BUKAN HANYA LAKI-LAKI, PEREMPUAN BISA MENJADI
PEMIMPIN!
Peran
gender dalam konsep kepemimpinan dan penyediaan alternatif guna membantu memecahkan
dilema bagi perempuan. Hal yang menjadi
hambatan bagi para pemimpin perempuan adalah apa yang disebut Jamieson sebagai ikatan feminin/
kompetensi, di mana tindakan `feminin' dikaitkan dengan inkompetensi, dan
tindakan `kompeten' dikaitkan dengan polaritas yang berlawanan dari sifatsifat
maskulin yang ketika diadopsi oleh perempuan hanya dapat mengarah pada
kesimpulan bahwa seseorang harus 'tidak feminin' untuk menjadi kompeten'' (Jamieson,
1995).
Akan
tetapi, perempuan cenderung tidak terpilih sebagai pemimpin dan perilaku
kepemimpinan yang sama sering dievaluasi lebih positif bila dikaitkan dengan
laki-laki daripada perempuan (Kolb, 1997). Munculnya kepemimpinan dan implikasi
dari faktor-faktor ini dalam hal mengevaluasi perbedaan laki-laki versus perempuan yang nyata atau yang
dirasakan.
Terdapat
beberapa faktor penyebab yang dipilih, disajikan untuk memberikan apresiasi
kepada pembaca tentang kompleksitas masalah dan komponen masalah. Lebih penting
lagi, diyakini bahwa apa yang mungkin dimulai sebagai pertanyaan dan jawaban
yang sangat sederhana (T: apakah pria atau wanita menjadi pemimpin yang lebih
baik? J: pria adalah pemimpin yang lebih baik karena biologi yang membuat
mereka demikian) dengan cepat berkembang dalam kompleksitas.
Hal
tersebut merupakan pertimbangan faktor penyebab memang memberikan beberapa wawasan
tentang kompleksitas ini. Karena Seorang pemimpin dengan gaya kepemimpinannya
merupakan kondisi sine qua non yang
seharusnya dimiliki oleh setiap pemimpin organisasi. Efektivitas seorang
pemimpin ditentukan oleh kepiawaiannya mempengaruhi dan mengarahkan
paraanggotanya. Pemimpin dapat mempengaruhi semangat dan kegairahan kerja,
selain itu sikap pemimpin wanita, kepercayaan diri wanita, pengalaman kerja
wanita sebelumnya, lingkungan perusahaan, dan jaringan orang tua juga menjadi
faktor pengaruh gaya kepemimpinan.
Permasalahan
gender menunjukkan tidak banyak perbedaan gender dalam hal organisasi. Namun
jika gender dihubungkan dengan gaya kepemimpinan terlihat adanya gaya tertentu
khas perempuan. Bukan karena perbedaan jenis kelamin tapi lebih pada faktor
karakteristik pekerjaan. Karakteristik pekerjaan tersebut berkaitan dengan gaya
kepemimpinan perempuan didapati bahwa gaya kepemimpinan perempuan terbagi dua
yaitu gaya kepemimpinan feminism dan gaya kepemimpinan transformasional.
Perempuan
sebagai pemimpin memiliki hak sama dengan laki-laki. Perempuan tidak lagi
dipandang sebagai sosok yang lemah lembut akan tetapi memiliki fondasi penting
dalam kehidupan keluarga, organisasi maupun di lingkungan bermasyarakat.
Sejalan dengan reformasi dan konsep gender menempatkan perempuan pada posisi
yang sama di semua bidang kehidupan tak terkecuali sebagai pepimpin.
PUSTAKA :
Yulianti, R., Dedi, D.,
Pulus, D. 2018. Women Leadership:
Telaah Kapasitas Perempuan Sebagai Pemimpin. MADANI Jurnal Politik dan Sosial Kemasyarakatan Vol 10 (2).
Kolb, J. 1999. Pengaruh peran gender, sikap menuju
kepemimpinan, dan kepercayaan diri pada munculnya pemimpin: implikasi untuk
pengembangan kepemimpinan. Pengembangan Sumber Daya Manusia Triwulanan. Vol.
10 (4).
Jamieson, KH. 1995. Di luar Ikatan Ganda: Wanita dan
Kepemimpinan. Oxford University Press, New York, NY.
0 komentar:
Posting Komentar