Belajar Mengolah Sampah di Rumah Dosen: Dari Limbah Menjadi Manfaat
Mata kuliah Psikologi Lingkungan
Dosen Pengampu :
Dr.,Dra. Arundati Shinta,MA.
Mengikuti kegiatan di rumah dosen menjadi pengalaman yang sangat berkenan bagi saya. Karena saya baru pertama kali bisa mengikuti pembelajaran bersama teman secara tatap muka. Dalam kesempatan tersebut, saya mendapat pembelajaran langsung mengenai pengolahan sampah rumah tangga, baik organik maupun anorganik, agar bisa dimanfaatkan kembali secara kreatif. Kami tidak hanya membahas teori, tetapi juga langsung terlibat dalam praktik membuat kompos, eco enzyme, sabun cair ramah lingkungan, serta menyusun parcel dari bahan-bahan bekas.
Kegiatan pertama yang saya ikuti adalah pembuatan kompos. Kami memanfaatkan limbah dapur seperti sisa sayuran dan buah-buahan.yang saya lakukan pertama adalah memotong kulit apel menjadi kecil kcil Agar lebih mudah terurai, . Kami mencampurnya dengan daun sirih dan garam sebagai penghambat pertumbuhan mikroba berbahaya. Bahan tambahan seperti daun kering, dedak, serbuk kayu (grajen), kapur dolomit, serta air rendaman kulit bawang juga ditambahkan ke dalam campuran. Setelah itu, campuran difermentasi menggunakan larutan molase, EM4, air, dan pupuk cair organik, lalu dimasukkan ke kendi tanah liat yang sudah diberi dasar bantalan yang berisi jerami yang berguna agar air sisa kompos yang berwarna hitam terserap jerami dan tidak bau. Proses ini memerlukan pengadukan rutin setiap dua hari dan dalam waktu sekitar dua minggu, kompos sudah bisa dipanen dan diperkaya dengan bahan tambahan seperti arang, abu gosok, serta kulit telur untuk meningkatkan kualitasnya.
Selanjutnya, saya juga mengikuti pembuatan eco enzyme—sebuah cairan hasil fermentasi limbah organik yang multifungsi. Bahan utamanya adalah potongan buah yang dicampur dengan air, gula jawa rebus, molase, EM4, serta tricoderma sebagai antijamur. Campuran ini disimpan dalam botol plastik bekas yang telah dimodifikasi agar gas dari proses fermentasi bisa keluar dengan aman. Setelah difermentasi selama kurang lebih tiga bulan, cairan ini bisa digunakan sebagai pembersih, pupuk cair, maupun pestisida alami.
Agar produk-produk yang dibuat tampak lebih menarik dan bermanfaat, kami juga menyusun parcel dari barang bekas. Misalnya, kertas kalender lama kami ubah menjadi tas unik dengan tali rami sebagai pegangan, sementara botol plastik bekas digunakan untuk mengemas sabun dan kompos. Parcel ramah lingkungan ini kemudian digambar logo agar layak dijadikan hadiah sekaligus sebagai media edukasi tentang pentingnya menjaga lingkungan.
Dari keseluruhan kegiatan ini, saya belajar bahwa sampah sebenarnya bukanlah sesuatu yang tidak berguna. Justru, jika dikelola dengan baik, sampah dapat diubah menjadi sesuatu yang bernilai dan bermanfaat bagi lingkungan. Kreativitas dan kepedulian menjadi kunci utama dalam membangun gaya hidup berkelanjutan. Pengalaman ini membuka mata saya bahwa perubahan bisa dimulai dari rumah dan dari hal-hal kecil di sekitar kita.














0 komentar:
Posting Komentar