RESPONS MASYARAKAT INDONESIA MENGHADAPI
PANDEMI COVID-19
Chelsea Oktavia Anjani
22310410027
Dosen Pengampu : Dr., Dra. ARUNDATI
SHINTA MA
Fakultas Psikologi Universitas
Proklamasi 45 Yogyakarta
Topik |
Adaptasi, Individual, Kolektif,
Pandemi COVID-19 |
Sumber |
Minza, W.M., Faturochman., Muhiddin,
S. & Anggoro, W.J. (2022). Adaptasi individual dan kolektif: Respons
masyarakat Indonesia menghadapi pandemi COVID-19. Jurnal Psikologi Sosial. 20(1), Februari (2022), 01-15. |
Permasalahan |
·
Adaptasi
aktif terhadap pandemi dapat dilakukan baik secara kognitif maupun emosional
yang lebih lanjut dapat dibedakan menjadi dua. Adaptasi aktif konstruktif
dilakukan secara intensional dan dimanifestasikan dalam bentuk perilaku yang
memiliki konsekuensi positif. Sebaliknya, adaptasi bersifat aktif-destruktif
dapat diwujudkan dalam perilaku yang memiliki konsekuensi negatif bagi
pelakunya.
·
Adaptasi
pasif yang berupa suatu proses pasif yang mana individu secara intensional
menerima situasi dan pasrah; ditandai dengan pengharapan atas hal eksternal
di luar diri mereka. Hasil riset menunjukkan bahwa Pandemi telah membuat
orang-orang di Indonesia menjadi lebih mendekatkan diri kepada Tuhan dan
mempercayai rencana Tuhan.
·
Adaptasi
secara berkelompok (kolektif) ketika berada dalam kondisi terancam. Dalam
situasi penyebaran wabah di Indonesia, individu juga dapat menunjukkan pola
pikir zero-sum yaitu pola pikir dalam konteks kompetisi yang mana keuntungan
bagi seorang individu merupakan kerugian bagi individu lain. Jadi, individu
akan cenderung memikirkan keselamatan diri dan keluarganya daripada harus
bekerjasama dalam skala yang lebih besar. |
Tujuan
Penelitian |
Penelitian ini bertujuan untuk
mengeksplorasi proses adaptasi masyarakat dalam menghadapi pandemi COVID-19
di Indonesia. |
Isi |
·
Pandemi
COVID-19 yang menimbulkan kecemasan dan stres dapat direspon oleh individu
sebagai bentuk strategi koping , mekanisme
koping merujuk pada adaptasi psikologis. Strategi koping dapat diartikan
sebagai upaya kognitif dan perilaku untuk memodulasi tuntutan internal dan
eksternal yang dinilai melebihi sumber daya pribadi.
·
Secara
umum, pandemi telah memberikan efek yang besar pada ekonomi dan infrastruktur
masyarakat secara lebih luas. Dimulai dari masyarakat yang terinfeksi virus,
kemudian dapat mengalami sakit fisik maupun psikologis dan tidak dapat
melakukan pekerjaanpekerjaan mereka sehingga memengaruhi pelayanan esensial
secara luas.
·
Beberapa
penelitian di Indonesia telah menunjukkan proses adaptasi menghadapi COVID19.
Proses adaptasi tersebut terutama merupakan proses adaptasi psikologis dalam
hal ini strategi koping. Dari temuan yang ada, strategi koping yang diadopsi
di Indonesia berfokus pada emosi seperti penilaian diri, kontrol diri dan
berdoa, maupun dengan menitikberatkan pada penyelesaian masalah, seperti
pemecahan masalah yang terencana dan pencarian dukungan social
·
Penelitian-penelitian
yang telah dilakukan tersebut umumnya menekankan pada adaptasi psikologis
yang dilakukan pada level individu. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan
untuk mengeksplorasi proses adaptasi masyarakat Indonesia terhadap Pandemi
COVID-19 secara umum pada masa-masa awal kemunculannya di Indonesia, tidak
saja pada level individu, tetapi juga pada level kelompok. Hasil penelitian
ini dapat memberikan pemahaman tentang cara ataupun pola masyarakat Indonesia
merespon kondisi ketidakpastian dari perspektif adaptasi psikologis. |
Metode |
·
Metode
penelitian yang digunakan adalah kuantitatif deskriptif. Responden merupakan
masyarakat Indonesia tanpa adanya kriteria khusus, yang dipilih dengan teknik
convenience sampling. Sebanyak 544 responden mengisi survei melalui Google
Form.
·
Sebanyak
63% responden adalah perempuan (lakilaki = 37%). Sebagian besar responden
berusia 21 hingga 40 tahun (66%), sebanyak 20% responden berusia diatas 40
tahun, sementara itu hanya sekitar 14% yang berusia di bawah 20 tahun.
Sejalan dengan variabel usia, sebagian besar responden menempuh pendidikan S1
ataupun Diploma (60%). Responden yang menjalani pendidikan pascasarjana
menempati urutan kedua (31%). Hanya sebanyak 9% responden yang merupakan
pelajar, dalam hal ini siswa SMA.
·
Berdasarkan
wilayah tempat tinggalnya, sebanyak 43% responden tinggal di kota menengah;
39% berada di kota besar. Hanya 6% responden yang hidup di kota kecil dan 3%
responden di kota terisolasi. Selanjutnya, responden juga dibedakan
berdasarkan risiko wilayah yang mana sebagian besar responden (71%) berada di
wilayah berisiko terkait penyebaran COVID-19 (ditinjau dari penderita yang
meninggal karena terkonfirmasi6,1% meninggal dari yang terkonfirmasi),
sisanya berada di wilayah tidak berisiko |
Hasil |
Responden merasakan kecemasan tinggi
terkait dengan kemungkinan jatuh sakit dan ketidakmampuan membantu
orang-orang dekat yang dicintai. Kecemasan pada level sedang cenderung
dikaitkan dengan ketidakpastian dan kejadian-kejadian yang akan datang.
Sementara itu, kecemasan rendah berkaitan dengan kecemasan akan kehilangan
kontrol. Hal ini dapat mengindikasikan bahwa mereka yang memiliki kecemasan
tinggi dan sedang kemungkinan merasa tidak memiliki kontrol akan kejadian
pandemi ini. Sebaliknya, mereka yang memiliki kecemasan rendah kemungkinan
merasa memiliki kontrol yang lebih besar. |
Diskusi |
Individu akan melakukan mekanisme
adaptasi apabila menghadapi stimulus-stimulus ancaman dari lingkungan,
termasuk pandemik COVID-19, yang mengakibatkan perubahan terhadap tatanan
kehidupannya. Seperti halnya tinjauan psikologis terhadap adaptasi,
penelitian ini menunjukkan berbagai bentuk adaptasi individual yang
dilakukan, baik berupa adaptasi aktif yang bersifat konstruktif maupun yang
bersifat destruktif. Penelitian ini juga menemukan bahwa pola adaptasi pasif
tidak selalu bersifat destruktif, tapi justu dapat bersifat konstruktif,
seperti berbagai bentuk doa yang dapat mendukung optimisme menghadapi dampak
COVID-19 di Indonesia. Temuan menarik lainnya adalah bahwa adaptasi
individual bukan satu-satunya bentuk adaptasi yang dilakukan, melainkan juga
berkembangnya adaptasi kolektif atau komunal yang cukup menonjol; dengan
solidaritas, terutama solidaritas reflektif, sebagai esensi dari upaya
bersama. Pengembangan adaptasi kolektif juga didukung nilai-nilai kolektif
masyarakat Indonesia. |
0 komentar:
Posting Komentar