![]() |
https://www.bbc.com/indonesia/articles/cn3dynr70gmo |
Nama: Tegar Chandra Surya
Perdana
Nim: 22310410028
Dosen Pengampu: FX. Wahyu
Widiantoro S.Psi., MA
![]() |
Pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un, mempertahankan sistem klasifikasi dan kontrol sosial yang diwarisi kakeknya, pendiri negara Kim Il-sung. |
Sistem
songbun yang berlaku di Korea Utara merupakan sebuah fenomena unik yang
mencerminkan kontrol sosial ekstrem oleh rezim penguasa. Sistem ini
mengklasifikasikan warga negara ke dalam tiga kelas utama berdasarkan kesetiaan
leluhur mereka terhadap rezim: kelas atas (haeksim), kelas menengah (dongyo),
dan kelas bawah atau musuh (choktae). Pembagian kelas ini memiliki konsekuensi
besar dalam kehidupan sehari-hari warga Korea Utara, termasuk akses terhadap
pendidikan, pekerjaan, layanan kesehatan, dan tempat tinggal.
Dalam
perspektif psikologi abnormal, sistem songbun dapat ditelaah melalui teori
kontrol sosial dari Travis Hirschi (1969). Teori ini menyatakan bahwa individu
yang memiliki ikatan sosial yang lemah, seperti kurangnya komitmen terhadap
norma-norma sosial dan keterlibatan dalam aktivitas konvensional, cenderung
terlibat dalam perilaku menyimpang. Dalam konteks Korea Utara, rezim penguasa
menggunakan sistem songbun sebagai alat untuk mempertahankan kontrol sosial
yang ketat dengan membatasi kebebasan individu dan menciptakan ketakutan akan
konsekuensi pelanggaran terhadap norma-norma yang ditetapkan.
Selain
itu, teori psikoanalisis dari Sigmund Freud (1923) juga dapat digunakan untuk
memahami dampak psikologis dari sistem songbun. Freud menyatakan bahwa manusia
memiliki dorongan naluriah yang disebut id, yang bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan dasar dan mencari kenikmatan. Namun, dalam konteks Korea Utara, id
ini dikendalikan secara ketat oleh rezim penguasa melalui sistem songbun, yang
mengekang kebebasan individu dan membatasi akses terhadap sumber daya dan peluang
kehidupan.
Sistem
songbun juga dapat menyebabkan dampak psikologis yang signifikan bagi warga
Korea Utara, seperti rasa ketakutan, kecemasan, dan rendahnya harga diri.
Mereka yang berada di kelas bawah (choktae) menghadapi diskriminasi sistematis,
akses yang sangat terbatas terhadap pendidikan dan layanan kesehatan, serta
pekerjaan yang sulit dan berbahaya. Kondisi ini dapat menyebabkan stres kronis,
depresi, dan gangguan mental lainnya.
Untuk
mengatasi permasalahan ini, diperlukan upaya internasional untuk menekan rezim
Korea Utara agar mengakhiri sistem songbun yang diskriminatif dan melanggar hak
asasi manusia. Selain itu, diperlukan dukungan psikologis dan rehabilitasi bagi
warga Korea Utara yang telah melarikan diri dari negara tersebut untuk membantu
mereka mengatasi trauma dan dampak psikologis akibat sistem songbun.
Daftar
Pustaka
Freud,
S. (1923). The Ego and the Id. Vienna: Internationaler Psychoanalytischer
Verlag.
Hirschi,
T. (1969). Causes of delinquency. Berkeley: University of California Press.
Nevid,
J. S., Rathus, S. A., & Greene, B. (2018). Abnormal psychology in a
changing world (10th ed.). Pearson.
0 komentar:
Posting Komentar