Essay Ujian Akhir Semester
Psikologi Lingkungan
Gideon Petra Malia
20310410066
Fakultas Psikologi
Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta
Dosen Pengampu: Dr. Arundati Shinta, M.A
Ket. Gambar: Standing/Pot Tanaman hias dari stik es bekas
Berdasarkan data dari KLHK (Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan), komposisi sampah berdasarkan jenisnya, sisa makanan adalah jenis
sampah terbesar dengan 30,5% dan komposisi sampah berdasarkan sumbernya yaitu
dari rumah tangga menyumbang 40,8%. Kedua komposisi sampah tersebut sama-sama
menempati peringkat pertama pada tahun 2021. Berdasarkan data yang dilansir
dari ayobandung.com, 50% dari limbah adalah sisa makanan, Economic Intelligence
Unit (EIU) pada tahun 2016 juga melaporkan, Indonesia menempati posisi kedua
sebagai negara dengan sampah makanan terbanyak di dunia setelah Arab Saudi.
Menurut (Kollmuss & Agyeman, 2002), perilaku pro
lingkungan adalah perilaku yang tumbuh dari kesadaan individu untuk mengurangi
dampak negatif dari tindakan individu terhadap alam dan pembangunan, seperti
meminimalkan penggunaan sumber daya, penghematan konsumsi energy, penggunaan
bahan yang tidak beracun, pengurangan produksi sampah. Cara yang bisa dilakukan
adalah salah satunya dengan melakukan composting.
Salah satu cara yang sudah ditawarkan di beberapa tempat
adalah mempromosikan home composting daripada melakukan composting
tersentralisasi di tempat pembuangan sampah (Lundie & Peters, 2005). Di
Indonesia hal ini juga sudah banyak dipromosikan. Selain itu, daur ulang sampah
makanan dan kemasan bekas makanan juga banyak dikenalkan. Hal ini karena
kegiatan daur ulang sampah makanan dan kemasannya memiliki dampak yang baik
terhadap pengurangan sampah makanan (Irani et al., 2017). Beberapa penelitian
telah Membuktikan bahwa perilaku mendaur ulang dapat meningkatkan kesadaran
lingkungan yang nanti akan berdampak pada penurunan produksi sampah Makanan
(Abdelradi, 2018).
Beberapa sampah makanan yang dapat diubah menjadi pupuk
kompos: Sampah sisa makanan mulai dari sayur-sayuran hingga daging busuk, bumbu
dapur kadaluarsa. Sementara itu yang tidak bisa dimanfaatkan menjadi pupuk
kompos adalah:Tumbuhan yang terkenan penyakit, miinyak goreng Kacang walnut
Boks minuman yang dilapisi bahan metal Kaca Boks kardus makanan
Alat yang dibutuhkan:
•
Tong atau ember dengan penutup
•
Sarung tangan
Selain sampah rumah tangga yang dapat diubah jadi pupuk
kompos, bahan-bahan lain yang dibutuhkan:
•
Tanah
•
Air
Langkah-langkah membuat pupuk kompos:
•
Siapkan sampah organik yang akan diolah menjadi
pupuk kompos.
•
Masukkan tanah secukupnya ke dalam wadah yang
telah diisi dengan sampah organik. Sesuaikan ketebalan tanah dengan wadah dan
volume sampah organik.
•
Siram permukaan tanah tersebut menggunakan air
secukupnya. Kalau mau lebih cepat prosesnya, masukkan larutan EM4 yang bisa
didapat di toko yang menjual keperluan bercocok tanam.
•
Pastikan sampah disimpan secara merata. Sebisa
mungkin ketebalan sampah setara dengan ketebalan tanah.
•
Bila sudah menjelang penuh, masukkan lagi tanah
ke dalam wadah yang akan berperan sebagai penutup sampah.
•
Tutup wadah dengan rapat dan biarkan sekitar
tiga minggu. Pastikan wadah pembuat pupuk kompos tidak terkontaminasi oleh air
hujan, hewan dan paparan sinar matahari.
Kesadaran masyarakat terhadap lingkungan harus mulai
dibenahi. Kita dan masyarakat lainnya sudah harus mulai peduli atas
sampah-sampah yang kita buang, khususnya sampah makanan yang menjadi penyumbang
jenis sampah terbesar. Mahasiswa adalah sebuah status di masyarakat yang
dipercaya memiliki keberanian dan power untuk memperbaiki dunia. Tidak hanya
sebatas status saja, mahasiswa harus bisa memanfaatkan kepercayaan masyarakat
dengan baik. Sehingga jika bukan kita, kepada siapa lagi kita harus menaruh harapan?
Dengan menjaga lingkungan, maka kita sebagai manusia hari ini dapat hidup
semakin tenang. Kita juga bisa bangga turut berkontribusi pada salah satu upaya
pembangunan berkelanjutan. Kita juga bisa mulai untuk membangun kegiatan
ini dengan mengajak teman-teman sesama mahasiswa untuk bergabung dalam kegiatan
peduli lingkungan.
Referensi
Abdelradi, F. (2018). Food waste behaviour at the household
level : A conceptual framework. Waste Management, 71, 485–493. http://doi.org/10.1016/j.wasman.2017.10.001
Irani, Z., Sharif, A. M., Lee, H., Aktas, E., & Sahuda,
S. (2017). Managing food security through food waste and loss : Small data to.
Computers and Operations Research, 0, 1–17. http://doi.org/10.1016/j.cor.2017.10.007.
Lundie, S., & Peters, G. M. (2005). Life cycle
sssessment of food waste management options. Journal of Cleaner Production, 13,
275–286. http://doi.org/10.1016/j.jclepro.2004.02.020
Kollmuss, A., & Agyeman, J. (2002). Mind the Gap : Why
do people act environmentally and what are the barriers to pro- environmental
behavior ?, (July 2013), 37–41.
https://www.ayobandung.com/bandung/pr-79630458/peduli-sampah-untuk-masa-depan-yang-lebih-baik
https://sipsn.menlhk.go.id/sipsn/
0 komentar:
Posting Komentar