Kamis, 19 Desember 2024

Esai 5 – Perjalanan Perubahan Diri Melalui Joging: Naik Turun yang Penuh Makna_BASTIAN JAN BONA TUA SIRINGORINGO

 

Perjalanan Perubahan Diri Melalui Joging: Naik Turun yang Penuh Makna

PSIKOLOGI INOVASI

ESAI – MELAKUKAN PERUBAHAN DIRI

DOSEN PENGAMPU: Dt., Dra. ARUNDATI SHINTA, MA.



NAMA MAHASISWA

BASTIAN JAN BONA TUA SIRINGORINGO

NIM

22310410069

 

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS PROKLAMASI 45

YOGYAKARTA

DESEMBER 2024

Table 1. Laporan kemajuan kegiatan joging

M

1

2

3

4

5

6

7

8

W

120

180

160

180

170

60

110

180

J

12,65

28,36

20,62

31,65

25,38

7,3

11,72

30,68

 

M = Minggu ke N

W = waktu dalam menit

J   = Jarak dalam Km

Grafik 1. Laporan kemajuan kegiatan joging


Saya memulai kegiatan joging ini dengan satu tujuan sederhana: mengubah diri menjadi lebih sehat dan disiplin. Awalnya, saya pikir ini akan mudah—cukup berlari, mencatat waktu, dan terus meningkatkan jarak. Namun, kenyataannya jauh lebih kompleks dari itu. Perjalanan ini bukan hanya soal fisik, tapi juga mental. Ada tantangan, hambatan, bahkan momen di mana saya hampir menyerah. Tapi, saya belajar banyak dari setiap prosesnya.

Awal yang Penuh Semangat

Minggu pertama adalah masa penuh semangat. Saya menetapkan target awal untuk joging selama 120 menit dan berhasil menempuh jarak 12,65 km. Rasanya menyenangkan! Badan terasa lebih segar, dan pikiran lebih jernih. Saya merasa optimis bahwa perubahan ini bisa saya jalani dengan konsisten. Lalu, di minggu kedua, semangat itu membawa saya lebih jauh. Waktu joging meningkat menjadi 180 menit, dan jarak tempuh melonjak drastis hingga 28,36 km. Saya bangga dengan pencapaian ini—seakan-akan saya sudah menemukan ritme yang pas.

Tantangan Mulai Muncul

Namun, memasuki minggu ketiga, saya mulai merasakan tantangan. Waktu joging memang masih di angka 180 menit, tapi jarak tempuh turun menjadi 20,62 km. Saya mulai bertanya-tanya, “Apa yang salah?” Mungkin tubuh saya mulai kelelahan, atau mungkin saya terlalu memaksakan diri di awal. Tapi saya tetap berusaha melanjutkan, dan di minggu keempat, saya berhasil memperbaiki performa. Jarak tempuh kembali naik menjadi 31,65 km. Ini menjadi pelajaran penting bagi saya bahwa kadang, dalam proses perubahan, kita hanya perlu sedikit lebih sabar dan memberikan waktu bagi tubuh untuk beradaptasi.

Masa Terberat di Minggu Keenam

Sayangnya, tantangan yang sebenarnya datang di minggu keenam. Entah karena kesibukan, cuaca, atau motivasi yang mulai menurun, saya hanya mampu joging selama 60 menit dengan jarak yang sangat kecil, hanya 7,3 km. Ini adalah titik terendah saya. Saya merasa kecewa, frustrasi, bahkan sempat berpikir untuk berhenti saja. “Apa gunanya semua ini kalau akhirnya malah turun drastis?” pikir saya. Tapi di saat seperti itulah, saya menyadari bahwa proses perubahan tidak selalu berjalan mulus. Terkadang, kita perlu mundur sejenak untuk bisa melangkah lebih jauh.

Bangkit dan Menemukan Kembali Semangat

Minggu ketujuh menjadi momen kebangkitan saya. Meskipun waktu joging masih di angka 110 menit, saya berhasil meningkatkan jarak menjadi 11,72 km. Saya merasa lebih bersemangat lagi, dan di minggu kedelapan, saya akhirnya bisa kembali ke performa terbaik. Waktu joging naik kembali menjadi 180 menit, dan jarak tempuh melonjak hingga 30,68 km. Ini adalah bukti bahwa konsistensi dan kemauan untuk bangkit adalah kunci dari perubahan diri.

Refleksi: Hubungan dengan Psikologi Inovasi

Dari perjalanan ini, saya belajar bahwa perubahan diri sangat erat hubungannya dengan psikologi inovasi. Ketika kita mencoba sesuatu yang baru, seperti kebiasaan joging ini, kita akan menghadapi berbagai tantangan—baik fisik maupun mental. Proses ini mengajarkan saya tiga hal penting.

Pertama, adaptasi terhadap perubahan. Tubuh dan pikiran butuh waktu untuk terbiasa dengan kebiasaan baru. Minggu-minggu awal adalah masa adaptasi, di mana motivasi tinggi membantu saya melewati tantangan.

Kedua, kemampuan menghadapi hambatan. Minggu keenam menjadi pengingat bahwa tidak ada proses yang berjalan mulus. Hambatan adalah bagian dari perjalanan, dan justru dari sana kita belajar untuk mengevaluasi diri. Saya belajar untuk memahami batas tubuh saya, mengatur waktu dengan lebih baik, dan memulihkan semangat.

Ketiga, konsistensi dan kemampuan untuk bangkit. Minggu ketujuh dan kedelapan adalah bukti bahwa setiap usaha, meskipun kecil, akan membawa kita kembali ke jalur yang benar. Dalam proses perubahan, tidak masalah jika kita sempat terjatuh, asalkan kita mau bangkit lagi.

Kesimpulan

Kegiatan joging ini bukan hanya tentang menempuh jarak atau mencatat waktu. Lebih dari itu, ini adalah proses perubahan diri yang melibatkan kesabaran, evaluasi, dan semangat untuk terus maju. Saya menyadari bahwa perubahan tidak selalu linear—ada naik, ada turun, tetapi setiap langkah adalah bagian dari kemajuan.

Melalui proses ini, saya belajar untuk lebih menghargai usaha kecil yang saya lakukan setiap hari. Dengan komitmen dan kemauan untuk terus belajar, saya percaya bahwa perubahan diri bukanlah sesuatu yang mustahil. Ini adalah perjalanan panjang yang penuh makna, dan saya bangga bisa melewatinya.

Daftar Pustaka:

Hadi Prabowo & Osa Maliki. (2022). Menelaah Manfaat Psikologis dari Jogging: Studi Tentang Hubungan Antara Aktivitas Fisik dan Kesehatan Mental Mahasiswa Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang. Jurnal Analis, 3(2), 327-340.

Mardiyah, N., & Suharyanto, S. (2020). Pengaruh Joging terhadap Penurunan Tingkat Stres pada Remaja SMAN 1 Toroh. Jurnal Annur, 5(1), 45-50.


Related Posts:

0 komentar:

Posting Komentar