Senin, 03 Januari 2022

KENALI FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA POST POWER SYNDROME PADA LANSIA PENSIUNAN

Kenali faktor penyebab terjadinya  post power sindrome pada lansia pensiunan 

Syarat Essay I Ujian Akhir Semester
Psikologi Sosial II 
Nama : Siti Harnisa Taonu/20310410016
Fakultas Psikologi 
Universitas proklamasi 45 Yogyakarta 
Dosen Pengampu : Dr. Arundati Shinta M.A


Syndrome adalah kumpulan gejala gejala negatife ,sedangkan power adalah kekuasaan,dan post adalah pasca,Dengan demikian,post power syndrome artinya gejala-gejalaa setelah berakhirnya kekuasaan,Post power syndrome adalah ketakutan menghadapi masa transisi pasca pensiun,membuat banyak orang mengalami problem serius baik dari sisi kejiwaan maupun fisik,terlebih individu yang memiliki ambisi yang besar serta sangat menginginkan posisi yang tinggi dalam pekerjaannya.Hal ini akan sangat rentan bagi individu untuk mengalami goncangan ketika pensiun
Usia lanjut ialah periode penutup dalam rentang hidup seseorang.Masa ini dimulai dari umur 60 tahun sampai akhir hayat,yang ditandai oleh adanya perubahan yang bersifat fisik dan psikologis yang semakin menurun.Adapun ciri-ciri yang berkaitan dengan penyesuaian pribadi dan sosialnya sebagai berikut :perubahan yang menyangkut kemampuan motorik, kekuatan fisik, perubahan dalam fungsi psikologis, perubahan dalam sistem saraf, dan penampilan.
Faktor-faktor penyebab seseorang mengalami Post-Power Syndrome menurut Turner dan Helm (1983)yakni 
a.kehilangan jabatan (kepimilikan jabatan ) yaitu kehilangan harga diri karena hilangnya jabatan individu merasa kehilangan perasaan memiliki atau dimiliki.
b.kehilangan hubungan dengan kelompok eksklusif misalnya misalnya kelompok Perwira Tinggi, kelompok Komandan, Kelompok Manager, dan lain-lain yang semula memberikan kebangaan tersendiri kehilangan.
c.kewibawaan atau kehilangan perasaan berarti dalam satu kelompok tertentu Misalnya saja, kehilangan kewibawaan di depan anak buah atau lingkungan sekitar karena sudah tidak menjabat lagi.
d.kehilangan kontak sosial yang berorientasi pada pekerjaan pada pekerjaan, dengan jabatan yang jelas, maka seseorang memiliki kerangka pelaksanaan tugas yang jelas, yang berpengaruh terhadap kontak sosial pula.Pensiun tentunya menyebabkan individu kehilangan sebagian besar kelompok sosialnya.
e.kehilangan sebagoan sumber penghasilan yang terkait dengan jabatan yang pernah dipegang .Bagi saejumlah individu, tidak bekerja lagi berarti hilangnya sumber keuangan.Hal ini mengakibatkan berubahnya cara atau pola hidup individu dan keluarganya, yang sebelumnya hidup dengan berlebihan atau berkecukupan, kini harus bisa lebih hemat.

Untuk meminimalisir adanya permasalahan yang menjadi penyebab berkembangnya post power syndrome, lebih lanjut Turner dan Helms (1983) mengemukakan kiat-kiat yang harus dilakukan,yaitu:
1.Pertama:Perlu belajar memahami, bahwa jabatan atau kekuasaan itu adalah karunia atau amanat dari Tuhan yang maha Esa.
2.Kedua:Harus ada kesadaran bahwa kekuasaan itu hanya bersifat sementara dan tidak bersifat permanen atau mapandan harus menyiapkan diri apabila suatu saat kekuasaan itu akan lepas atau ditarik dari kita.
3.Ketiga:Selama berkuasa, sebaiknya tidak memikirkan bagaimana mempertahankan kekuasaan,tetapi melakukandan menjalankan kekuasaan itu sebaik-baiknya, dan pikirkan untuk melakukan kaderisasi.
4.Keempat:Perlu belajar rendah hati, hindarkan sikap mentang-mentang.
5.Kelima:Tingkatkan hubungan baik atau relasi dengan teman sejawat, bawahan atau pihak lain, dalam rangka memuaskan jaringan sebagai bekal selepasdari jabatan.
6.Keenam:Menanamkan nilai kebaikan selama berkuasa, jangan menyakiti hati dan menindas orang.
7.Ketujuh:Meningkatkan nilai kemampuan dan keterampilan lain diluar dari jabatan atau pekerjaan yang sedang ditekuni,sebagai bekal di kemudian hari ( Refael,2015)

Post-power syndrome dapat menyerang siapa saja, baik pria maupun wanita.Baik tua maupun muda Kematangan emosi dan kehangatan keluarga sangat membantu untuk melewati fase ini.Dan cara untuk mempersiapkan diri menghadapu post-power syndrome antara lain gemar menabung,hidup sederhana, banyak olahraga dan pandai bersosialisasi.Karenabila post-power syndrome menyerang, sementara penderita sudah terbiasa hidup mewah, makan yang berlemak, dan sebagainya, akibatnya akan lebih parah (Rini,2015).

Daftar Pustaka 

Fadilah, N (2014) Pensiunan Lansia dalam Menghadapu Post-Power Syndrome.Jurnal Sosiologi Islam, vol.1 No. 1, Surabaya: UIN Surabaya

Khodijah,”Post Power Syndrome Lansia Pensiunan PNS di Kota Surabaya. Biokultur, Vol. VII/No.1/Januari-Juni 2018



0 komentar:

Posting Komentar