Minggu, 22 Juni 2025

ESSAY 4 - MELAKUKAN UPCYCLING SAMPAH ANORGANIK & MERINTIS SEBAGAI PENGUSAHA EKONOMI SIRKULER

 

Belajar menjadi Pengusaha Ekonomi Daur Ulang Sampah Anorganik


Dosen Pengampu : Arundati Shinta., M.A

Putri Devi Santika - 2331040101

Psikologi Universitas Priklamasi 45
Yogyakarta 


                                                                               

Permasalahan sampah anorganik, seperti plastik, logam, dan kaca, semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan populasi dan konsumsi masyarakat. Sampah anorganik sulit terurai secara alami dan jika tidak dikelola dengan baik dapat mencemari lingkungan. Namun, di balik permasalahan tersebut terdapat peluang besar dalam bidang ekonomi daur ulang. Menjadi pengusaha dalam sektor ini bukan hanya memberi manfaat ekonomi, tetapi juga berkontribusi pada pelestarian lingkungan.

Permasalahan sampah anorganik, seperti plastik, logam, dan kaca, semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan populasi dan konsumsi masyarakat. Sampah anorganik sulit terurai secara alami dan jika tidak dikelola dengan baik dapat mencemari lingkungan. Namun, di balik permasalahan tersebut terdapat peluang besar dalam bidang ekonomi daur ulang. Menjadi pengusaha dalam sektor ini bukan hanya memberi manfaat ekonomi, tetapi juga berkontribusi pada pelestarian lingkungan.

Langkah penting berikutnya adalah membangun jaringan dengan pemulung, pengepul, hingga industri pengolahan akhir. Hubungan ini penting agar rantai pasokan bahan baku daur ulang tetap terjaga. Selain itu, pengetahuan tentang pemasaran produk hasil daur ulang, seperti furnitur dari botol plastik atau paving block dari limbah plastik, sangat diperlukan untuk meningkatkan nilai jual.

Dalam proses ini penulis membuat sebuah karya daur ulang sampah dari sedotan yang dibuat menjadi bunga dengan vas dari kaleng susu yang dihias sedemikian rupa sehingga menghasilkan sebuah karya yang indah. Penulis kali ini membuat karya ini dengan mengumpulkan sampah sedotan selama seminggu penuh di koskosan. Karena hampir seluruh warga koskosan ini membeli makanan dan minuman dari luar dan seringkali dibuang sembaranga, selain dikos penulis juga mengumpulkan dari penjual burjonan di dekat tempat kerja.

    
 


Dari semua yang sudah dilakukan dan menghasilkan sebuah karya penulis menjual karya tersebut degan harga 15.000. dan ternyata laku juga ketika sudah dibuatkan sebuah karya. Namun memang sebenarnya tidak worthit dengan apa yang sudah dialami dari proses mencari mengumpulkan dan menjual itu hanya sebagai alat pembelajaran bagi saya.

 


0 komentar:

Posting Komentar