teknologi pendukung gaya hidup sehat, hambatan seperti kurangnya motivasi,
godaan teknologi, dan ekspektasi tinggi sering menghambat upaya mereka. Gen Z
hidup di era serba cepat yang dipenuhi distraksi digital. Media sosial sering
menjadi tempat mencari inspirasi, tetapi juga menjadi sumber tekanan. Banyak
dari mereka ingin segera melihat hasil olahraga, sehingga cenderung memaksakan
diri di awal, yang justru berujung pada kelelahan atau cedera. Selain itu,
rutinitas sehari-hari yang padat, seperti kuliah atau pekerjaan paruh waktu,
membuat olahraga sering menjadi prioritas kedua. Psikologi inovasi menawarkan
solusi melalui kreativitas dan strategi baru untuk mengatasi hambatan perubahan
diri. Dalam konteks olahraga, pendekatan ini melibatkan penggunaan aplikasi
pelacak kebugaran atau komunitas online untuk membangun motivasi dan konsistensi.
Prinsip-prinsip psikologi inovasi juga membantu Gen Z membagi tujuan besar
menjadi langkah-langkah kecil yang realistis, sehingga perjalanan perubahan
diri menjadi lebih terstruktur dan berkelanjutan.
Pengalaman
pribadi saya dalam membangun konsistensi olahraga menjadi contoh nyata betapa
sulitnya perubahan diri. Di minggu pertama, saya berlari sejauh 5,3 km tanpa
henti, berharap segera mengukur ketahanan tubuh. Namun, hasilnya berujung pada
kelelahan, muntah, dan pingsan. Kejadian ini membuat saya berhenti berolahraga
selama dua minggu. Saya sempat putus asa dan bertanya-tanya apakah mampu
melanjutkan. Pada minggu kedua, saya mencoba lagi dengan pendekatan lebih
bijaksana. Saya mulai dengan jarak 2,4 km, berhenti setiap lima menit untuk
menyesuaikan diri. Tubuh saya perlahan mulai beradaptasi. Di minggu ketiga,
saya menambah waktu berlari dengan beristirahat setiap delapan menit dan
berhasil menempuh 2,8 km. Pada minggu keempat, saya berlari 3,1 km dengan
selingan berjalan santai.
Setiap
minggu, saya terus meningkatkan jarak dan durasi dengan tetap mendengarkan
tubuh. Minggu kelima, saya mencoba berlari selama sepuluh menit tanpa henti dan
mencapai 3,5 km. Minggu keenam hingga kedelapan, progres saya meningkat hingga
mencapai 6 km dengan kombinasi berlari dan berjalan santai. Pengalaman ini
mengajarkan bahwa perubahan diri memerlukan kesabaran, perencanaan, dan
keberanian untuk memulai lagi meskipun pernah gagal.
Perubahan
diri, khususnya dalam konsistensi olahraga, membutuhkan kesadaran diri,
strategi, dan ketekunan. Kunci keberhasilan bagi Gen Z terletak pada memahami
batas tubuh dan menggunakan pendekatan inovatif untuk tetap termotivasi. Dengan
belajar dari pengalaman dan menerapkan prinsip psikologi inovasi, tantangan
dapat diubah menjadi peluang untuk berkembang. Transformasi ini bukan hanya
soal jarak yang ditempuh, tetapi juga tentang membangun versi terbaik dari diri
sendiri.
Daftar
Pustaka
Davis, K. (2019). The role of technology in
physical activity and health: A review of the literature. Journal of
Physical Activity and Health, 16(1), 1-10.
Gonzalez, A. (2020). The importance of setting
realistic goals in physical activity. American Journal of Lifestyle
Medicine, 14(1), 12-18. https://doi.org/10.1177/1559827618770520
Siddik, F., Putri, N. A., Purba, N. H., Damanik, P. A.
B., Simbolon, R., & Salsabila, S. (2024). Pengaruh media sosial dan
aplikasi olahraga digital terhadap kebiasaan berolahraga generasi muda. JIIC:
Jurnal Intelek Insan Cendikia, 1(8). https://jicnusantara.com/index.php/jiic
0 komentar:
Posting Komentar