Tugas Mata Kuliah Teknik Penyusunan Skripsi
Dosen
Pengampu: Dr., Dra. Arundati Shinta, M.A
Rahayu
(20310410061)
Fakultas
Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta
Topik |
Alexithymia, Agresivitas, Remaja |
Sumber |
Siti Nurfitria & Iin Inayatul Machsunah. (2019).
Keterkaitan Alexithymia dengan
Perilaku Agresif pada Remaja Laki-Laki. June | Volume xx | Issue xx. |
Permasalahan |
Permasalahan pada penelitian ini adalah berkaitan dengan penelitian
terlebih dahulu mengenai agresi merupakan bentuk luapan emosi negatif yang
tidak dapat dikontrol, seperti rasa frustrasi dan amarah disertai rasa tidak
suka yang kuat. Akan tetapi, penelitian selanjutnya menyatakan adanya masalah
dalam fungsi emosional juga dapat menyebabkan munculnya agresivitas, seperti
rendahnya kesadaran emosi. Penelitian yang telah dilakukan oleh Jannah (2018)
terhadap remaja awal di SMPN A Surabaya dapat diketahui bahwa, terdapat 88%
remaja yang pernah melakukan perilaku mengumpat, 68% pernah memaki, 86%
pernah menghina, 62% pernah mengancam, 92% pernah mengejek, 76% pernah
memukul, 66% pernah berkelahi, 46% pernah merusak barang saat marah, 90%
pernah bermusuhan, 84% mudah marah. Dari hasil penelitian pendahuluan yang
dilakukan di SMPN A Surabaya tersebut menunjukkan bahwa remaja cenderung
rentan melakukan perilaku agresif. |
Tujuan Penelitian |
Tujuan penelitian ialah untuk menguji hubungan antara
alexithymia dan agresivitas pada remaja sehingga tipe penelitian yang
digunakan adalah menggunakan kajian teoritis atau dengan membandingkan dengan
penelitian terlebih dahulu . |
Isi |
·
Berkowitz
mendefinisikan agresi sebagai segala bentuk perilaku yang dimaksudkan untuk
menyakiti seseorang baik secara fisik maupun mental Sobur(2013). Secara umum
agresi menurut Sarason dapat diartikan sebagai suatu serangan yang dilakukan
oleh suatu organisme terhadap organisme lain, obyek lain atau bahkan pada
dirinya sendiri. ·
Perilaku
agresif erat kaitannya dengan tindakan diluar kontrol diri manusia. Individu
bisa saja tiba-tiba memberikan respon negatif atas sebuah stimulus kejadian
yang menimpanya tanpa berpikir akibat yang akan ditimbulkan. Hal ini
dijelaskan dalam Susantyo (2016) menyatakan, perilaku agresif bisa juga
diartikan sebagai luapan emosi atas reaksi terhadap kegagalan individu yang
ditunjukkan dalam bentuk “perusakan” terhadap orang atau benda dengan
disertai unsur kesengajaan yang bisa diekspresikan melalui kata-kata (verbal)
dan perilaku nonverbal. ·
Berdasarkan
penelitian Konrath et al. (2012) orang dengan level alexithymia tinggi tidak
memiliki kemampuan untuk menafsirkan perasaan mereka secara benar, namun
mereka tidak membenarkan bahwa tenggapan perasaa itu salah sehingga
meningkatkan kemarahan individu yang menjadikan mereka lebih agresif. Orang
yang level alexithymia nya rendah, lebih selaras respon emosinal, tidak
melihat mereka sebagai lebih agresif |
Metode |
·
Teknik
pengumpulan data atau metode penelitian dalam penelitian ini menggunakan kajian
teoritis dan melanjutkan dari penelitian terlebih dahulu yang menggunakan
metode penelitian kuesioner, oleh karena itu diperlukan penelitian lebih
lanjut mengenai topik atau judul penelitian ini. |
Hasil |
Berdasarkan kajian teoritis di
atas terdapat keterkaitan antara alexithymia dengan perilaku agresif pada
remaja laki-laki. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui hubungan
antara alexithymia dengan perilaku agresif pada remaja laki-laki. Sosialisasi
mengenai alexithymia dibutuhkan oleh guru dan orang tua sehingga nantinya
siswa dengan perilaku agresif yang ternyata mempunyai level alexithymia
tinggi tidak terlambat untuk mendapat bantuan profesional. |
Diskusi |
Berdasarkan
hasil penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Teten et al.(2008) yang
membahas keterkaitan antara empati dan alexithymia dengan agresi impulsif.
Penelitian ini menggabungkan penelitian neurobiologis dengan faktor bahasa
sebagai emulasi agresi. Hasil penelitian secara kuantitatif menunjukkan
adanya hubungan positif yang menujukkan bahwa empati dikaitkan dengan agresif
verbal secara umum dan alexithymia dikaitkan dengan agresi impulsif sehingga alexithymia
dalam agresi impulsif memiliki implikasi sebagai etiologi, pencegahan dan
pengobatan. Hasil tes tersebut membenarkan hipotesis bahwa proses emosional
yang bergantung pada bahasa terlibat dalam pengembangan agresi impulsif.
Hasil menunjukkan bahwa secara khusus, defisit dalam empati terkait dengan
tingkat agresi verbal yang lebih tinggi dan alexithymia sebagai defisit
kesadaran emosional dengan karakteristik pemrosesan emosional dan bahasa,
secara unik di kaitkan dengan agresi impulsif. |
0 komentar:
Posting Komentar