Essay Syarat Ujian
Akhir Semester Tiga Mata Kuliah Psikologi Sosial II Tahun Ajaran 2021/2022
Dosen Pengampu: Dr.,
Dra. Arundari Shinta, M.A
Rosita Permatahati
NIM 20310410075
FAKULTAS PSIKOLOGI
PROGRAM PENDIDIKAN PSIKOLOGI
UNIVERSITAS
PROKLAMASI 45 YOGYAKARTA
Tahun
2018, jumlah tahanan di Indonesia mencapai 256.273 sedangkan tahanan laki-laki
sekitar 241.402 tahanan. Dalam kurun waktu tiga tahun penambahan tahanan di
Indonesia mencapai 80.000 tahanan (AntaraNews, 2018). Angka tersebut tentunya
tidak sebanding dengan kapasitas penjara yang tersedia, rata-rata penjara di
Indonesia sudah melebihi kapasitas atau overload (Kompas, 2021). Sedangkan
untuk tahanan perempuan pada tahun 2018 sebanyak 13.569 tahanan (Kompas, 2018).
Perbandingan antara jumlah tahanan laki-laki dan perempuan sangat jauh, tahanan
laki-laki 200.000 jiwa lebih dibanding jumlah tahanan perempuan. Bila saat ini
akan dibuatkan penjara baru itu hanya akan bisa menampung sekitar 35 ribu
tahanan saja (AntaraNews, 2018).
Apakah
gender mempengaruhi perilaku agresif? Sehingga penjara di penuhi oleh laki-laki.
Perilaku agresif merupakan perilaku yang bertujuan untuk merusak, menghilangkan
benda atau sesuatu milik orang lain baik secara verbal atau non verbal (Saputra.
Et., al, 2017). Pada penelitian yang dilakukan oleh Fitri dkk pada tahun 2017 menunjukkan
hasil bahwa tingkat agresif laki-laki lebih besar dari pada perempuan. Penelitian
juga dilakukan oleh Merdekasari dan Caer pada tahun 2017 dengan kesimpulan yaitu
tingkat perilaku agresif pada laki-laki lebih tinggi dari pada perempuan.
Laki-laki
dikatakan lebih agresif dari pada perempuan karena laki-laki menghasilkan hormon
testosteron dan progesteron yang mana kedua hormon tersebut dapat meningkatkan tingkat
agresifitas pada laki-laki, sedangkan perempuan menghasilkan hormon estrogen yang
mempengaruhi perasaan dan psikis (Suhardi, 2015). Berbedaan hormon tersebut merupakan
faktor biologis yang mana sudah dibawa sejak individu lahir.
Jadi,
gender sangat mempengaruhi tingkat agresifitas seorang individu yang mana laki-laki
memproduksi hormon yang dapat meningkatkan agresifitas. Jadi tidak heran jika laki-laki
lebih mudah berperilaku agresif dari pada perempuan. Dan perilaku agresif yang merusak
dan tidak bisa di kontrol oleh individu itu sendiri membuat ia menjadi tahanan sehingga
jumlah tahanan di Indonesia meningkat . Perlu sekali bagi pemerintah untuk menambah
penjara di Indonesia serta sosialisasi mengenai pertahanan diri yang baik agar perilaku
agresifitas tidak merusak atau merugikan orang lain.
DATAR
PUSTAKA
Suhardi. (2015). Pengaruh perbedaan jenis kelamin
dan pengetahuan konsep dasar ekologi terhadap kepedulian lingkungan, Jurnal Penelitian
Pendidikan Agama dan Keagamaan, 14(1). April 117-132.
Kompas. (2021). 9 lapas dengan kelebihan penghuni
terbesar di indonesia https://amp.kompas.com/nasional/read/2021/09/10/15065291/9-lapas-dengan-kelebihan-penghuni-terbesar-di-indonesia
diakses pada tanggal 9 Januari 2022.
Antaranews. (2018). Jumlah tahanan di Indonesia
terlalu banyak https://m.antaranews.com/berita/697815/jumlah-tahanan-di-indonesia-terlalu-banyak
diakses pada tanggal 9 Januari 2022.
Merdekasari, Arih & Tqriqul Chaer.
(2017). Perbedaan perilaku agresif antara siswa laki-laki dan siswa perempuan di
SMPN 1 Kasreman Ngawi, Jurnal Psikoligi Pendidikan & Konserling.
3(1) Juni 53-60.
Fitri, S., Luawo, M. I. R., & Puspasari,
D. (2016). Gambaran agresifitas pada remaja laki-laki siswa SMA DI Jakarta, Jurnal
Bimbingan Konseling. 5(2). Desember 155-168.
Saputra, W. N. E., Hanifah, N., & Widagdo,
D., N. (2017). Perbedaan tingkat perilaku agresif berdasarkan jenis kelamin pada
siswa sekolah menengah kejuruan kota yogyakarta, Jurnal Kajian Bimbingan dan
Konserling. 2(4). Desember 142-147.
0 komentar:
Posting Komentar