Essay UTS
Psikologi Inovasi
Dosen Pengampu : Dr.
Dra. Arundati Shinta, MA
Nama : Thadika Oudy
Amaya / 20310410048
Fakultas Psikologi
Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta
“ MALAIKAT TAK BERSAYAP ITU BERNAMA RELAWAN “
Di Indonesia, bencana
alam seakan sudah bukan merupakan hal yang baru lagi. Setiap hari melalui televisi,
internet, koran, dan berbagai media informasi lainnya dapat kita lihat bencana
terjadi di berbagai daerah mulai dari banjir, tanah longsor, gunung meletus,
bahkan hingga tsunami.
Ditengah kesedihan para
korban bencana, selalu datang malaikat-malaikat tak bersayap yang dengan tulus
membantu para korban bencana. Relawan adalah ,orang-orang yang bekerja dibawah
bendera social untuk mengabdi kepada masyarakat yang membutuhkan. Koordinasi
antar relawan yang begitu kompak dan semua bergerak serentak serta saling bahu-membahu
untuk membantu para korban. Para relawan juga saling berbagi tugas sesuai
dengan keahlian mereka. Ada tim yang bertugas evakuasi korban, membuat tenda
dan posko pengungsian, dapur umum untuk para korban, tim medis yang selalu siap
siaga memberi pengobatan para korban, para relawan trauma healing bagi
masyarakat dan masih banyak lagi usaha-usaha yang dilakukan oleh para relawan
bencana untuk membantu para korban bencana. Ada rasa kekaguman sendiri melihat
para relawan-relawan itu bekerja sekuat tenaga untuk membantu para korban
bencana. Gatal rasanya, sebagai bagian dari generasi muda bila hanya melihat
para korban bencana dari layar televisi tanpa bisa berbuat sesuatu yang nyata
untuk mereka.
Namanya Zakiya Mediana
Sabila, biasa dipanggil Zakiya. Beliau saat ini berumur 23th, umur yang masih
tergolong muda bagi wanita. Tetapi, umur tidak menjadikannya sebagai penghalang
untuk terus menebarkan senyum kepada anak-anak yang sedang mengalami trauma
akibat bencana. Sosok wanita yang sangat menginspirasi, di umurnya yang masih
muda ia mampu menjadi relawan bagi masyarakat yang membutuhkan trauma healing. Trauma
healing yang ia lakukan bertujuan agar para korban mampu memikirkan hal yang
positif saat mengingat kejadian traumatis tersebut. Baginya, bertemu dengan
mereka adalah suatu anugerah yang sangat ia syukuri. Banyaknya pengalaman yang
ia temui di berbagai daerah, membuatnya bertekad untuk terjun di dunia sosial
dan juga relawan. Disamping itu, banyak hal yang ia dapat ketika menjadi
seorang relawan.
Menurutnya, menjadi
relawan bukanlah sebuah beban. Melainkan panggilan hati nurani, sebuah
panggilan untuk membantu masyarakat yang sedang mengalami kesulitan. Bermanfaat
bagi orang lain dan juga bisa menebarkan kehangatan bagi anak-anak adalah salah
satu hal yang membahagiakan untuknya. Tidak ingin menghabiskan masa mudanya
dengan sesuatu hal yang tidak bermanfaat, menjadi relawan adalah pilihan bagi
Kak Zakiya untuk memanfaatkan waktu yang ia miliki seoptimal mungkin bagi
masyarakat yang membutuhkan uluran tangannya. Rasa lelah yang ia rasakan,
seakan terbayar ketika melihat senyum anak-anak itu.
Menjadi relawan
bukanlah hal yang mudah, apalagi di zaman sekarang yang notabene anak-anak muda
lebih memilih menghabiskan waktunya untuk jalan-jalan ke mall. Pengorbanan
waktu, tenaga atau bahkan tidak jarang nyawa juga menjadi taruhannya. Mungkin pertimbangan
itulah yang menjadikan para wanita berfikir dua kali apabila ingin menjadi
seorang relawan. Bisa kita lihat pada lingkungan perkotaan, nilai-nilai relawan
sudah mulai luntur yang disebabkan oleh pandangan masyarakat yang berpendapat
bahwa semua bantuan hanya dapat diukur dengan besarnya materi. Padahal jika
kita pikirkan lebih mendalam lagi, uang ataupun materi sama sekali tidak bisa
membeli suatu kebahagiaan dan keharmonisan suatu hubungan masyarakat.
Maka dari itu, kita
sebagai anak muda penerus bangsa harus memiliki rasa peduli bagi lingkungan
sekitar. Manfaatkan masa muda kita dengan hal-hal yang bermanfaat, walaupun
kita tidak bisa membantu mereka dengan materi setidaknya kita bisa membantu mereka
menebar kebahagiaan.
Daftar Pustaka :
file:///C:/Users/L431/Downloads/31871-74679-1-SM.pdf
0 komentar:
Posting Komentar