Menemukan
Ritme dalam 5 Kilometer dan Psikologi Inovasi: Lari Mengatasi Batas Diri
PSIKOLOGI
INOVASI
ESAI
4 – PARTISIPASI LOMBA
DOSEN
PENGAMPU: Dt., Dra. ARUNDATI SHINTA, MA.
NAMA
MAHASISWA
BASTIAN
JAN BONA TUA SIRINGORINGO
NIM
22310410069
FAKULTAS
PSIKOLOGI
UNIVERSITAS
PROKLAMASI 45
YOGYAKARTA
DESEMBER
2024
Saat
memutuskan untuk mengikuti lomba lari 5 kilometer pada tanggal 20 Oktober 2024
dan 10 November 2024, saya menyadari bahwa ini bukan sekadar soal fisik. Ini
adalah perjalanan mental, bagaimana saya melatih diri untuk melampaui batas,
baik dalam tubuh maupun pikiran. Saya tidak pernah menyangka bahwa keputusan
sederhana ini akan membawa saya pada pemahaman mendalam tentang kreativitas,
inovasi, dan bagaimana mengatasi tantangan pribadi.
Proses
Persiapan
Awalnya, saya merasa ragu. Saya bukan pelari profesional, dan jarak 5 kilometer
terasa seperti gunung yang harus didaki. Namun, saya tahu bahwa untuk
berkembang, saya harus keluar dari zona nyaman.
Latihan
dimulai dengan berjalan cepat setiap pagi. Minggu pertama adalah perjuangan:
napas saya tersengal, kaki terasa berat, dan ada suara kecil di kepala yang
terus berkata, "Kamu tidak akan bisa." Namun, saya memutuskan untuk
tidak menyerah. Saya mulai mempelajari teknik lari dari video online, seperti
cara mengatur napas, postur tubuh, dan strategi menjaga stamina.
Di
minggu kedua, saya mencoba kombinasi lari dan jalan. Setiap kali saya merasa
ingin berhenti, saya membayangkan garis finish pada tanggal 20 Oktober.
Visualisasi itu menjadi motivasi saya untuk terus melangkah.
Tantangan
Psikologis
Permasalahan terbesar selama latihan bukanlah kelelahan fisik, tetapi hambatan
mental. Pikiran negatif sering muncul: "Bagaimana jika kamu gagal?
Bagaimana jika kamu tertinggal jauh di belakang peserta lain?" Ketakutan
akan penilaian orang lain menjadi tantangan yang harus saya atasi.
Saya
menyadari bahwa ini adalah momen di mana psikologi inovasi berperan.
Inovasi tidak hanya terjadi dalam teknologi atau bisnis, tetapi juga dalam cara
kita mendobrak pola pikir lama. Saya belajar untuk mengganti pikiran negatif
dengan afirmasi positif: "Setiap langkah adalah kemajuan." Saya juga
mulai mencari inspirasi dari komunitas lari di media sosial, di mana saya
menemukan cerita-cerita orang lain yang berjuang dan berhasil melampaui batas
diri mereka.
Proses
Kreativitas dalam Latihan
Melatih tubuh untuk lari ternyata melibatkan banyak kreativitas. Saya harus
menemukan cara untuk membuat latihan tetap menarik agar tidak bosan. Salah satu
inovasi yang saya coba adalah membuat playlist musik dengan tempo yang
sesuai untuk lari. Musik membantu saya menemukan ritme, membuat setiap langkah
terasa seperti bagian dari tarian.
Selain
itu, saya mencoba variasi latihan, seperti lari di medan yang berbeda—kadang di
jalanan, kadang di taman. Variasi ini tidak hanya melatih fisik saya, tetapi
juga memberikan pengalaman baru yang menyegarkan pikiran.
Hari
Perlombaan
Ketika tanggal 20 Oktober tiba, saya merasa campuran antara gugup dan
bersemangat. Saat start dimulai, saya ingat semua latihan dan perjuangan yang
telah saya lalui. Saya berlari dengan fokus pada ritme napas dan langkah.
Di
kilometer ketiga, saya merasa hampir menyerah. Namun, pikiran saya kembali ke
pelajaran yang saya dapat selama latihan: inovasi adalah tentang keberanian untuk
terus maju, meski terasa sulit. Saya membayangkan diri saya melintasi garis
finish, dan itu memberi dorongan untuk melanjutkan.
Refleksi
Ketika akhirnya saya mencapai garis finish, saya tidak hanya merayakan jarak 5
kilometer yang berhasil saya tempuh, tetapi juga kemenangan atas keraguan diri.
Partisipasi dalam lomba ini mengajarkan saya bahwa kreativitas dan inovasi
adalah kunci untuk melampaui batas diri.
Melalui
proses ini, saya belajar bahwa inovasi bukan hanya tentang menciptakan sesuatu
yang baru, tetapi juga tentang menemukan cara untuk mengatasi tantangan lama
dengan perspektif yang segar. Lari ini bukan hanya tentang jarak, tetapi
tentang perjalanan mental menuju versi diri yang lebih baik.
Daftar Pustaka:
Pekan
Inovasi Psikologi Indonesia (PIPI) 5. (2019). Kegiatan Perlombaan untuk
Mahasiswa Psikologi. Himpunan Psikologi Indonesia Wilayah Jakarta Raya.
Arlinta,
D. (2023) Perubahan perilaku: Tiga minggu membangun kebiasaan. Kompas.
2 Januari, Hal. 8.
0 komentar:
Posting Komentar