Perjalanan
Perubahan Diri Melalui Joging: Naik Turun yang Penuh Makna
PSIKOLOGI
INOVASI
ESAI
– MELAKUKAN PERUBAHAN DIRI
DOSEN
PENGAMPU: Dt., Dra. ARUNDATI SHINTA, MA.
NAMA
MAHASISWA
BASTIAN
JAN BONA TUA SIRINGORINGO
NIM
22310410069
FAKULTAS
PSIKOLOGI
UNIVERSITAS
PROKLAMASI 45
YOGYAKARTA
DESEMBER
2024
Table 1. Laporan kemajuan kegiatan
joging
M |
1 |
2 |
3 |
4 |
5 |
6 |
7 |
8 |
W |
120 |
180 |
160 |
180 |
170 |
60 |
110 |
180 |
J |
12,65 |
28,36 |
20,62 |
31,65 |
25,38 |
7,3 |
11,72 |
30,68 |
M = Minggu ke N
W = waktu dalam menit
J
= Jarak dalam Km
Grafik 1. Laporan kemajuan kegiatan
joging
Saya memulai kegiatan joging ini dengan
satu tujuan sederhana: mengubah diri menjadi lebih sehat dan disiplin. Awalnya,
saya pikir ini akan mudah—cukup berlari, mencatat waktu, dan terus meningkatkan
jarak. Namun, kenyataannya jauh lebih kompleks dari itu. Perjalanan ini bukan
hanya soal fisik, tapi juga mental. Ada tantangan, hambatan, bahkan momen di
mana saya hampir menyerah. Tapi, saya belajar banyak dari setiap prosesnya.
Awal yang Penuh Semangat
Minggu pertama adalah masa penuh
semangat. Saya menetapkan target awal untuk joging selama 120 menit dan
berhasil menempuh jarak 12,65 km. Rasanya menyenangkan! Badan terasa lebih
segar, dan pikiran lebih jernih. Saya merasa optimis bahwa perubahan ini bisa
saya jalani dengan konsisten. Lalu, di minggu kedua, semangat itu membawa saya
lebih jauh. Waktu joging meningkat menjadi 180 menit, dan jarak tempuh melonjak
drastis hingga 28,36 km. Saya bangga dengan pencapaian ini—seakan-akan saya
sudah menemukan ritme yang pas.
Tantangan Mulai Muncul
Namun, memasuki minggu ketiga, saya
mulai merasakan tantangan. Waktu joging memang masih di angka 180 menit, tapi
jarak tempuh turun menjadi 20,62 km. Saya mulai bertanya-tanya, “Apa yang
salah?” Mungkin tubuh saya mulai kelelahan, atau mungkin saya terlalu
memaksakan diri di awal. Tapi saya tetap berusaha melanjutkan, dan di minggu
keempat, saya berhasil memperbaiki performa. Jarak tempuh kembali naik menjadi
31,65 km. Ini menjadi pelajaran penting bagi saya bahwa kadang, dalam proses
perubahan, kita hanya perlu sedikit lebih sabar dan memberikan waktu bagi tubuh
untuk beradaptasi.
Masa Terberat di Minggu Keenam
Sayangnya, tantangan yang sebenarnya
datang di minggu keenam. Entah karena kesibukan, cuaca, atau motivasi yang
mulai menurun, saya hanya mampu joging selama 60 menit dengan jarak yang sangat
kecil, hanya 7,3 km. Ini adalah titik terendah saya. Saya merasa kecewa,
frustrasi, bahkan sempat berpikir untuk berhenti saja. “Apa gunanya semua ini
kalau akhirnya malah turun drastis?” pikir saya. Tapi di saat seperti itulah,
saya menyadari bahwa proses perubahan tidak selalu berjalan mulus. Terkadang,
kita perlu mundur sejenak untuk bisa melangkah lebih jauh.
Bangkit dan Menemukan Kembali
Semangat
Minggu ketujuh menjadi momen kebangkitan
saya. Meskipun waktu joging masih di angka 110 menit, saya berhasil
meningkatkan jarak menjadi 11,72 km. Saya merasa lebih bersemangat lagi, dan di
minggu kedelapan, saya akhirnya bisa kembali ke performa terbaik. Waktu joging
naik kembali menjadi 180 menit, dan jarak tempuh melonjak hingga 30,68 km. Ini
adalah bukti bahwa konsistensi dan kemauan untuk bangkit adalah kunci dari
perubahan diri.
Refleksi: Hubungan dengan Psikologi
Inovasi
Dari perjalanan ini, saya belajar bahwa
perubahan diri sangat erat hubungannya dengan psikologi inovasi. Ketika
kita mencoba sesuatu yang baru, seperti kebiasaan joging ini, kita akan
menghadapi berbagai tantangan—baik fisik maupun mental. Proses ini mengajarkan
saya tiga hal penting.
Pertama, adaptasi terhadap perubahan.
Tubuh dan pikiran butuh waktu untuk terbiasa dengan kebiasaan baru.
Minggu-minggu awal adalah masa adaptasi, di mana motivasi tinggi membantu saya
melewati tantangan.
Kedua, kemampuan menghadapi hambatan.
Minggu keenam menjadi pengingat bahwa tidak ada proses yang berjalan mulus.
Hambatan adalah bagian dari perjalanan, dan justru dari sana kita belajar untuk
mengevaluasi diri. Saya belajar untuk memahami batas tubuh saya, mengatur waktu
dengan lebih baik, dan memulihkan semangat.
Ketiga, konsistensi dan kemampuan
untuk bangkit. Minggu ketujuh dan kedelapan adalah bukti bahwa setiap
usaha, meskipun kecil, akan membawa kita kembali ke jalur yang benar. Dalam
proses perubahan, tidak masalah jika kita sempat terjatuh, asalkan kita mau
bangkit lagi.
Kesimpulan
Kegiatan joging ini bukan hanya tentang
menempuh jarak atau mencatat waktu. Lebih dari itu, ini adalah proses perubahan
diri yang melibatkan kesabaran, evaluasi, dan semangat untuk terus maju. Saya
menyadari bahwa perubahan tidak selalu linear—ada naik, ada turun, tetapi
setiap langkah adalah bagian dari kemajuan.
Melalui proses ini, saya belajar untuk
lebih menghargai usaha kecil yang saya lakukan setiap hari. Dengan komitmen dan
kemauan untuk terus belajar, saya percaya bahwa perubahan diri bukanlah sesuatu
yang mustahil. Ini adalah perjalanan panjang yang penuh makna, dan saya bangga
bisa melewatinya.
Daftar Pustaka:
Hadi Prabowo & Osa Maliki. (2022).
Menelaah Manfaat Psikologis dari Jogging: Studi Tentang Hubungan Antara
Aktivitas Fisik dan Kesehatan Mental Mahasiswa Ilmu Keolahragaan Universitas
Negeri Semarang. Jurnal Analis, 3(2), 327-340.
Mardiyah, N., & Suharyanto, S. (2020).
Pengaruh Joging terhadap Penurunan Tingkat Stres pada Remaja SMAN 1
Toroh. Jurnal Annur, 5(1), 45-50.
0 komentar:
Posting Komentar