Ujian Tengah Semester PSIKOLOGI INOVASI
Semester Ganjil (2022/2023)
Ikhsan Arifudin (20310410029)
Dosen Pengampu : Dr., Dra. Arundati Shinta, M.A.
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS PROKLAMASI 45 YOGYAKARTA
Pendidikan dan perempuan, kedua elemen yang berbeda namun tak dapat dipisahkan. Sistem pendidikan jika tak menyertakan perempuan maka itu bukan esensi pendidikan, karena pendidikan adalah bagimana menciptakan keadilan yang humanis. Karena dengan mengalienasi perempuan dari pendidikan, maka sama halnya dengan melanggengkan kebodohan untuk dominasi kekuasaan pada segelintir mahkluk.
Salah satu permasalahan yang dianggap paling berat untuk perempuan ialah rekognisi pendidikan untuk perempuan, realitas yang umum kita jumpai perempuan selalu dipandang sebelah mata. Karena pendidikan untuk perempuan tak diterapkan secara fundamental, hanya sebagai formalitas semata atau lebih parahnya jika pandangan bahwa pendidikan untuk perempuan seharusnya tak diberikan sama sekali, agar tunduk pada sistem dan semakin terkungkung dalam penindasan.
Pemikiran akan pentingnya pendidikan untuk perempuan
tak hanya dilayangkan oleh para pemikir Barat saja, namun dalam konteks
Indonesia, ada pemikir serta pegiat perempuan lokal yang memperjuangkan hak
perempuan untuk memperoleh pendidikan secara layak,dia adalah R.A. Kartini.
Kartini menuangkan pemikirannya dalam surat-surat yang dikirimkan kepada J. H.
Abendanon. Kumpulan surat pribadi Kartini tersebut kemudian diterbitkan pada
tahun 1912 dengan judul Door Duisternis Tot Licht (Habis Gelap
Terbitlah Terang). Kumpulan surat Kartini tersebut menjadi sebuah alternatif
pemikiran tentang pendidikan perempuan. Sebagai sebuah kritik sosial pada
realitas, bahwasanya perempuan juga perlu pendidikan. Salah satu pokok
substansi pemikiran Kartini adalah Emansipasi atau upaya mewujudkan kesetaraan
perempuan dalam mendapatkan pendidikan.
Kedua pernyataan tersebut dapat digunakan sebagai acuan tentang peran perempuan dalam hal pendidikan, bagaimana institusi pendidikan dan lingkungan memberikan hak kepada perempuan untuk memperoleh pendidikan dengan sepenuhnya tanpa ada intrik sosial.
Pentingnya Pendidikan Bagi Perempuan
Perempuan memiliki peranan yang sangat penting dalam
hal pendidikan, bahkan pendidikan pertama yang diberikan kepada anak ialah dari
seorang ibu. Ibu memiliki andil yang besar dalam melakukan pengembangan potensi
anak. Bukan berati tugas mendidik hanya diberikan kepada ibu semata, ayah juga
berpengaruh terhadap proses pendidikan anak, namun tidak seotentik seorang ibu.
Karena ibu memiliki keterikatan batin yang kuat dengan anak. Ada sebuah pepatah
yang mengatakan jika perempuan cerdas akan melahirkan anak-anak yang cerdas
pula. Hal tersebut dapat dimaknai bahwa pendidikan akan berpengaruh dalam pola
pikir dalam berkeluarga, cara mendidika anak dan menerapkan prinsip-prinsip
keadilan di keluarga.
Kartini dapat dikatakan sebagai tokoh pembaru di
bidang pendidikan perempuan, yang memiliki terobosan dalam mengajarkan
pentingnya arti pendidikan bagi perempuan. Perjuangannya tersebut berhasil
memberikan perubahan bagi perempuan menuju pemikiran yang lebih maju. Bahwa
semestinya perempuan juga harus memiliki peranan penting dalam lingkungan
sosial mereka.
Sukarno kemudian menafsirkan perempuan dalam sepenggal
kalimat “Perempuan itu tiang negeri,” dalam konteks kalimat dari Sukarno
tersebut, maka seharusnya perempuan sadar akan posisinya untuk mencetak
peradaban bangsa yang berkemajuan. Sedangkan alat untuk menjalankannya ialah
pendidikan, jika perempuan mendapatkan pendidikan yang baik, maka jangan heran
jika sebuah negara atau institusi di mana perempuan itu berpijak akan
mengangkat martabat bangsa.
Referensi
Siti soemandari, Soeroto. 2001. Kartini (Sebuah
Biografi). Jakarta: Djambatan. Hal 55
Joesoef, Soelaiman. 2008. Konsep Dasar Pendidikan Luar Sekolah. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Eqbal Dauqan. 18 Agustus 2017. Kerikil Tajam Dunia Pendidikan. Tirto.id, diakses pada 11 November 2022, pukul 18.00 WIB, https://tirto.id/kerikil-tajam-dunia-pendidikan-untuk-perempuan-cuHk
0 komentar:
Posting Komentar