Senin, 12 Mei 2025

Antonius Wikan Purwanto-23310410110-Essai UTS 9

                             Prinsip Hirarki Pengelolaan Limbah

PSIKOLOGI LINGKUNGAN

Dosen Pengampu:

Dr. ARUNDATI SHINTA, M.A


Antonius Wikan Purwanto

23310410110


FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS PROKLAMASI 45 YOGYAKARTA 2025


1. EPA mengembangkan hierarki pengelolaan bahan tidak berbahaya dan limbah dengan menyadari bahwa tidak ada pendekatan pengelolaan limbah tunggal yang cocok untuk mengelola semua bahan dan aliran limbah dalam semua keadaan.

Hirarki ini mengurutkan berbagai strategi pengelolaan dari yang paling disukai lingkungan hingga yang paling tidak disukai lingkungan. Hirarki ini menekankan pada pengurangan, penggunaan kembali, daur ulang, dan pengomposan sebagai kunci pengelolaan material yang berkelanjutan. Strategi-strategi ini mengurangi emisi gas rumah kaca yang berkontribusi terhadap perubahan iklim. 

Berikut penjelasan mengenai gambar yang menunjukkan 6 prioritas dalam pengelolaan limbah, dari yang paling disarankan hingga yang paling tidak disarankan. Pendekatan ini sering dikenal sebagai hierarki pengelolaan limbah, yang bertujuan untuk mengurangi dampak negatif limbah terhadap lingkungan dan kesehatan.

Langkah pertama yang paling disarankan adalah mencegah timbulnya limbah pada sumbernya (waste avoidance/waste prevention) sehingga tidak dihasilkan limbah (zero waste). Upaya pencegahan ini dapat dilakukan melalui penerapan prinsip produksi bersih (clean production) yaitu melalui
penerapan teknologi bersih, pengolahan bahan, substitusi bahan, pengaturan operasi kegiatan, memodifikasi proses produksi, mempromosikan penggunaan  bahan-bahan yang tidak berbahaya dan beracun atau lebih sedikit kadar bahaya dan racunnya, menerapkan teknik konservasi, dan menggunakan kembali bahan daripada mengolahnya sebagai limbah sehingga dapat  mencegah terbentuknya limbah dan pencemar.

 Langkah yang kedua, apabila pencegahan tidak dapat dilakukan, adalah dengan berupaya melakukan minimisasi atau pengurangan limbah (waste minimization/reduction). Upaya minimisasi limbah ini juga dapat dilakukan denga cara menerapkan produksi bersih. Penggunaan teknologi yang terbaik yang tersedia
(best available technology/BAT) dapat membantu mengurangi konsumsi energi dan sumber daya alam secara signifikan yang pada akhirnya dapat mengurangi timbulnya limbah.

Langkah yang ketiga adalah pemanfaatan dengan cara penggunaan kembali (reuse). Reuse adalah penggunaan kembali limbah dengan tujuan yang sama tanpa melalui proses tambahan secara kimia, fisika, biologi, dan/atau secara termal. Contoh sederhana dari konsep reuse ini adalah menggunakan sisi kertas yang masih kosong dari kertas bekas untuk menulis atau untuk membuat amplop.

Langkah keempat adalah pemanfaatan dengan cara recycle, yaitu mendaur ulang komponen-komponen yang bermanfaat melalui proses tambahan secara kimia, fisika, biologi, dan/atau secara termal yang menghasilkan produk yang sama ataupun produk yang berbeda. Contoh sederhana dari konsep recycle ini adalah mengolah kertas bekas yang sudah tidak dipakai lagi untuk dijadikan kertas hasil daur ulang (recycled paper) dengan suatu proses tertentu.

Langkah yang kelima adalah pemanfaatan limbah dengan cara recovery, yaitu perolehan kembali komponen-komponen yang bermanfaat dengan proses kimia, fisika, biologi, dan/atau secara termal. Contoh dari konsep recovery ini adalah penggunaan limbah sekam padi (rice husk) sebagai substitusi bahan bakar.

Langkah yang keenam adalah pengolahan (processing) limbah dengan metode yang memenuhi persyaratan lingkungan dan keselamatan manusia. Contoh pengolahan yang umum adalah pembakaran limbah (insinerasi) dan penimbunan (landfilling). 

Penerapan prinsip hirarki limbah yang konsisten dapat mengurangi jumlah limbah sehingga bisa menekan biaya pengolahan limbah dan juga dapat meningkatkan kemanfaatan bahan baku yang pada gilirannya dapat mengurangi kecepatan pengurasan sumber daya alam. Bagi perusahaan dan masyarakat, penerapan prinsip hirarki pengelolaan limbah dapat berarti efisiensi biaya dan keuntungan secara ekonomi.

Meskipun prinsip hirarki pengelolaan limbah sudah ditegaskan dalam peraturan perundang-undangan Indonesia, namun sayangnya, sebagian besar limbah di Indonesia masih dibuang secara sembarangan (open dumping). Salah satu faktor yang berkontribusi terhadap kondisi ini adalah tidak adanya kebijakan pengelolaan limbah yang terintegrasi antara pencegahan (prevention) dan pengendalian (control), dengan menerapkan prinsip hirarki pengelolaan limbah secara konsisten.

2. Prinsip Keberlanjutan dalam Pengelolaan Limbah Pengelolaan limbah yang berkelanjutan adalah pendekatan yang mempertimbangkan dampak sosial, ekonomi, dan lingkungan. Keberlanjutan dalam pengelolaan limbah mencakup pengembangan kebijakan yang mendukung pengurangan, penggunaan kembali, daur ulang, serta mendorong partisipasi masyarakat dalam proses pengelolaan (Dr. Sophia Ansari & Dr. Tushar Savale, 2024)

Kritik:

-Dunia saat ini tengah mengalami kondisi krisis kesadaran ekologi. Pengaruh konsumerisme menjadikan manusia dibumi melakukan aktivitas konsumsinya dengan semena-mena. Tentu saja hal tersebut, akhirnya dapaat ditangkap sebagai suatu peluang bisnis oleh para produsen untuk meraup keuntungan yang maksimal. Kerusakan bumi pun tidak dapat dihindarkan, perubahan cuaca ekstrim baru-baru ini sering melanda kehidupan bumi akibat ketidakdisiplinan manusia dalam mengelola konsumsi.

- Berbeda dengan model ekonomi linier maka konsep ekonomi sirkular tidak mengusung model yang lurus akan tetapi lebih bersifat melingkar melalui prinsip 3R (Reduction, Reuse dan Recycling) sehingga jika dalam ekonomi linier proses akhir dari proses produksi berakhir dispose akan tetapi dalam model ekonomi sirkular didesign dari product, use, end of life, remanufacture (Valavanidis, 2018). Dalam hal ini, hasil produksi atau sisa konsumsi yang tidak lagi memiliki values dalam ekonomi sirkular diubah menjadi produk yang bisa dimanfaatkan kembali. Selain terdapat alasan ekonomis juga menjaga kelestarian dan keharmonisan ekosistem lingkungan.

- Perubahan konsep dari linier economy menjadi circular economy menjadi keharusan untuk menyelesaikan persoalan krisis yang dihadapi oleh dunia. Hingga saat ini upaya untuk menyelesaikan persoalan krisis degradasi lingkungan telah banyak dilakukan, salah satu aktivitas yang dianggap sebagai kontributor dari degradasi lingkungan adalah aktivitas perekonomian. Sehingga neoclassical economy sebagai tata kelola mainstream ekonomi di seluruh dunia dengan mekanisme pasarnya dan konsep GDP dianggap sebagai salah satu penyebab dari krisis lingkungan yang sedang terjadi (Daly & Farley, 2004).

Komentar saya:

Oleh karena itu, tulisan ini hadir sebagai bentuk deskripsi tentang makna, konsep dan implementasi ekonomi sirkular dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, tulisan ini juga bertujuan melakukan analisis terkait dengan tawaran konsep yang tepat untuk model perekonomian masa yang akan datang dan berkelanjutan.

A. Ekonomi Linier (Liniar Economy) dan Ekonomi Sirkular (Circular Economy) Pembahasan tentang ekonomi sirkular, maka harus diawali dari pembahasan tentang epistimologis dari ekonomi sebagai sebuah sistem, karena keberadaan ekonomi sirkular tidak lain muncul akibat dari ketidak sempurnaan dari ilmu ekonomi itu sendiri. Sehingga dengan mengetahui konsep-konsep penting dari ilmu ekonomi, kita dapat mengetahui akar persoalan kemunculan ekonomi sirkular tersebut.

B. Ekonomi Sirkular dan Masa Depan Berkelanjutan Selanjutnya bagaimana hubungan antara ekonomi sirkular dengan masa depan berkelanjutan? Masa depan berkelanjutan merupakan bagian terpenting dalam setiap kajian mengenai konsep ekonomi. Masa depan berkelanjutan merupakan bagian dari citacita Sustainable Development. Keberadaan ekonomi sirkular juga berkaitan dengan Green Economics, bahwa konsep- konsep tersebut muncul sebagai antitesa dari konsep ekonomi konvensional yaitu sistem ekonomi neoklasik dengan berbagai macam kelemahan teoritisnya.

C. Circular Economy sebagai Bisnis Model Baru dalam Perekonomian Salah satu output yang diharapkan dari ekonomi sirkular terutama sebagai sarana untuk menuju Sustainable Development dan menjadi harapan baru dalam tata kelola perekonomian, khususnya untuk menyelesaikan kegagalan dari ekonomi liberal. Sebagai sebuah tata kelola baru dalam model perekonomian maka ekonomi sirkular diharapkan dapat memberikan solusi terutama dalam menyelesaikan dampak lingkungan dalam sistem produksi.

 

DAFTAR PUSTAKA:

Beckerman, W. (1992). Development Economic and the Environment Conflict or Complemented.

Alawa, B., Galodiya, M. N., & Chakma, S. (2022). Source reduction, recycling, disposal, and treatment. In Hazardous Waste Management (pp. 67–88). Elsevier. https://doi.org/10.1016/B978-0-12-824344- 2.00005-7

Sumber : www.ecotasgroup.com

https://www.epa.gov/smm/sustainable-materials-management-non-hazardous-materials-and-waste-management-hierarchy



0 komentar:

Posting Komentar